Chapter 2.
~~~
Zedd Edward Horan masih bertahan pada posisinya sejenak setengah jam lalu. Ia masih berbaring di kasurnya dengan mata yang menerawang menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Pikirannya sedari tadi tak bisa diam memikirkan banyak hal, mulai dari kepergiannya ke Amerika Minggu depan, ibunya yang terlihat sedih, dan Alicia yang mungkin akan merasakan yang sama -karena Zedd belum memberitahu kekasihnya itu- . Entahlah, terlalu banyak yang ada dipikiran Zedd.
Lelaki berambut coklat dengan mata biru itu mengambil ponselnya dan memperhatikannya cukup lama. Layar ponsel yang berlatar belakang foto dirinya dan Alicia saat mereka sedang menghadiri acara kampus beberapa waktu lalu. Ia tersenyum.
"Aku tak yakin waktu di Amerika akan berjalan cepat tanpamu.."gumamnya seraya memperhatikan tiap inchi wajah Alicia yang sedang tersenyum manis difoto tersebut. Zedd pun kembali terdiam.
Ia harus memberitahu soal keberangkatannya ke Amerika pada Alicia. Ya, harus.
Dan keputusan sudah berada di tangan Zedd, jemarinya menekan tombol hijau pada sebuah kontak dengan nama 'Alicia xx'
"Zeddy!" Pekik Alicia dari ujung sana.
"Hi Love"
"Hii"
"Hm.. A--apakah kau ada di rumah?"
"Uhm.. Yeah, i'm staying at home, finishing my project, ahaha"
"Okay, I'll be there in 10minutes"
"Oh wait. Jangan Zedd! Cuaca sangat dingin, aku tak mau kau sakit karena berkunjung ke rumahku"
"No. Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan, dan ini sangat penting, Al. I'll be there in 10minutes okay? Love you"
"But Zedd--"Zedd langsung memutuskan teleponnya sebelum Alicia mencegahnya lagi. Tipikal Zedd memang. Segera, ia bangkit lalu mengambil sebuah beanie coklat dari lemari dan sarung tangan dengan warna senada. Zedd pun juga memakai headphone penutup telinga bergambar bendera Irlandia, salah satu hadiah dari Bobby -kakeknya- saat ia berhasil lulus middle school dengan nilai terbaik. Dengan cepat, ia menuruni tangga dan mendapati bahwa Niall dan Ashley sedang berada di ruang keluarga.
"Hey, where are you going, son?"tanya Niall begitu ia melihat Zedd sudah siap dengan mantel salju coklat, beanie, dan sarung tangannya. Tangan lelaki pirang itu masih setia berada di bahu Ashley yang sedang menyandarkan kepalanya dibahu Niall.
"Alicia, Dad"
"But, Zedd. Cuacanya sangat dingin, kalau memaksakan, bisa-bisa syaraf telingamu putus,love"ucap Ashley sembari mengangkat kepalanya dari bahu Niall. "You must stay at home, darl"
"Mom.. Tapi aku harus memberitahukan soal keberangkatan ku pada Alicia.."ucap Zedd memohon. "Lagipula, aku sudah memakai ini semua"lanjutnya sambil menunjukkan perlengkapan yang sudah melekat di tubuhnya pada Niall dan Ashley.
"Ya sudah kau boleh berangkat"Niall menyetujui Zedd yang sudah memasang puppy face andalannya.
Zedd mengepal tangannya sambil meloncat kegirangan. "Yees! Thanks so much, Dad! You're the best!"
"Niall! Kenapa kau mengizinkannya? Kau tau diluar sangat--"omel Ashley.
"Ssshhh"Niall meletakkan jari telunjuknya dibibur Ashley. Kemudian ia menyelipkan rambut coklat Ashley ke telinga belakangnya. "Everythings gonna be alright, babe"ucapnya sambil tersenyum.
"Fine then, kau boleh pergi, Zedd. Tapi ingat. Jangan pernah lepaskan perlengkapan mu itu sedetik pun."ucap Ashley tegas.
"Okay Mom!"Zedd meletakkan tangannya di pelipis kanan, seperti memberi hormat pada kedua orangtuanya. "Zedd berangkat, bye. Love ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hertz // g.c and a.b
FanfictionSeberapa besar frekuensi yang tercipta, tak peduli, Hertz selalu menyertai di belakangnya, menjadi satuan pendamping setianya. "Seberapa besar perubahan yang kau buat -demi kebaikan tentunya-, maka semakin besar hasil memuaskan yang akan kau petik"...