Chapter 11.

873 155 34
                                    

"Lalu seberapa indahnya dia Mile.?"

Tanya Rose lagi yang memang jadi sangat penasaran.

"Dia memiliki postur tubuh yang hampir sama dengan saya, hanya saja tubuhnya lebih kecil dan lebih ramping, kulitnya berwarna tan sangat eksotis, rambutnya hitam legam, wajahnya sangat manis, bibirnya berwarna pink lembut, matanya sangat indah dan ada kerlingan nakal di sana, dan satu hal yang harus kamu tau Rose, dia adalah orang yang paling sempurna di dunia ini menurut saya."

Rose nggelengkan kepalanya dia benar-benar tidak menyangka Mile berubah menjadi orang idiot hanya karena cinta.

"Kalau boleh tau berapa usianya Mile.?"

Seketika senyum Mile menghilang sesaat setelah Rose menyinggung soal usia.

"Dia,,,, sepuluh tahun lebih muda dari saya."

"What! Hahahahahaha,,, aku baru tau ternyata kamu seorang pedofil Mile."

Mile yang tidak terima di sebut pedofil pun sangat kesal kemudian dia meraih bantal sofa dan melemparkannya ke wajah sahabatnya itu sampai-sampai Rose terjengkang ke belakang sangkin kuatnya lemparan Mile.

"Maksud kamu apa ngatain saya pedofil begitu.!?"

Rose yang sudah lelah tertawa pun hanya menyandarkan punggungnya sambil memeluk bantal sofa yang di lempar Mile tadi.

"Bukan begitu maksud aku Mile, kamu yakin jatuhin hati kamu sama orang yang lebih muda dari kamu, memangnya dia mau sama kamu gitu.?"

"Kalau itu saya nggak tau Rose, saya ninggalin dia dalam keadaan salah paham."

Jawab Mile dengan nada yang sangat lesu, tatapannya juga menerawang seakan jiwanya tidak ada di tempat.

Rose terkejut melihat Mile yang sekarang, baru saja dia melihat Mile berbunga-bunga, kemudian melihat Mile marah, dan kemudian dia melihat Mile murung, selama Rose berteman dengan Mile rasanya baru kali ini dia melihat Mile begitu tempramen seperti sekarang dan itu terjadi karena cinta.

"Salah paham karena apa Mile.?"

Tanya Rose setelah cukup lama terdiam.

"Saya lupa menceritakan padanya kalau saya sudah menikah, sesaat setelah nodt menghubungi saya dia datang ke penginapan untuk berterimakasih dan memberikan saya sebuah syal sebagai hadiah, dan pada akhirnya saya mengatakan yang sebenarnya kemudian dia menangis hebat di pelukan saya, sampai pagi tadi saya berpamitan dengannya pun dia kembali menangis, saya tidak tau dia mau memaafkan saya atau tidak."

Rose menghela nafas berat kemudian dia mendekati Mile dan menepuk-nepuk pundak kokoh itu.

"Sudahlah Mile, nggak usah terlalu di pikirkan nanti kalau suatu saat kamu mau kesana lagi kamu ajak aku biar aku bisa bantuin kamu menjelaskan sama dia tentang semua ini, aku yakin dia pasti maafin kamu kok Mile, karena tidak akan ada sebuah kesalahan yang mampu mengalahkan kekuatan cinta."

Mile memeluk sahabatnya itu, Rose memang satu-satunya orang yang bisa mengerti dan memahami perasaan Mile, mereka sudah seperti saudara kandung Rose paham betul Mile itu terlihat keras dan dingin dari luar namun pada aslinya Mile adalah sosok yang pemalu dan tidak terbiasa untuk mengutarakan isi hatinya itulah kenapa kebanyakan orang akan salah paham dengannya.

Rose menepuk punggung kokoh Mile dan melepas pelukannya setelah di rasa Mile sudah cukup tenang.

"Makasih banyak ya Rose, kamu adalah satu-satunya orang yang paling mengerti saya."

Ucap Mile sambil mengacak-acak rambut Rose.

"Alaaahh udah nggak usah drama deh Mile, sana kamu balik aja ke kamar aku juga capek mau istirahat, tuh udah mau jam dua belas malam."

"Oke saya balik ke kamar dulu, oh iya jangan lupa pintu depan di kunci ya Rose."

Ucap Mile sambil berlari kecil ke arah tangga.

"Kamu pikir aku pembantumu apa.!?"

Jawab Rose sambil mencak-mencak, sedangkan Mile hanya tertawa geli melihat sahabatnya marah-marah.
.
.
.
.
.
.
Skip Time.
.
.
.
.
.
.
Setahun berlalu sejak kejadian itu kini Mile sedang berusaha menata ulang kehidupannya menikmati masa-masa kebebasannya, menjadi dirinya sendiri tanpa belenggu di hatinya.

Setelah bekerja sangat keras selama ini Mile berniat untuk mengambil cuti untuk liburan dan mengistirahatkan pikirannya.

"Bas, tolong kamu handle urusan kantor selama sebulan ya, saya mau ambil cuti soalnya."

Terlihat Mile yang sedang duduk di kursi besarnya sambil menghubungi seseorang.

"[Satu bulan banget nih pak.?]"

Tanya orang di seberang panggilan tersebut.

"Iya, kenapa kamu keberatan.?"

"[Oh nggak kok pak saya nggak keberatan sama sekali.]"

Jawab orang tersebut dengan nada yang sedikit gelagapan.

"Ya udah baik-baik di kantor, nanti gaji kamu saya naikkan bulan depan."

"[Hah,! Beneran nih pak.?]"

Mile sedikit menjauhkan ponselnya karena orang di seberang panggilannya memekik dengan nada yang antusias.

"Kamu pikir saya anak kecil.?"

"[Hahahaha,,enggak kok pak, makasih banyak ya pak, bapak tenang aja urusan kantor biar saya yang urus pokoknya bapak nikmatin aja waktu liburannya.]"

"Oke."

Jawab Mile final dan kemudian dia mematikan panggilannya.
.
.
.
.
.
.
.
Di lain tempat kembali ke rumah sederhana di pegunungan, terlihat Apo yang baru saja selesai melipat baju-baju yang sudah selesai di jemur dan kemudian dia merapikannya di lemari, di saat Apo membuka bagian gantungan baju tangan rampingnya terulur ke arah sebuah jaket abu-abu yang tergantung rapi di antara baju-bajunya.

"Kamu apa kabar Mas, masih ingat nggak ya sama aku.?"

Ucap Apo dengan nada yang sendu, ya jaket abu-abu tersebut adalah milik Mile, Apo menemukannya saat dia sedang membersihkan kamar penginapan beberapa hari setelah kepergian Mile, sepertinya Mile melupakan jaketnya karena dia menggantungkannya di belakang pintu.

Apo tersenyum sendu hatinya selalu berdenyut sakit setiap dia mengingat pria tampan itu, selama setahun ini Apo selalu berusaha melupakan Mile, Apo selalu menyibukkan dirinya, dia selalu pergi bekerja pagi-pagi sekali, kemudian pergi berkebun menanam dan memanen sayur, dan sorenya dia akan pergi mencari kayu bakar namun Apo tetap tidak bisa melupakan sosok Mile, bahkan saat sedang istirahat di pondok saat dia mencari kayu bakar, Lagi-lagi bayangan Mile tersenyum hangat dan memeluknya saat tidur itu kembali datang, lalu detik berikutnya Apo akan menangis sejadi-jadinya sampai nafasnya sesak di pondok itu.
.
.
.
Tok.. Tok.. Tokk.!!
.
.
.
Lamunan Apo terhenti saat mendengar ketukan pintu rumahnya, kemudian Apo berjalan cepat dan membukakan pintu untuk tamunya.

"Loh Bible, tumben datang kesini.?"

Apo cukup terkejut karena memang Bible jarang berkunjung.

"Iya Po, kamu bisa ke penginapan sekarang nggak, soalnya bibi yang masak di penginapan lagi sakit, dan kebetulan ada tamu istimewa hari ini, jadi kamu bantuin saya nyiapin jamuan ya."

"Tamu istimewa siapa sih Bib.?"

Tanya Apo penasaran karena tidak biasanya Bible sampai harus menghampiri kerumahnya.

"Udahlah kamu bakal tau nanti."

Jawab Bible sambil menarik tangan Apo dengan tergesa-gesa.
.
.
.
.
.
.
.
TBC..🙏🏻💓

Halo gaessss saya kembali dengan chap semrawut nggak tau lagi ini mau up dari siang ketunda tunda mulu gegara bocil rewel hiks sroott. 🤧🤧🤧

Happy reading seperti biasanya ya ges jgn lupa vote dan komennya sebagai penyulut semangatku, always stay with me okeh lopyu sekebon. 💓💓💓

See you next chap. . 👋

Ketjhub basah dari author.

Mmuuuaaacchhh. 😘😘😘💋💋

Pai.. Pai.. 👋🥰

Pemuda Di Balik Kabut. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang