"Koo yang pintar ya dengan Kakak Seokjin" ujar Taehyung seraya melambaikan tangannya. Kookie hanya mengangguk dan duduk tenang di kursi bayinya."Huhu! Aka! Aka!" tangis Kookie mulai terdengar kala Taehyung turun dari mobil dan hendak pergi setelah berpamitan dengan Seokjin dan supir.
"Aka nooo!" ujar Kookie keras seraya menggelengkan kepalanya. Membuat Taehyung kembali melongok ke dalam mobil dan menatap adik bungsunya.
"Kookie kenapa, hm?" tanya Taehyung lembut.
"Kakak pergi sebentar saja, Kookie yang pintar tunggu Kakak Taenya dengan Kakak Seokjin ya?" ujar Taehyung seraya mengusap kepala kecil si buntal.
"Aka noo! Da pelgi da!" tangis Kookie.
"Kakak cuma sebentar Kookie, nanti Kakak Tae bawakan Kookie mainan yang banyak, ya kan Kak Tae?" ujar Seokjin menenangkan tangis Kookie.
"Da au! Aka da pelgi! Da! No no" ujar Kookie dengan air mata yang bercucuran.
"Kakak sebentar saja, Kookie. Kakak janji akan telefon Kookie terus. Minggu depan Kakak akan pulang lagi" ujar Taehyung yang ikut sedih melihat si buntal yang tak mau ditinggal.
"Uti da amu jauh tama Aka Tae huuuuuuuuu" ujar Kookie. Tangannya terbuka minta di gendong dan Taehyung segera menggendongnya.
"Kakak minta maaf ya , Koo sayang" ujar Taehyung seraya mencium kening adiknya. Tak peduli dengan kamera yang mulai berkumpul di sekitar mobil pribadinya.
"Da pelgi Aka.." gumam Kookie seraya menggulaikan kepalanya di dada Taehyung.
"Kita bawa Kookie ke dalam bandara, Tae" ujar Seokjin memutuskan kala suasana semakin tak kondusif. Ia pun ikut keluar mobil dan membantu Taehyung membawakan tasnya. Sementara si buntal keluarga Kim digendong Taehyung dan didekap erat agar terlindung dari kamera yang menyorot mereka dari berbagai sisi.
Di dalam bandara, Taehyung tampak duduk sedikit jauh dari teman-temannya, termasuk Seokjin. Ia tahu ia butuh bicara secara privat dengan adik kecilnya. Meski itu sudah dilakukan tadi malam, perpisahan tetap bukan hal yang mudah bagi Kookie. Terlebih melihat latar belakang kehidupannya dua tahun silam di panti asuhan.
"Kookie sudah ya, menangisnya? Nanti matanya sakit" ujar Taehyung yang terus memangku Kookie kala mereka sudah di dalam bandara.
"Kakak pergi sebentar saja. Nanti saat pulang kita makan es krim yang banyak. Nanti Kakak bawakan mainan dan makanan yang banyak untuk Kookie" ujar Taehyung seraya mengusap air mata si buntal.
"Kalau sudah sampai sana nanti Kakak akan telefon Kookie" ujar Taehyung.
"Kakak tidak melarikan diri, Kakak akan kembali lagi untuk Kookie. Untuk Seokjin hyung juga" ujar Taehyung. Sementara Kookie hanya menatap kosong lingkungan di sekitarnya.
"Kakak pergi sebentar saja, ya?" ujar Taehyung meminta izin kembali. Lamat-lamat si buntal mengangguk.
"Kookie jangan nangis lagi ya? Hati Kakak sakit sekali setiap melihat Kookie menangis" ujar Taehyung. Dan Kookie lagi-lagi hanya mengangguk.
"Nanti Kookie mau minta mainan apa sama Kakak?" ujar Taehyung berusaha menaikkan mood Kookie.
"Ici" ujar Kookie lirih.
"Nanti Kakak bawakan Boneka Kelinci yang banyak untuk Kookie, Okay?" ujar Taehyung.
"Ama Ici " ujar Kookie lagi membuat Taehyung tersenyum gemas.
"Iya, Nanti Kakak bawa Mama Papa Kakek Nenek Anak sampai Tetangga Kelinci juga" ujar Taehyung sebelum mencium pucuk bibir si buntal.
"Tapi janji jangan menangis, sayangnya Kakak" ujar Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, This is Kookie!
FanfictionIni cerita yang paman dan bibi bisikkan saat aku bertandang kerumah keluarga Kim. Kamu bisa baca cerita "Well hello Kookie" agar tahu bagaimana seluk beluk kehadiran Kookie dalam hari-hari kalian.