.
.
.
Jisung memperhatikan seisi kamar tamu yang tidak bisa dibilang seperti kamar tamu, malah terlihat seperti kamar VIP hotel. Ada kasur queen size yang bersampingan dengan jendela kaca besar yang berhadapan langsung dengan halaman depan mansion.
Kakinya ia bawa untuk mendekat pada jendela besar itu dan melihat keluar. Ternyata di samping taman bunga ada taman khusus untuk bersantai, terbukti adanya bangku panjang yang diletakkan di bawah pohon maple berwarna oranye yang sedang menikmati suasana musim semi hingga daun-daun indahnya tak jarang berjatuhan ketika angin menerobos masuk di celah-celah dedaunannya.
Ia seketika teringat ingin mandi dan bergegas menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar itu.
Bisa gawat kan jika tuannya datang ia malah masih belum membersihkan dirinya. Sangat tidak sopan sekali, pikirnya.
***
Setelah menjelaskan perihal mengapa ia membawa Jisung ke sini dan tawaran pekerjaan menjadi baby sitter atau bahasa lainnya adalah pelayan pribadi anaknya, Irene - istri Suho - menyetujui usul suaminya itu. Ia kasihan dengan hidup Jisung yang terbilang kurang beruntung. Satu sisi ia juga senang karena anaknya akan punya teman walaupun hanya sebatas tuan dan pelayan saja. Anak tunggalnya itu sungguh tertutup dan dingin kepada semua orang, namun sisi manjanya akan ia tampakkan di depan ibunya saja, hanya ibunya, tidak dengan ayahnya.
Irene membawa satu set seragam pelayan dan beberapa pakaian santai di tangannya yang sekiranya pas di tubuh Jisung dan menuju ke kamar tamu tempat anak itu berada. Suho pergi ke kamarnya sendiri yang ada di lantai dua untuk bebersih diri dan mengganti pakaian.
Saat ia masuk ke dalam, terdengar gemericik air di kamar mandi tanda Jisung masih berada di dalam. Irene meletakkan pakaian-pakaian itu di atas kasur dan duduk cantik sambil menunggu Jisung selesai mandi.
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Jisung dengan rambut basahnya dan handuk yang ia lilitkan sebatas pinggangnya terkejut melihat keberadaan Irene yang sedang tersenyum kecil ke arahnya.
"Ha-halo nyonya, maaf saya tidak tahu anda ada di sini. Maaf jika saya lancang-"
"Tidak usah meminta maaf." ucap Irene terkekeh geli melihat wajah malu Jisung yang kelihatan imut di matanya.
"Nih pakai baju seragammu dulu ya. Nanti susul saya ke dapur untuk makan malam sekalian saya mau mengenalkan kamu ke anak saya."
Irene menyodorkan seragam pelayan yang diterima Jisung dengan gugup.
"Terimakasih nyonya." ucap Jisung sambil membungkuk hormat. Irene tersenyum dan menyingkirkan rambut basah Jisung yang menutupi kedua matanya hingga mendapat respon terkejut lagi dari pemuda itu atas kelakuan si nyonya rumah.
"Astaga! Kau ternyata begitu tampan dan tinggi. Kuharap anakku menyukai dan menerima kehadiranmu disini Jisung."
Jisung hanya tersenyum canggung dan berterimakasih kembali kepada Irene. Setelah si nyonya rumah pergi, Jisung langsung memakai seragamnya dan memindai penampilannya di depan kaca lemari setinggi tubuhnya.
Kemeja putih yang dimasukkan ke dalam celana kain berwarna hitam persis seperti pakaian barista yang pernah dilihatnya di TV majikannya.
Rambut hitamnya ia biarkan jatuh menutupi sebagian dahinya. Tampan? Entahlah ia tidak pernah berpikiran seperti itu. Mendapat pujian dari orang lain pun tidak pernah dan pertama kalinya ia dipuji adalah dengan Irene tadi. Jadi telinganya agak aneh ketika mendengar orang memujinya 'tampan' atau apapun itu yang ditujukan untuknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/310664846-288-k669636.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ChenJi]✓
VampirosHidup dalam dunia yang kejam ini tak pernah terpikirkan olehnya sama sekali jika kehidupannya benar-benar berubah total diawali dengan pertemuannya dengan seorang pria bersurai perak di depan minimarket. Jisung × Chenle Fanfiction ©ChLeo (@Moominn_n...