10

2.9K 270 6
                                    

Renjun yang ditinggalkan oleh jaemin di kamar sang suami hanya diam saja sembari melihat tangannya yang di impus.

"Kenapa harus sampai begini? Bahkan tanganku sepertinya juga berdarah? Apa aku tiba-tiba kambuh?" Monolog renjun sembari melihat tangannya yang diperban juga infus itu. Seketika ingatan sebelum dia pingsan pun langsung terlintas begitu saja. Dia bahkan sampai menutup mulutnya sendiri dan menangis.

"Kenapa Karina hikss... Kenapa mommy lay dan Daddy suho tega membunuh Mama dan babaku? Apa salah mereka hikss... Dan apa salahku Karina hikss... Kenapa mereka tega membuatku sendirian di dunia ini hikss..." Gumam renjun sembari menangis.

Ceklek.

Renjun sontak saja menatap pintu yang terbuka dan menampilkan jaemin dengan raut cemasnya berjalan cepat kearahnya dengan nampan yang sepertinya berisikan bubur juga segelas air dan botol obat. Jaemin mendekat dan melihat renjun menangis lalu meletakkan nampan itu diatas nakas. Dan duduk disebelahnya.

"Ada apa? Apa ada yang sakit?" Ucap jaemin cemas.

"Apa hikss... Presdir hiksss... Adalah Nana hiksss..."

"Ya." Ucap jaemin sembari mengangguk.

"Apa nanti kau juga akan meninggalkanku?" Ucap renjun sembari menatap jaemin dengan airmata yang terus mengalir dari matanya itu. Jaemin benar-benar kalut dan bingung. Pasalnya kenapa renjun bisa berpikiran seperti itu. Dia tidak mungkin meninggalkannya. Apalagi dia selalu percaya dan yakin kalau tunangannya serta cinta pertamanya sebelum dia mencoba mencintai jihoon yang sayangnya sangat jahat adalah renjun. Jauh dalam hatinya renjun masih ada disana.

"Apa yang kau pikirkan injunie. Nana tidak akan meninggalkanmu. Kau akan aman denganku dan semuanya. Kami akan menjagamu. Terutama aku, aku pastikan Kim suho dan Kim lay itu masuk kedalam penjara. Aku janji." Ucap jaemin sembari menghapus airmata istrinya itu. Renjun hanya menatap suaminya itu lalu diapun memeluk jaemin erat.

"Jangan tinggalkan aku Nana hikss... Aku mohon." Ucap renjun.

"Tidak akan injunie. Mulai sekarang Nana akan selalu bersama dengan injunie. Mengenai kontrak itu, aku sudah membakarnya. Karena aku ingin selalu menghabiskan waktu denganmu sampai maut memisahkan kita. Dan membesarkan anak-anak kita nantinya." Ucap jaemin lalu melonggarkan pelukan renjun dan menatap wajah istrinya itu.

"Janji?"

"Hmm. Aku berjanji injunie. Saranghe." Ucap jaemin tersenyum.

"Nado." Balas renjun dan ntah siapa yang memulai akhirnya dua benda kenyal beda pemilik itupun menyatu. Ciuman tanpa ada lumatan itu terjadi sebagai tanda rindu keduanya yang sudah lama ingin bertemu. Ingatan bisa melupakan tapi hati dan tubuh tidak akan bisa melupakan orang yang sangat berarti bagi siapapun.

Tanpa disadari oleh keduanya, jeno, Haechan dan Mark melihat semua itu dari balik pintu kamar jaemin dan haechanpun benar-benar merasa senang pasalnya mereka pasti akan bahagia.

"Aku senang. Setidaknya sahabatku sebelum bertemu denganmu dan jaemin, juga Mark Hyung. Akan selalu bahagia. Aku percaya pada Na Jaemin. Dia pasti bisa membahagiakan renjun ku." Ucap Haechan tersenyum.

"Tentu saja sayang. Dia bisa membahagiakannya." Ucap jeno sembari merangkul kekasihnya itu.

"Sepertinya aku memang harus mencari kekasih." Ucap Mark karena merasa menjadi nyamuk sungguhan.

"Carilah Hyung, aku harap kau segera mendapatkan kekasih sebelum kami menikah." Ucap haechan dan Mark hanya merenggut saja.

"Kenapa kalian didepan pintu kamarku?" Ucap jaemin yang ntah sejak kapan berada di depan mereka dan menyadari kedatangan mereka.

"B...baru saja jaem." Ucap jeno yang gugup dan itu sudah menjadi tanda kalau mereka memang sudah lama berada didepan pintu itu.

"Masuklah." Ucap jaemin dan ketiganya pun masuk. Lalu mereka bertiga melihat renjun yang tersenyum sembari memakan buburnya.

"Renjun? Apa kau ingat aku? Aku Lee Haechan." Ucap Haechan dan renjun menganggukkan kepalanya.

"Kau sahabat nana bukan?" Ucap renjun.

"Bukan. Aku Lee Dong Hyuck. Aku sahabatmu dulu, sebelum bertemu dengan mereka bertiga." Ucap Haechan dan seketika renjunpun mengingat kenangan yang sangat lama sekali.

"Dong hyuck. Kemari." Ucap renjun senang lalu meletakkan kembali buburnya diatas nakas padahal dia baru dua sendok memakannya. Haechan mendekat dan langsung mendapatkan pelukan dari renjun. Membuatnya kaget juga sangat senang dan membalas pelukan sahabat lamanya itu.

"Dong hyuck aku sangat takut sekali hikss... Kenapa sangat sulit mencarimu hikss..." Adu renjun.

"Mianhe. Mianhe, karena aku terlambat mencarimu. Kau memaafkan dong hyuck mu ini bukan?" Ucap Haechan setelah melonggarkan pelukannya untuk melihat wajah cantik sahabatnya yang masih sedikit pucat itu.

"Hmm. Tetap bersama dan menjadi sahabatku ya?"

"Hmm. Akan aku lakukan. Sudah jangan menangis lagi, jaemin melihatku seperti akan membunuhku karena istrinya menangis." Ucap Haechan sembari menghapus airmata renjun. Dan renjun hanya tersenyum lalu mengangguk. Jaemin senang melihat istrinya sedikit demi sedikit pasti akan bisa sembuh dari traumanya itu. Yang perlu dia lakukan hanya menangkap kedua orang itu.

"Sudah sekarang kau makan dan istirahat. Aku, jeno dan Mark Hyung akan keluar dulu. Mengerti?" Ucap Haechan tersenyum dan renjun mengangguk lalu ketiganya keluar dari kamar jaemin. Setelah pintu kamar tertutup jaeminpun mendekat kembali dan mengambil bubur yang ada di nakas lalu duduk di samping renjun dan menyuapinya.

"Aku bisa sendiri Na." Ucap renjun.

"Tanganmu diperban karena luka. Infusnya juga ada disana. Jadi, biarkan aku menyuapimu. Karena aku tidak ingin melihat istri cantikku sakit lama-lama." Ucap jaemin tersenyum, renjun yang mendengar benar-benar merasa hatinya menghangat dan menatap mata serupa rusa itu dimana hanya ada kejujuran dan ketulusan bukan kebohongan. Setidaknya renjun yakin kalau dia bisa percaya pada Nana nya, jaemin nya. Suaminya.









































💕💕💕







Up nih reader-nim😁
Gimana suka gak sama kelanjutannya?🙄
Semoga suka ya😁
Maaf up nya kelamaan😁
Jangan lupa votement nya ya😁
Jangan lupa jaga kesehatan😁
We love you💚😍😘

SURPRISE [jaemren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang