"H-hey dimana adikku?" tanya Taehyung. Wajahnya sudah kalut berusaha meredam emosinya. Antara marah, mau menangis, namun ini juga salahnya terlalu mempercayai orang baru.
"Tadi ada seseorang lelaki mengajak adikmu pergi. Dia bilang dia adalah Kakaknya" ujar pengunjung Wanita. Kakak? Kakak apa? Hey, Kim Seokjin sedang berada di Singapura dengan penelitian-penelitian kedokterannya.
"Dia bilang bagaimana?" tanya Taehyung lagi.
"Dia bilang 'ini adikku, maaf merepotkan' " ujar Pengunjung itu mengikuti kata-kata pria yang tadi menghampiri mereka.
"Tadi aku melihatmu Bersama satu laki-laki dan satu perempuan. Kupikir laki-laki itu adalah orang yang sama dengan orang yang membawa adikmu tadi, maaf. Maaf" ujar pengujung pria itu sembari membungkuk.
Ah, benar juga. Mungkin paman yang menggendong Kookie karena melihat Kookie dengan orang asing. Tapi kenapa Paman mengaku sebagai Kakak Kookie?
Namun Taehyung tak mau ambil pusing. Ia segera membungkuk dan berterima kasih kepada kedua pengunjung itu.
"Kami masih akan disini sampai nanti sore. Kalau ada apa-apa kamu bisa Kembali kesini" ujar pengunjung Wanita yang disambut Terima Kasih oleh Taehyung.
Taehyung memutuskan untuk menuju mobil untuk memastikan bahwa si bulat ada disana. Hatinya bergemuruh namun Ia berusaha tenang dan berpikiran positif.
Dengan gundah Ia menghampiri mobil yang hanya beberapa Langkah lagi. Tampak kaca mobil turun secara otomatis. Ya, Paman yang sedang beristirahat di mobil yang membukanya begitu melihat Taehyung.
"Apa bermainnya sudah selesai, Tuan?" ujar Paman. Taehyung yang masih berdiri di depan pintu depan mobil melongok kedalam. Kosong. Bibi tidak ada, Kookie juga.
"Paman, Kookie mana?" ujar Taehyung. Makin bergemetar kala Ia melihat kernyitan di dahi Paman.
"Tuan Kookie belum Kembali ke mobil sedari tadi, Tuan"
"Paman, Kookie hilang.." ujar Taehyung. Ia menelungkup pada kap mobil. Bingung harus bagaimana. Paman yang juga tidak tahu apa-apa segera keluar mobil dan menghampiri tuan mudanya yang tampak luar biasa sress.
"Tuan, terakhir tuan Kookie ada dimana?" ujar Paman yang ikut cemas.
"Aku titipi pada seseorang karena Kookie meminta mainan ini, bagaimana ini Paman" ujar Taehyung seraya menunjukkan mainan yang Kookie mau.
"Kita cari dulu, tuan Kookie masih di dekat sini. Tuan tenang, ya" ujar Paman. Taehyung menggeleng.
"Ini salahku, paman hiks"
Air matanya akhirnya turun. Ia benar-benar takut, Taehyung benar-benar kalut. Memorinya berjalan mundur. Bagaimana Ia menyambut Kookir dengan tidak mengenakkan, peristiwa susu, dan kata-kata menyakitkannya dahulu kala. Oh, predikat Kakak terbaik tidak akan pernah Taehyung dapatkan. Batinnya.
"Biar Paman beri tahu Bibi, tuan tenangkan diri dulu disini. Paman akan cari tuan Kookie" ujar Paman. Dengan cekatan berlari ke arah Bibi yang masih tampak clueless dengan makanan-makanan di sampingnya.
Kringg
Handphone Taehyung yang berada di sakunya bergetar. Ada panggilan masuk, namun Taehyung menghiraukannya. Anak itu kini sibuk mengatur nafas dan menata pikirannya. Ia harus bertanggung jawab karena ini kecerobohannya.
Kakak si buntal itu pun Kembali melangkahkan kaki menuju area pantai. Ia bertekad mencari Kookie sampai dapat. Kemana pun itu.
"Tuan Taehyung!" panggil bibi saat Taehyung berjalan kea rah mereka. Merasa ada yang perlu didiskusikan, Taehyung pun berlari kecil menghampiri. Menatap dengan intens raut wajah Paman dan Bibi yang tak kalah cemas.
"Kita harus Kembali bertanya kepada orang yang tadi tuan temui"ujar Paman. Taehyung mengangguk setuju. Bagaimanapun,dua pengunjung itu patut ikut dicurigai. Namun belum melangkah, Taehyung mendengus kesal kala handphonenya tak mau berhenti bergetar sedari tadi. Lantas sembari berjalan, Ia merogoh sakunya dan menatap layer handphonenya.
Wajahnya memucat melihat nama yang tertera dan jumlah misscal pada layer handphoneya.
Kim Seokjin, 9 missed calls. Apa Kak Seokjin memiliki firasat buruk?
Dan lantas di panggilan kesepuluh Taehyung mengangkatnya. Walau panas dingin, bingung bagaimana menanggapi omongan Seokjin nanti.
"Sesibuk itu sampai telefon Kakak diabaikan berkali-kali?" kalimat pembuka yang begitu pedas dari Seokjin, Kakak Taehyung. Taehyung hanya diam saja.
"Cepat ke kedai eskrim di samping mini market, Kookie merengek katanya kau lama sekali" ujar Seokjin lagi setelah tak mendapat respon apapun dari Taehyung.
"A.. Apa Kak?"
"Akaaaa mana puna Utii" rengekan Kookie terdengar di telinga Taehyung , membuatnya tak sanggup berkata-kata.
"Oh tuhan, Kookieku" ujar Taehyung setelah melihat seonggok daging tebal yang sedang duduk di kursi bayi dengan es krim dan mulut belepotannya.
"Aka lama" omel Kookie. Namun Taehyung menghiraukannya. Ia mengangkat tubuh bayi gempal itu dan memeluknya.
"Apa sih?" tanya Seokjin.
"Aku sampai menangis, kupikir Kookie hilang!" omel Taehyung.
"Siapa yang suruh titipi Kookie ke orang asing hah? Untung saja mereka bukan orang jahat" ujar Seokjin mengomel balik.
"Lagipula kalau mau kemana-mana bilang. Kakak pulang tidak ada orang, tahu. Untung ada Paman, jadi Kakak langsung kesini" ujar Seokjin gusar.
"Makanya kalau mau pulang bilang!" ujar Taehyung tak mau kalah.
"Mam etim mam etim" ujar Kookie seraya menempelkan es krim miliknya ke mulut Taehyung. Pusing juga mendengar kedua kakaknya berdebat.
"Uti cikik! Uti Cikik! " ujar Kookie kala dirinya dibantu Taehyung dan Seokjin membangun istana pasirnya.
"Wah Kookie hebat" ujar Seokjin.
"Bagus sekali hasil karya Kookie, kita foto bersama lalu kirim ke Mama, ya?" ujar Taehyung. Disambut anggukan manis Kookie. Mengabadikan senja bersama kesayangan yang sempat membuat Taehyung spot jantung.
"Sepertinya lain kali aku harus pasang tali di tangan Kookie. Jadi Kookie tidak akan hilang lagi" ujar Taehyung.
"Kamu pikir Kookie anjing?!?" ujar Seokjin denga sewot, seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, This is Kookie!
FanfictionIni cerita yang paman dan bibi bisikkan saat aku bertandang kerumah keluarga Kim. Kamu bisa baca cerita "Well hello Kookie" agar tahu bagaimana seluk beluk kehadiran Kookie dalam hari-hari kalian.