•27•

1.5K 127 5
                                    

Dia tidak percaya bahwa mereka begitu berambisi untuk menghancurkannya. Setelah sebelumnya mereka berhasil menghancurkan proyek pembangunan di Thailand, kini mereka kembali berulah dengan menghancurkan anak perusahaannya yang berada di Singapura.

Entah ada berapa mereka memiliki banyak koneksi sampai mereka bisa menghancurkan keduanya di negara yang berbeda.

"Bagaimana perusahaan di Singapura?,"

"Buruk Tuan. Banyak korban disana. Beberapa dari mereka adalah pejabat tinggi dan meminta kompensasi atas apa yang terjadi pada mereka,"

Pria itu tampak tenang. Tidak sama sekali pun pusing memikirkan berapa banyak uang yang akan di keluarkan nya untuk di berikan kompensasi pada mereka. Hanya saja sesuatu mengganggu ketenangannya.

Dia takut jika setelah ini mereka akan mengganggu orang terdekatnya. Dua perusahaan sudah di hancurkannya, dia mengerti bahwa itu pertanda mereka mulai peperangan. Dan bisa saja setelah ini orang terdekatnya yang menjadi sasaran.

"Berikan berapa banyak yang mereka minta. Setelah itu kembali pada tugas awalmu Tuan Lee,"

Setelah melakukan panggilan telepon dengan Tuan Lee, pria itu berdiri dari kursi kebesarannya dan berjalan menuju kaca besar yang memperlihatkan pesona Seoul dari atas sana.

Tak lama berdiam berdiri disana, dia merogoh saku celananya kembali mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang.

"Hem, aku memerlukan bantuanmu,"

...

Mobil Porsche itu berhenti di area parkir kantor polisi. Dia akan mengunjungi salah satu tahanan disini. Dengan berbalut pakaian formal, pria itu keluar dari mobil dan penuh dengan wibawa memasuki kantor polisi diikuti bodyguard di belakangnya.

Banyak polisi yang membungkukkan tubuh mereka karena tau siapa yang datang berkunjung. Dia begitu di hormati bahkan dengan pejabat korea sekalipun.

"Aku ingin bertemu Lee Taeyong," Ucapnya pada salah satu opsir polisi datang menghampirinya.

Pria itu memutuskan untuk duduk di tempat khusus kunjungan tahanan. Di depannya ada kaca penghalang yang di sertai telpon genggam disana untuk melakukan komunikasi dengan para tahanan.

"Sungguh suatu kehormatan melihat kedatanganmu," Pandangannya beralih mendapati Taeyong berjalan dengan tangan yang di borgol di temani satu polisi menuntun jalannya lalu meninggalkan keduanya untuk berbicara.

Dia tersenyum "Kau nampak lebih buruk. Kukira kau di perlakukan dengan baik disini,"

Taeyong mengepalkan tangannya. Dia tau bahwa pria itu sengaja menghinanya yang tidak bisa berbuat apa-apa. Rasa kebenciannya semakin bertambah melihatnya terlihat tenang dari sebelumnya.

Apakah dia sudah berbaikan dengan istrinya?

"Sampai kapanpun kau mencoba memisahkan ku dengan istriku, itu tidak akan pernah terjadi," Sahutnya seakan tau isi pikiran Taeyong.

"Wae? Kau takut aku melakukannya?,"

"Ani, hanya saja aku ingin memberitahumu untuk tidak membuang-buang waktu,"

"Berhentilah bermain-main dengan dunia mafia Lee Taeyong. Kau masih kecil untuk memahaminya. Yang kau bisa lakukan hanya menghancurkan dan membunuh," Taeyong tertawa gelak mendengarnya. Dia baru saja di nasehati?

"Untuk apa aku mengikuti perkataanmu? Dengar baik-baik, aku akan segera membunuhmu. Bersiaplah, Xavier," Ucapnya penuh penekanan dan menantang.

Limario menggelengkan kepalanya lantas berdiri dari duduknya "Kubu selatan pasukanmu telah musnah. Berhenti dari sekarang atau aku akan benar-benar menghabiskan seluruh pasukanmu,"

Baby J || Jenlim SEASON 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang