Hertz 7
—
Tik.. tok.. tik.. tok...
Suara dentingan jarum jam tak henti-hentinya mengalun dan memecah keheningan malam. Sinar rembulan di langit London nampak sangat berkilau menemani malam yang dingin. Jarum pendek sebuah jam kayu klasik yang berdiri kokoh di sebuah kamar sudah berada diantara angka sebelas dan dua belas, waktu yang sudah cukup larut bagi orang-orang yang tidak menderita insomnia. Tetapi, sang pemilik kamar dengan jam dinding tersebut masih terlihat gelisah dibalik selimut tebalnya. Lelaki itu berusaha keras memejamkan matanya dan tenggelam menemui alam mimpinya, namun sepertinya gagal total. Ia masih belum bias tertidur sejak dua jam lalu.
"497.. 498.. 499.."gumam lelaki berambut coklat gelap itu. "500. Sleep!"
Tiba-tiba lelaki beriris mata coklat itu mendengus, lalu bangkit dari tidurnya dan menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur berukuran besar yang sedang ia tempati. "Oh cmon, apakah peternakan milik Marry itu tidak akan penuh? Domba yang aku masukkan sudah 500, tapi kenapa tak bisa tidur juga. Ah sialan." Lelaki itu mengacak rambutnya frustasi sambil terus menggerutu sebal. Sejurus kemudian tangannya bergerak ke atas sebuah nakas coklat yang berada tepat disebelah tempat tidurnya, ia mengambil sebuah benda canggih yang sering disebut ponsel.
Jari jemari Greyson --lelaki itu-- dengan lincah menari diatas layar handphone keluaran terbaru dengan logo sebuah apel tergigit, dan menekan tombol telepon pada sebuah kontak yang sangat sering ia hubungi, siapa lagi kalau bukan saudara kembarnya?
Tuut.... Tuuuttt....
Bunyi nada yang sangat khas itu terus mengalun ditelinga kiri Greyson yang sedang berharap bahwa saudara kembarnya itu belum tidur dan bisa diajak untuk melakukan sesuatu yang melelahkan. Namun, hingga kali keenam ia menghubungi Zedd, lelaki beriris mata biru itu tetap saja tak mengangkatnya dan mengganti nada sialan itu dengan suaranya.
"God.. kenapa bocah ini cepat sekali tertidur, huh?"ucap Greyson sebal. Ia terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk bangkit dan berjalan keluar kamar menuju garasi. Tak lupa, ia mengambil mantel tebal coklatnya dan merapatkannya, ya walaupun salju sudah mulai mencair, tapi tetap saja udara pada malam hari bisa menusuk tulang. Oke ini sangat berlebihan.
Greyson melenggang bebas keluar dari rumahnya tanpa pamit pada orang rumah, ya bagaimana tidak, sang ayah, Peter Pevensie, sedang berada di luar kota selama beberapa minggu untuk mengurus pekerjaannya. Ya, Greyson hanya sendirian di rumah yang luasnya tidak bisa diukur dengan penggaris yang sering kalian bawa ke sekolah, tentu saja. Eh, dengan beberapa pekerja rumah tangga, dan satpam.
Lelaki berpostur tubuh jangkung itu segera menyalakan mobil sport hitamnya dan menjalankannya dengan kecepatan normal. "Aku akan mencari makanan sebentar."ucapnya ketika melewati gerbang dan mendapatkan tatapan penuh tanya dari Jack, sang penjaga rumah. Lelaki paruh baya itu langsung mengangguk begitu mendengar kalimat yang keluar dari mulut seorang Greyson Pevensie.
Entah setan apa yang merasukinya, Greyson malah mengemudikan mobilnya ke sebuah taman yang berada tak jauh dari jam raksasa Big Ben dan memarkirkannya disana. Ia sendiri sebenarnya bingung, kenapa kakinya menuntunnya kesana. Lelaki itupun turun dari mobilnya dan berjalan ke sebuah bangku taman yang terlihat sedang diduduki oleh seorang gadis pirang seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hertz // g.c and a.b
FanfictionSeberapa besar frekuensi yang tercipta, tak peduli, Hertz selalu menyertai di belakangnya, menjadi satuan pendamping setianya. "Seberapa besar perubahan yang kau buat -demi kebaikan tentunya-, maka semakin besar hasil memuaskan yang akan kau petik"...