Chapter 5.

952 168 29
                                    

"Astagaaaa punya dosa apa ya saya di kehidupan sebelumnya sampai-sampai harus bertemu dengan orang seperti juragan ini."

Apo memutar bola matanya malas kemudian dia mengisi gelasnya dan meminum air putih.
.
.
.
.
.
Selesai dengan acara makan mereka berdua pun duduk bersebelahan sambil menghangatkan diri di depan api unggun, keheningan kembali menyelimuti suasana malam itu hanya suara hewan-hewan malam dan percikan kayu bakar yang di makan api.

"Jadi orang kaya tuh rasanya gimana sih juragan, kalau di lihat-lihat kok kayaknya enak banget gitu, mau ini itu gampang banget mana tinggal nyuruh-nyuruh pula, berasa di dunia mimpi kayaknya."

Lagi-lagi suara manis Apo kembali memecah keheningan di antara dua sejoli itu.

"Heh,, tidak semudah dan seindah yang kamu lihat Po, pada kenyataannya itu sulit bagi saya."

Mile memberikan jawaban sambil terkekeh.

"Apanya yang sulit.?"

Entah kenapa Apo merasakan hatinya perih melihat Mile yang terkekeh dengan nada sendu nya.

"Kamu tau Po, terkadang hidup sederhana dan apa adanya seperti kamu itu jauh lebih baik daripada hidup bergelimang harta dan memiliki kedudukan seperti saya ini."

Apo cukup tertegun, Mile yang biasanya membuat dia kesal setengah mati entah kenapa malam ini terlihat sangat tertekan dan rapuh.

"Setidaknya jika kamu memiliki kehidupan sederhana dan apa adanya, Orang-orang yang dekat denganmu pun juga akan sangat sederhana dan apa adanya."

Apo semakin di buat penasaran dengan semua yang Mile katakan.

"Jadi maksudnya orang-orang di sekitar juragan itu tidak ada yang tulus.?"

Kali ini Mile menoleh kesamping menatap Apo langsung ke arah matanya.

"Bukan tidak ada, hanya saja sangat susah untuk di cari kebanyakan dari mereka mempunyai maksud tertentu jika mendekati saya, dan beberapa rekan bisnis juga hampir semua hanya baik di depan saya namun mereka berusaha menghancurkan saya dari belakang."

Apo mendengarkan semua cerita Mile dengan baik, dan dia merasa hatinya menghangat melihat Mile yang terbuka pada dirinya.

"Maaf ya saya nggak bermaksud mau bikin juragan jadi sedih begini."

Ucap Apo yang merasa tidak enak pada Mile, sedangkan Mile hanya menggeleng dan tiba-tiba Mile menggenggam tangan Apo.

Apo sedikit terkejut namun dia membiarkannya karena Apo merasa tangan Mile sangat besar dan hangat.

"Kamu tau nggak Po, sejujurnya saya itu bukan orang yang mudah bergaul dan terbuka dengan orang asing, tapi kalau sama kamu entah kenapa saya merasa nyaman dan saya juga merasa kalau kamu tuh benar-benar orang yang tulus dan nggak punya niat lain."

Apo jadi salah tingkah di buatnya, ya siapa yang tidak salah tingkah kalau tangannya di genggam dengan erat lalu di tatap matanya sambil di puji-puji begitu.

Bahkan sekelas Apo yang berkulit tan pun tetap memerah tidak hanya pipinya tapi juga sampai ke kedua telinganya.

"Aduh juragan jangan gitu dong saya kan jadi malu, hahahahaha."

Jawab Apo sambil tertawa garing untuk menutupi salah tingkahnya.

"Pokoknya mulai sekarang juragan boleh kok cerita sama saya tentang apapun itu, juragan nggak harus mikirin orang sekitar, juragan juga nggak boleh memendam masalah sendirian, pokoknya kalau saran saya sih kebahagiaan dan kebebasan diri sendiri itu lebih penting dari apapun karena kalau diri kita sendiri nggak bahagia gimana caranya kita mau membahagiakan orang lain, iya kan juragan."

Mile tersenyum, baru pertama kali dia merasa senyaman dan sebebas malam itu.
.
.
.
.
.
Malam semakin larut kabut pun semakin menebal dan mereka pun memutuskan untuk masuk dan tidur.

Namun sebelum tidur Mile kembali bersuara.

"Po.?"

Apo yang merasa terpanggil pun kembali membuka matanya yang sudah setengah terpejam.

"Iya kenapa lagi jura,,, "

"Mas,! panggil saya mas saya nggak suka kamu panggil juragan terus.!"

Jawab Mile dengan nada tegasnya, sedangkan Apo yang di tatap Mile dengan begitu tajamnya pun hanya bisa meneguk ludahnya dia sangat takut dan mau tidak mau pada akhirnya Apo mengalah.

"Emm, iya Mas."

Jawab Apo sambil sedikit tersenyum karena malu dan canggung, sedangkan Mile yang merasa sangat puas pun reflek memeluk Apo dan langsung memejamkan matanya, menjadikan Apo sebagai bantal guling tanpa memikirkan perasaannya yang sudah porak poranda dengan wajah yang sudah memerah sampai ke telinganya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Skip time..
.
.
Dua bulan berlalu semenjak kejadian di gunung mereka berdua pun semakin dekat namun karena kesibukan Mile yang sedang mengawasi jalannya proyek pembangunan pun membuat mereka jarang menghabiskan waktu berdua.

Di saat Mile sedang beristirahat di balkon kamarnya samar-samar dia melihat seorang pemuda di selimuti kabut tipis, pemuda itu menggunakan celana pendek dan kaos tanpa lengan bergambar kucing rambutnya di ikat keatas seperti biasanya.

Mile tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dia heran dengan pemuda tersebut yang seperti sudah sangat kebal dengan udara pegunungan, tanpa harus mendekat Mile pun sudah tau betul siapa itu.

"Maassss,,, lihat deh aku bawa apa.!!"

Ucap pemuda tersebut dengan nada yang cukup keras karena posisinya memang masih lumayan jauh dari tempat Mile duduk.

Balkon kamar Mile mengarah langsung ke taman samping penginapan dan Apo memang selalu menyapa Mile dari taman dia tidak pernah berani masuk ke dalam kamar penginapan tempat Mile tinggal meskipun hubungan mereka sudah lumayan dekat.

"Apa itu Po.?"

Tanya Mile sambil tersenyum dan mematikan rokoknya.

"Ini rebung mas, hari ini mas libur kan.?"

Mile masih menatap Apo, semakin hari hatinya semakin goyah, namun otaknya masih berfikir rasional dia masih mempunyai tanggung jawab yang besar di rumah.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.. 🙏🏻

Selamat night para pembaca pertama tama mari ucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Big pada tgl 12 juni 2020.

Jujurly gue nangis bgt gess. 😭😭😭😭

Oke lah nggak usah curhat happy reading semua dan maaf kalo ceritanya ngebosenin seperti hidup yg nulis. 🤭🤭🤭

Pai.. Pai.. 👋

See you next chap.. 👋💕

Ketjub basah dari author.

Mmuuuaaccchh.. 😘😘😘😘💋💋💋

Pemuda Di Balik Kabut. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang