Chapter 9

27 2 0
                                    

Sesampainya di rumah sakit mereka langsung membawa laskar untuk dia bawa ke ruangan yang intinya bisa nanganin laskar.

Sesudah laskar masuk ruangan untuk di tangangin, mereka menunggu di luar duduk sambil berdoa agar teman mereka tidak terjadi apa apa. "kalau laskar kenapa kenapa gua bakal nyalahin diri gua sendiri". ucap jihar, ia tak pernah mau begini tak mau ada masalah,  ia tak pernah ingin mengorbankan teman nya.

Jorgas tersenyum dan beralih duduk di samping jihar, mengelus pundak nya beberapa kali. "sob, ini semua bukan pyur salah lu, masalah ini soal laskar di dalam sana itu juga tanggung jawab gua sama yang lain". radian dan farel langsung ikut menenangkan jihar, mereka tau jihar yang paling merasa bersalah di sini, tetapi mereka juga merasakan nya laskar juga teman mereka.

Jihar mengangkat kepalanya melihat ke arah 3 teman nya.  "makasih makasih buat lu yang masi tetep sama gua, masih percaya sama gua". mereka bertiga mengangguk. "har, kita kita di sini sahabat lu yang ada buat lu". jihar hanya menunduk meratapi dirinya sendiri.

Salah satu dokter keluar dari ruangan yang di tempati laskar mereka berdiri. "gimana dok keadaan teman saya?".  jihar orang pertama yang menanyakan dokter tersebut tersenyum.  "tidak ada masalah yang serius, hanya terbentur tidak terlalu keras. teman anda baik baik saja".  mereka berempat terasa lega. "makasih ya dok".  ucap jorgas lalu mereka masuk ke dalam ruang inap laskar.

Mereka melihat laskar terbaring lemah di atas brangkar, langsung mengelilingi di setiap sisi brangkar tersebut.

Laskar hanya tersenyum.  "udah, ngapa dah muka lu bertiga begitu, gua kaga kenapa kenapa ini".  laskar meyakinkan mereka.

"Ye tapikan khawatir juga pantek". Radian menyubit lengan laskar sedikit kuat. 

"Sakit anying, jangan di cubit juga". Aduh nya lalu mengusap usap lengan nya yang tekena cubitan. 

"Kar gua minta maaf ya jadinya begini". ucap jihar

"Iye har, yaelah lu mah gua kaga kenapa kenapa tenang lupada". laskar langsung mengangkat tangan nya untuk menunjukan bahwa dia baik baik saja.

Setelah nya mereka hanya duduk dan menunggu laskar.  membiarkan dia istirahat dulu, tentang kampus besok mereka akan bolos untuk yang kesekian kalinya, memang bebal.

Jihar berbaring di sofa memejamkan mata tanpa terlelap, dan terlintas ancaman Yohanes. mata nya langsung terbuka dan terduduk, ia bergegas berdiri. "cok, jaga laskar dulu gua mau cabut entar gua balik lagi".  langsung keluar dari ruangan tersebut.

"Lah lah kemana dah tu bocah". tanya farel ke jorgas, jorgas hanya menggedikan bahu nya dan lanjut ke mimpi nya dia sangat cape.

Setelah sampai parkiran rumah sakit, jihar memakai helm nya menaiki motor nya, lalu pergi ke rumah Kobra ia harus bertemu dengan bocah manis itu.

Sesampainya di rumah kobra, jihar turun dari motor nya langsung menuju ke depan rumah Kobra, ketuk pintu berberapa kali. "cepet napa kob ah kaga tau gua khawatir gini". pintu di buka menampilkan wanita yang waktu itu membukakan pintu untuk nya waktu itu. "ahh maaf bik kobra nya ada?".

"Nak kobra sedang tidak ada di rumah nak, ada apa ya? ada yang bisa saya bantu?". Bangsat dimana Kobra batin jihar. "Kalo saya boleu tahu? Biasanya kobra nongkrong di mana ya bi?".

"Nak kobra biasa nongkrong di cafe cemara jalan rajawali".

"Ya sudah bik makasi ya,  saya langsung pamit".  wanita paruh baya itu mengangguk, jihar kembali ke motor nya.  "gua mesti nyari dimana" berfikir sejenak "chat, gua chat aja". Jihar telah menyimpan nomor kobra dari semenjak ia menelpon untuk mengembalikan jaket.

OPHIOPHAGUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang