1

443 19 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya, bantu follow juga....

Buat yang udah dukung terus karya aku makasiii.....

"Tidak pernah ada keadilan yang sesungguhnya di dunia ini"

~~~~

BRUK

Suara itu terdengar sangat nyaring saat lelaki paruh baya itu melemparkan kertas - kertas berisikan nilai - nilai.

"ALUNA ARRABELLA. APA - APAAN KAMU. BISA - BISANYA KAMU MENDAPATKAN NILAI 94 DAN MENDAPATKAN PERINGKAT 2 DI KELAS. AYAH BELA - BELAIN KAMU UNTUK IKUT LES SUPAYA KAMU PINTAR BUKAN BODOH LUNA!!!" bentak lelaki itu kencang sembari melemparkan barang - barang disekitarnya.

Hal itu membuat gadis kecil merasakan takut yang sangat besar. Gadis kecil yang memiliki nama Aluna Arrabella itu menutup telinga dengan tangannya dengan tubuh yang gemetar hebat.

Rasa takut yang ada pada dirinya tak dapat disembunyikan. Ini yang selalu ia takutkan ketika mendapatkan nilai yang rendah menurut ayahnya.

"Ttapi yah, itu nilai terbaik juga di sekolah hiks" ujar Luna dengan tubuh bergetar hebat menahan isakan.

Pria paruh baya bernama lengkap Dirga Magtama itu mencengkram kuat lengan putrinya. Bahkan sampai merah dan bahkan bisa sampai membiru.

Luna meringis kesakitan akibat luka ditangannya dicengkram kuat oleh Dirga. Luna beberapa kali meminta Dirga melepaskannya namun Dirga tak mempedulikkannya, bahkan Dirga semakin kencang mencekram lengan Luna.

"Yah ampun yah. Luna minta maaf, Luna gak akan ngulangin kesalahan yang sama lagi hiks" tangis Luna pecah. Darahnya mengalir deras ditangan, namun Dirga tak memperdulikannya.

"DIAM KAMU!!!" Dirga membawa Luna menuju gudang.

"DIAM KAMU DISINI. JANGAN COBA - COBA UNTUK KABUR" Dirga menutup lalu mengunci pintu gudang tersebut.

"Yah, buka yah pintunya yah Luna takut yah. Jangan tinggalin Luna yah" tangis Luna pilu. Sejujurnya Luna sangat takut dengan kegelapan, karena sebelum Dirga pergi ia sempat mematikan saklar lampu membuat ruangan tersebut sangat - sangat gelap.

"Yah Luna mau keluar" lirih Luna.

•••

Pagi hari Luna sudah siap dengan seragamnya. Sudah ada Dirga yang menunggunya dimeja makan.

"Makan, kita berangkat 5 menit lagi" ujar Dirga tanpa menatap mata Luna.

Tak terasa air mata Luna mengalir begitu saja tanpa diminta. Ia berusaha menahan isak tangisnya dengan mencoba memakan, meski berat dan terasa nyesak karena harus menahan tangis.

"Gak usah nangis. Kamu harus lebih giat lagi untuk belajarnya. Gak boleh keluar rumah, kalau sudah pulang langsung pulang. Jangan nongkrong bikin bodoh" Luna mengangguk.

"Cepat ayah tunggu di depan" Dirga berjalan lebih dulu ke depan. Setelah selesai makan Luna menyusul ayahnya ke mobil.

"Masuk." Luna memasuki mobil, setelahnya baru Dirga menjalankan mobilnya menuju sekolah Luna terlebih dahulu.

ALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang