Chapter 2.

1.1K 195 12
                                    

Bible yang merasa Mile menjadi sedikit aneh itupun mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Jadi gimana nih pak, keputusan bapak tentang proyek ini.?"

Mile yang mendengar Bible bertanya tentang rencana pembangunan itupun akhirnya mencoba bersikap biasa saja.

"Emm,, sepertinya saya tertarik akan proyek ini, jadi saya nanti akan menghubungi asisten saya dan saya juga akan segera mengurus semua kebutuhan proyek ini."

Jawab Mile yang kembali ke mode seriusnya.

"Baik kalau begitu sekarang bapak saya antar ke penginapan untuk beristirahat, bukankah bapak berencana untuk tinggal di sini sampai proyek selesai.?"

Tanya Bible kepada sang juragan.

"Yah sepertinya mengawasi proyek secara langsung akan lebih baik."

Jawab Mile dengan santainya, dan merekapun berjalan menuju penginapan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sesampainya di penginapan Mile langsung merebahkan dirinya, Bible sudah berpamitan sejak tadi tiba-tiba Mile teringat dengan yang Bible katakan, pemuda yang dia temui tadi katanya bekerja di penginapan kampung ini jadi kemungkinan Mile akan kembali bertemu dengannya, mengingat hal itu Mile pun hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya dia pun bangkit dan menuju balkon penginapan menyalakan sebatang rokok dan menghembuskan asapnya ke udara, tanpa terasa hari pun sudah malam dan Mile memutuskan untuk tidur karena memang tubuhnya sudah lelah.
.
.
.
.
.
.
.
Mile pov.

Pagi harinya aku terbangun dan melihat jam di meja nakas samping ranjangku, jam baru menunjukkan pukul 8 pagi biasanya di waktu libur seperti ini aku belum bangun dan masih bergelut dengan selimutku, namun pagi ini berbeda samar-samar aku mendengar seseorang sedang menyapu halaman samping penginapan ini dan itu tepat di sebelah kamarku, aku pun segera bangkit dari kasur dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih biasanya aku akan joging di pagi hari namun kali ini sedikit berbeda, udara pegunungan masih sangat dingin di jam pagi seperti ini jadi aku memutuskan untuk joging di sore hari saja.

Selesai bersih-bersih aku pun menuju balkon untuk menikmati pemandangan di pagi hari, namun ternyata kabut masih sangat tebal dan gunung di belakang kampung pun masih belum terlihat, namun di balik kabut tebal ini aku melihat sosok pemuda yang aku temui di sumber air kemarin sore.

Dia mengenakan celana olahraga panjang dan juga kaus hitam lengan panjang mungkin karena udara masih sangat dingin, aku memperhatikannya yang sedang menyapu halaman dan sesekali memotong rumput yang sedikit panjang, dia masih melakukan hal yang sama seperti kemarin yaitu mengikat rambutnya ke atas dan itu sangat lucu menurutku.

Lamunanku buyar saat beberapa warga yang akan berangkat ke kabun menyapaku dengan sangat ramah.

"Selamat pagi juragan."

Sapa seorang ibu-ibu paruh baya sambil tersenyum ramah ke arahku.

"Iya selamat pagi bu".

Jawabku seadanya, jujur saja hidup di kota membuatku tidak terbiasa dengan interaksi yang terlalu ramah seperti ini, belum selesai aku berpikir tiba-tiba ada suara pemuda yang juga menyapaku.

"Selamat pagi juragan."

Dan betapa terkejutnya aku, ternyata pemuda yang menyapaku adalah pemuda yang sedang ku amati.

"Ah, ya selamat pagi juga".

Jawabku sekenanya.

"Bagaimana suasana pegunungan juragan.?"

Kembali pemuda itu bertanya kepadaku.

"Emm,, tidak buruk hanya saja udara di sini sedikit lebih dingin daripada di kota jika malam hari."

Pemuda itupun tersenyum ke arahku.

"Juragan ini bagaimana sih, namanya juga pegunungan sudah pasti berbeda dengan perkotaan."

Ujar pemuda tersebut dengan nada jenaka, aku cukup tertegun melihatnya yang begitu ramah kepadaku.

"Oh iya, nama saya Apo Nattawin, saya bekerja si sini jadi jika juragan butuh sesuatu juragan bisa panggil saya kapanpun.!"

Ucap pemuda tersebut dengan nada antusias dan sambil tersenyum ramah kepadaku.

"Ah iya, nama saya Mile Phakphum dan tidak usah panggil saya juragan, panggil saja pak atau mas juga boleh."

Jawabku sedikit menggodanya, dan dia hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak boleh seperti itu, kesannya kan jadi tidak sopan juragan."

Lagi-lagi dia memanggilku dengan sebutan juragan dan aku hanya bisa tersenyum maklum karena sepertinya dia orang yang cukup keras kepala.

"Oh iya Apo, kau sudah lama bekerja di sini.?"

Tanyaku padanya, sekedar untuk mencairkan suasana canggung.

"Lumayan juragan, aku sudah bekerja di sini sejak umurku 20 tahun berarti sekarang sudah genap 5 tahun aku bekerja."

Aku cukup terkejut, pemuda di depanku ternyata 10 tahun lebih muda dariku rasanya entah kenapa aku merasa tidak percaya diri.

"Juragan tidak pergi jalan-jalan.?"

Apo kembali bertanya kepadaku.

"Hmm,, sebenarnya saya terbiasa joging di pagi hari, tapi hari ini berbeda udara masih sangat dingin saya belum bisa adaptasi di sini."

Apo yang mendengar jawabanku kembali tertawa.

"Hahaha,, justru itu juragan harus keluar biar cepet adaptasinya, kalau juragan tetap di dalam kamar mau satu tahun di sini juga juragan nggak bakalan bisa adaptasi."

Apo masih menggelengkan kepalanya, mungkin dia tidak habis pikir dengan sikapku dan bersamaan dengan tawa Apo, matahari mulai menunjukkan sinarnya di pagi hari, menyorot ke arah wajah Apo yang sedang tersenyum ke arahku.

Dan sesuatu kembali terjadi dengan jantungku, ini sangat tidak aman usiaku baru 35 tahun tapi jantungku mulai lemah hanya karena udara dingin pegunungan, sepertinya setelah pulang dari sini aku harus memeriksakan diriku ke dokter spesialis jantung.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.. 🥰



Hallo rek aku kembali mbawa chapter dua yang mungkin gk nyambung, tapi gk popo rek aku seneng kalian mbaca dan komen di ceritaku yang awur"an gini.

Pokoknya stay with me terus ya kalian, ini rencana mau tak up besok abis episode 9 tapi kok kayaknya aku bakalan tepar mergo tawan muncul jadi tak up sekarang aja mumpung lg mood juga.

Hihihi wes dulu cuap"nya pokoknya happy Reading rek.

Muuaacchh. 😘😘

See you next chap. 🥰🥰

Pai pai.. 👋👋

Pemuda Di Balik Kabut. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang