Jangan lupa vote dan komen ya, bantu follow juga....
Buat yang udah dukung terus karya aku makasiii.....
•••
Disaat Dirga berada di luar kota, ini adalah kesempatan Luna untuk kembali check up kepada dokter yang menanganinya beberapa hari lalu.
Dia ingin mengetahui perkembangan kanker otak yang ada ditubuhnya.
Luna menyisir rambutnya, banyak sekali rambut yang rontok. Luna meneteskan air matanya melihat rambutnya yang rontok dengan tidak wajar seperti biasanya.
"Kalau terus rontok, nanti pasti aku botak" Luna tersenyum kearah cermin dengan tangan yang menggenggam rambutnya yang rontok ditangan.
"Huftt, Aluna ayo gak boleh sedih. Kamu bisa kok lawan penyakit kamu, walau kemungkinan yang sangat kecil" ujar Luna melirih diakhir kalimat. Kalimat yang berat untuk diucapkan sekaligus terasa sangat sakit.
"Ayo semangat" Luna mengambil tas dan ponselnya lalu keluar dari kamar.
"Mau kemana non?" Tanya bi Nem yang sedang menyapu di ruang tamu.
"Mau keluar sebentar bi, Luna titip rumah sama bibi sebentar ya"
"Iya non"
"Luna pamit, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Luna pergi menggunakan taxi online menuju rumah sakit. Di perjalanan Luna hanya melihat kearah jendela, banyak kendaraan yang juga sedang melintasi jalanan.
Baru setengah perjalanan, ternyata jalanan macet sangat panjang. Membuat kendaraan lain tidak dapat bergerak, selain motor, itupun harus pintar - pintar mencari celah.
"Kenapa pak?"
"Di depan ada kecelakaan mba"
"Oh, panjang gak ya pak kira - kira macetnya?"
"Lumayan panjang mba, hampir 1 km ke depan"
"Em, saya turun disini aja deh pak kalau begitu"
"Yakin mba? Dari sini masih jauh ke Rumah Sakit Medika"
"Iya gapapa pak saya turun disini aja"
"Ya sudah mba, mba boleh bayar setengahnya. Tapi jangan dicancel ya mba"
"Ini uangnya pak, kembaliannya ambil aja. Iya saya gak akan cancel"
"Loh mba, ini uangnya melebihi target bayar jika sampai malah" ujar supir taxi itu terkejut karena Luna mengeluarkan uang senilai 300 ribu rupiah.
"Iya gapapa pak ambil aja, makasih ya" Luna turun dari mobil tersebut.
"Terima kasih kembali mba"
"Ma Sya Allah baik banget mba nya, semoga sehat selalu"
Luna meneruskan perjalanannya menuju Rumah Sakit Medika dengan jalan kaki. Benar sepanjang dia jalan mobil benar - benar terjebak macet. Sangat padat tak bisa bergerak sama sekali, untung dia memilih untuk turun. Karena jika harus menunggu dimacet selesai pasti akan jauh lebih lama.
Dia akan mencari transportasi lain di depan sana jika sudah tidak macet. Ya, meskipun harus berjalan sejarak kurang lebir 100 km. Bayangkan saja 100 km dengan berjalan kaki.
Luna sudah berjalan melewati kemacatan yang ada di belakang tadi. Ternyata benar terjadi kecelakaan besar yang membuat pengendaraan lain tidak bisa jalan. Terutama mobil.
"LUNAAA" saat sedang mencari taxi, ternyata ada yang memanggil Luna.
"Arvan" lirih Luna.
"Kamu ngapain di pinggir jalan gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA
Short Story🚫FOLLOW AUTHOR, DILARANG PLAGIAT🚫 Hidup dengan penuh kekangan dan siksaan adalah bagaikan hidup di dalam penjara. Ini Alunna. Alunna Arrabella, ia harus menerima segala kekangan dan kekerasan dari sang ayah sejak berusia 12 tahun. Tak hanya itu...