Chapter 10.

916 150 23
                                    

Mile yang terkejut dengan ucapan istrinya pun seketika berdiri dari duduknya dia menatap tidak percaya kearah Rose.

"Kamu gila Rose, kamu melakukan hal senekat ini tanpa memberi tau saya.!"

Rose sedikit berjengit mendengar Mile berbicara dengan nada yang cukup keras kepadanya.

"Tenang dulu Mile, aku bilang tenang, aku juga sudah membicarakan tentang perpisahan ini sama orang tua kamu mereka tidak marah sama kamu Mile, mereka hanya sedikit kecewa dan Papi juga tidak akan menjodohkanmu lagi, Papi sekarang tau segala sesuatu yang terpaksa itu tidak akan membuat kita bahagia jadi kamu tenang aja Mile, setelah semua ini selesai baik aku dan kamu hanya punya satu tugas yaitu membahagiakan diri kita masing-masing."

Mile terduduk dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dia mendengarkan Rose yang berbicara panjang lebar sambil memejamkan matanya sekedar untuk menenangkan perasaannya yang tidak menentu akibat kenyataan yang di terimanya secara tiba-tiba.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah hening beberapa saat Mile pun memutuskan untuk bersuara.

"Jadi selama saya pergi kamu mengurus semua ini sendiri, Rose.?"

Tanya Mile sambil tetap memejamkan matanya agar dirinya tetap tenang.

"Yahh,, begitulah aku sengaja menunggu kamu tidak di rumah, karena aku malas kalau harus berdebat tentang keputusan dengan pria keras kepala seperti kamu itu."

Jawab Rose acuh tak acuh sambil kembali menyesap kopinya yang sudah mulai mendingin.

"Kamu juga datang ke pengadilan sendirian Rose.?"

"Oh kalau itu aku di temani pengacaraku, kalau tidak begitu bagaimana aku mendapatkan surat resmi bercerai tanpa pihak kedua sebagai pasanganku."

Jawab Rose dengan santainya seakan tidak ada beban lagi setelah semua masalah ini selesai.

"Jadi saya hanya perlu menandatangani surat ini tanpa harus datang ke pengadilan lagi.?"

Tanya Mile sambil membuka map coklat di hadapannya itu.

"Iya itu adalah surat resmi bercerai, kamu hanya perlu tanda tangan sebagai persetujuan pihak kedua dan setelah itu kita benar-benar selesai."

Mile hanya menganggukkan kepalanya paham dan kemudian dia membubuhkan tanda tangannya di atas sebuah materai setelah selesai membaca semua isi surat itu.

"Ini sudah saya tandatangani."

Ucap Mile sambil mengembalikan surat itu kepada Rose.

"Oke makasih Mile, besok langsung aku kirim ke pengacaraku."

Jawab Rose sambil tersenyum lega, Mile pun membalas senyuman itu mereka sama-sama tersenyum lebar seakan belenggu yang mengikat mereka telah hancur.

"Saya yang harusnya berterima kasih sama kamu Rose, kamu sudah mengorbankan kebahagiaan kamu sendiri selama lima tahun ini demi menolong saya."

"Santai aja lah Mile, aku juga berterima kasih banyak sama kamu karena selama ini kamu tetap memberiku kebebasan seperti saat aku masih lajang dulu, pokoknya anggap saja semua yang kita lalui selama ini sebagai lika-liku kehidupan dan asam manisnya semesta, sekarang kamu bisa jadi diri kamu sendiri Mile tanpa harus memikirkan orang sekitar, ingat Mile kebahagiaan diri sendiri itu paling penting karena kita tidak akan bisa membahagiakan orang lain kalau diri kita sendiri aja nggak bahagia."

Ucap Rose tersenyum lembut sambil memberikan semangat kepada sahabatnya itu, sedangkan Mile pikirannya sedang melayang ke arah seseorang yang juga pernah mengatakan hal yang sama kepadanya.
.
.
.
"Kebahagiaan dan kebebasan diri sendiri itu lebih penting dari apapun, karena kalau diri kita sendiri nggak bahagia gimana kita mau membahagiakan orang lain, ya kan juragan."
.
.
.
Mile tersenyum karena tiba-tiba sosok pemuda berkulit Tan dan manis itu hadir di dalam benaknya.

Rose yang melihat Mile tersenyum-senyum sendiri pun merasa sedikit janggal karena seketika mood mantan suaminya itu berubah sangat cerah dan Rose yang pada dasarnya memang suka menjahili Mile pun memutuskan untuk menjalankan aksinya.

"Ekhemm,!! Cerah amat Pak auranya apa karena aura duda atau ada sesuatu nih, hahahaha."

Mile tersentak kaget dia menggosok tengkuknya karena merasa malu ketahuan senyum-senyum sendiri.

"Ckk, enggak saya biasa aja kok Rose."

"Mile kamu tuh nggak bisa bohong sama aku, jangan lupakan fakta bahwa kita tuh sudah bersahabat sejak masih jaman memakai popok, jadi sekarang kamu harus cerita sama aku tentang seperti apa orang yang merampas hati kamu itu.?"

Mile masih berusaha menghindari kontak mata dengan Rose, dia masih enggan untuk bercerita tentang Apo.

"Nggak ada Rose, kamu nggak usah aneh-aneh."

Jawab Mile sambil menyesap kopinya sekedar untuk menghindari tatapan menyelidik dari Rose.

"Mile demi apapun muka kamu itu sudah sama dengan buku terbuka jadi percuma banget kalau kamu mau bohongin aku, pokoknya aku nggak mau tau kamu harus cerita se.ka.rang.!"

Mile menghela nafas pasrah, dia sudah menduga Rose tidak akan mau mengalah dengannya.

"Ya kamu mau tau tentang apa.?"

Rose yang mendengar nada suara Mile sudah pasrah pun menyeringai senang.

"Seperti apa dia, Mile.?"

"Dia manusia tentu saja."

Jawab Mile sekenanya dan sukses membuat Rose mendelikkan matanya.

"Aku tanya baik-baik sama kamu ya Mile, jadi tolong jangan membuatku kesal.!"

Ucap Rose dengan nada yang cukup dingin dan tajam.

"Dia seseorang yanga sangat sederhana, kehidupannya juga sederhana, pokoknya segala sesuatu yang ada pada dirinya itu sangatlah sederhana."

"Jadi apa yang membuat kamu tertarik sama dia Mile.?"

Rose semakin penasaran dengan orang yang telah membuat Mile jatuh cinta hanya dengan kesederhanaannya itu.

"Justru kesederhanaannya itu yang membuat saya tertarik sama dia Rose, dia orang yang sangat sederhana, tatapannya tulus, tutur katanya lembut, wajahnya selalu tersenyum dan ceria, auranya sangat positif dia seperti magnet yang membuat saya melupakan segalanya jika sedang bersama dengannya."

Tutur Mile sambil tatapannya menerawang kearah langit-langit rumahnya dia seperti sedang menatap sosok manis itu di sana.

Rose merasa kali ini Mile benar-benar jatuh cinta setengah mati pada seseorang itu, bahkan saat bercerita pun Mile tidak pernah berhenti tersenyum seperti orang gila, dan mau tidak mau Rose pun ikut tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
.
.
.
.
"Untuk siapapun orang itu aku harap kamu tidak menyakiti sahabatku ini, dia sudah cukup menderita dengan semua tekanan kehidupannya."
.
.
.
Ucap batin Rose sambil menatap teduh ke arah Mile yang masih berada di dunianya sendiri itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.. 🙏🏻💓

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh gess para human nokturnal hihihi, yup saya kembali mbawa chapter amburadul.

Terimakasih untuk para pembaca yg udah vote dan komen jujurly komentar kalian itu seperti mood booster bagi saya. 🤭🤭🤭

Jadi teruslah vote dan komen karena dengan begitu jempol ini lebih semangat lagi untuk menari di atas keyboard. 🙏🏻

Happy reading and always stay with me, my happiness. 🥰

See you next chap. . . 🥰💕

Ketjub basah dari author..

Mmuuuaaaccchhh.. 😘😘😘💋💋💋

Pai.. Pai.. 👋💕🥰

Pemuda Di Balik Kabut. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang