10

223 20 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya, bantu follow juga....

Buat yang udah dukung terus karya aku makasiii.....

•••

Sampai detik ini kondisi Luna semakin melemah, Luna disarankan untuk tidur lebih cepat oleh dokter. Masalah Dirga, Dirga sudah dicoba untuk dihubungi dan katanya Dirga akan segera pulang ke Jakarta.

Arvan dan bu Ratih hanya memandangi kondisi Luna, mereka hanya bisa berharap semoga Luna baik - baik saja.

"Ibu, kalau ibu mau pulang gak apa - apa biar Arvan jaga Luna di sini sendiri. Kasian adek - adek yang lain mereka pasti ketakutan ibu belum pulang dari tadi siang"

"Kamu yakin ibu tinggal di sini sendiri?" Tanya bu Ratih memastikan.

"Iya bu, kalau ada apa - apa pasti Arvan langsung kabarin ke ibu"

"Ya sudah kalau begitu, ibu pulang saja kasian juga adek - adek yang nunggu ibu di panti"

"Iya bu, ayo Arvan antar sampe panti"

"Gak usah kamu di sini aja, takut ada sesuatu yang terjadi sama Luna kalau kamu ninggalin dia. Ibu bisa pulang sendiri naik ojek"

"Arvan antar sampe pengkolan ojek deh bu, Arvan takut ibu kenapa - kenapa udah malam juga soalnya"

"Gak usah Arvan, ibu gak apa - apa"

"Tapi bu"

"Gapapa, ibu pulang duluan ya, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam" bu Ratih pun pergi. Setelah kepergian bu Ratih, Arvan duduk dikursi sebelah berangkar Luna. Dia menggenggam tangan Luna yang terasa dingin itu.

Baru pukul 8 malam namun Arvan sudah merasa mengantuk, dia merebahkan kepalanya di sebelah tangan Luna dengan tangan yang menggenggam tangan Luna.

Setelah membaca do'a Arvan ikut Luna menyusul alam mimpinya.

•••

Jam setengah 12 malam Luna terbangun dengan tubuh yang sangat lemas. Dia memegang tangan Arvan yang menggenggam tangannya.

Arvan tersadar dia melihat Luna yang terbangun.

"Kenapa Lun? Ada yang sakit?" Luna menggelengkan kepalanya.

"Makasih ya udah banyak bantuin gue. Gue titip ayah gue ya Van. Tolong jagain bokap gue ya, dia suka lupa makan soalnya." Ujar Luna dengan senyuman yang sudah sangat berbeda.

"Maksud lo apa Lun, lo ngomong apasih"

"Gue pamit" setelah 2 kata itu terucap. Luna benar - benar menghembuskan nafas terakhirnya malam itu juga.

"Nggak, Lun, Lun bangun Lun. LUNAAA BANGUN LUNA, LUNA JANGAN BERCANDA LUNA BANGUNNN!" Arvan mengguncang kuat tubuh Luna yang sudah terasa sangat dingin.

"DOKTER, DOKTER, SUSTER TOLONGGG" Arvan berlari keluar mencari dokter ataupun suster.

"Ada apa?" Tanya dokter Wulan yang baru keluar dari ruangannya karena mendengar teriakan Arvan.

"Luna dok, Luna"

"Luna?" Arvan mengangguk. Dokter Wulan dan Arvan segera berlari menuju ruang rawat Luna.

"Biar saya periksa dulu" Dokter Wulan mengecek denyut nadi dan detak jantung Luna menggunakan stetoskop.

Dokter Wulan juga menatap Ekokardiogram atau alat periksa jantung menggunakan ultrasound.

Dokter Wulan juga menatap Ekokardiogram atau alat periksa jantung menggunakan ultrasound

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang