Chapter 1.

2.2K 214 31
                                    

Di sebuah pedesaan yang lumayan jauh dari pusat kota terdapat sumber mata air yang jernih dan pegunungan yang sangat asri, tak jarang wisatawan banyak yang berkunjung sekedar untuk melepas penat. Tak terkecuali Mile Phakphum seorang juragan tanah dan pembisnis kaya raya tertarik akan keindahan alam yang terdapat di kampung tersebut, pria berusia 35 tahun itu berencana membangun sebuah sumber mata air yang akan di salurkan ke rumah-rumah warga, dia memikirkan jangka panjangnya jika semakin banyak wisatawan maka sumber mata air bersih yang di gunakan warga di kampung tersebut akan terkontaminasi dan menjadi tidak layak konsumsi lagi.
.
.
.
.
.
.
Setibanya Mile di kampung tersebut ia segera di sambut oleh petinggi kampung itu.

"Oh! Juragan Mile, bagaimana perjalanannya.?"

"Hmm,,, lumayan melelahkan, saya tidak tau kalau ternyata kampungnya benar-benar sejauh ini dari pusat kota."

Ucap Mile dengan nada yang sedikit kurang antusias.

"Ya seperti yang saya bilang saat saya menghubungi anda semalam, lokasinya memang lumayan terisolasi dari kota, tapi juragan harus percaya sama saya setelah juragan melihat sumber mata air dan pegunungan yang ada di sini pasti juragan akan sangat menyukai kampung ini.! "

Ucap petinggi kampung tersebut dengan antusias, sedangkan Mile yang terus di panggil dengan sebutan juragan itupun merasa sedikit risih.

"Jangan memanggil saya juragan, cukup panggil tuan atau pak, itu jauh lebih baik".

Ucap Mile yang memprotes orang di depannya itu, sedangkan orang yang di protes hanya bisa tersenyum kikuk.

"Emm,, kalau begitu bapak bisa panggil saya Bible saja soalnya saya baru berusia 25 tahun, hehehe."

Jawab Bible sambil menampilkan senyum lima jarinya.

"Loh katanya petinggi kampung kok masih muda banget umurnya.!?"

Mile sedikit meninggikan nada bicaranya karena kaget.

"Eh, anu pak jadi sebenarnya yang petinggi kampung sini tuh ayah saya, hanya saja kondisinya semakin menurun akhir-akhir ini jadi saya menggantikannya untuk sementara."

Jelas Bible kepada Mile yang masih terlihat tidak percaya.

"Ya sudah ayo tunjukan pada saya di mana sumber mata airnya."

Ujar Mile untuk mengakhiri obrolan basa basi nya.
.
.
.
.
.
.
Di sepanjang perjalanan menuju sumber mata air, Mile tidak berhenti untuk mengagumi keindahan kampung yang sangat sederhana itu, di samping kesederhanaannya pemandangan di sekitar kampung sangatlah indah dan asri pegunungan yang ada di belakang kampung tersebut justru menambah point plus, rumah warga yang sederhana dan kabut tipis dari pegunungan membuat kampung tersebut terlihat sangat damai dan nyaman.

Dan tidak terasa mereka pun telah sampai di sumber mata air yang di tuju.

"Pak! Kita telah sampai dan ini adalah sumber mata air yang saya maksudkan."

Bible sengaja mengeraskan suaranya karena selain tertutup suara air terjun sang juragan juga terlihat masih ada di dunianya sendiri.

Mile yang di tepuk pundaknya itupun sedikit tersentak namun tetap stay cool.

"Oh! Jadi sumber mata air ini mengalir dari air terjun yang ada di atas sana.?"

Ujar Mile sambil menunjuk ke arah pegunungan yang ada di depannya.

"Iya Pak betul sekali, jadi para warga menggunakan sumber mata air ini untuk kebutuhan sehari-hari mereka."

Jawab Bible, sedangkan Mile yang mendengar jawaban dari Bible itupun hanya manggut-manggut dan melanjutkan melihat-lihat tempat itu, hingga saat dia sedang melihat kebawah matanya menangkap sosok pemuda yang sedang mengambil air dengan dua ember besar untuk di bawa pulang, Mile terus mengamati pemuda tersebut hingga tanpa sengaja mata mereka bertemu pandang dan Mile di buat tertegun saat melihat rupa pemuda tersebut.

Rambutnya agak sedikit panjang di bagian depan namun itu malah membuatnya terlihat lucu karena pemuda tersebut mengikatnya keatas, kulitnya kecoklatan dan sangat eskotis di tempa matahari sore itu, wajahnya sangat manis, bibirnya bewarna pink lembut, dia mengangguk dan tersenyum tipis kearah Mile dan kemudian pemuda itupun pergi dengan membawa dua ember besar air bersih.

Mile yang merasa jantungnya jadi tidak beres itupun memutuskan untuk bertanya kepada Bible, dia takut jika sosok pemuda tadi adalah penunggu sumber air di situ.

"Bible, siapa sosok pemuda yang sedang mengambil air di bawah tadi.!?"

Bible yang tadi sekilas memang sempat melihat ada pemuda yang membawa ember besar berisi air itupun menjawab pertanyaan sang juragan.

"Oh itu salah satu warga kampung di sini pak, kan tadi saya sudah bilang kalau warga si kampung sini memang mengambil air langsung dari sumbernya."

"Tapi kenapa dia membawa ember besar, bukankah seharusnya dia membawa tempat air agar lebih mudah untuk di bawa.?"

Kembali Mile mengajukan pertanyaan kepada Bible, entah kenapa Mile merasa sangat penasaran akan pemuda tersebut. Bible yang mendengar Mile menayakan hal itupun membuatnya sedikit tersentak, pasalnya dia ingat seseorang yang selalu membawa ember besar untuk mengambil air dan itu sudah menjadi ciri khasnya.

"Oh iya! Saya ingat orang itu kalau tidak salah namanya Apo, dia memang sedikit berbeda dari warga lainnya pak, kalau tidak salah dia juga bekerja di penginapan kampung sini sebagai tukang bersih-bersih."

Mile yang mendengar jawaban Bible itupun hanya manggut-manggut sambil tersenyum.

"Mmmm,, jadi namanya Apo."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC. 🥰





Halo rek aku kembali nulis mbawa cerita baru karena sedang bicing MileApo, yah seperti biasa ceritaku itu selalu abal-abal, tapi yo semoga kalian suka rek.

Happy reading ya ges. 🥰

Muach 🥰😘

See you next chap. 🤸‍♀️💕

Pemuda Di Balik Kabut. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang