09

1.6K 177 2
                                        








.



.



.








"AARGH! TUAN!!"

Teriakan Jisung lepas begitu saja saat kedua taring tajam menembus kulit bahu kanannya. Ia memejamkan mata saat dirasa darahnya tengah mengalir deras dihisap oleh tuannya.

Dorongan di dada Chenle perlahan melemah seiring dengan wajah Jisung yang perlahan memucat. Ia berpasrah diri ketika hisapan kuat itu sebentar lagi akan merenggut nyawanya. Memberontak pun terasa sia-sia karena ia hanyalah seorang manusia, sedangkan Chenle adalah seorang vampir. Kekuatan mereka jelas jauh berbeda.

Tubuh Jisung terkulai lemah di bawah kungkungan Chenle yang telah kehilangan akal sehatnya. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Jisung berusaha mengeluarkan suaranya dan berbisik lemah di telinga kanan tuannya.

"Tuan.. s-saya ingin berterima kasih kepada keluarga anda.. karena.. telah menerima kehadiran saya disini.."

Jisung perlahan menutup matanya bersamaan dengan jatuhnya sebulir liquid bening di ujung matanya. Kesadarannya semakin menipis dan nafasnya kian memberat.

Brak!

"ZHONG CHENLE!!"

Irene mendobrak pintu kamar dengan brutal. Matanya membelakak melihat anaknya sedang asyik menghisap darah Jisung hingga anak itu sudah kehilangan kesadarannya.

Ia menarik tubuh Chenle supaya anak itu melepaskan hisapannya pada bahu Jisung.

"Chenle! Lepas nak! Kau akan membunuh Jisung!!"

Irene masih berusaha menarik leher Chenle sekuat tenaga, namun anak itu masih tetap tidak melepaskan gigitannya.

"LELE! KAU MENDENGARKAN MAMA TIDAK SIH!??"

Yang tadinya berupa tarikan, sekarang Irene merubah usahanya itu menjadi memukul punggung anaknya dengan kedua kepalan tangannya, berharap dengan cara itu berhasil menyadarkan Chenle.

"LELE! SADAR NAK!"

"SUHOOO! KAU DIMANA!??"

"TOLONG ANAK KITA!!"

Teriakan nyaring Irene mengundang beberapa pelayan berlarian ke arah sumber keributan. Suho yang baru saja menginjakkan kakinya di depan gerbang, bergegas berlari menuju ke dalam mansion dan mendapati di depan kamar Jisung dipenuhi oleh para pelayan.

Merasa kehadiran majikannya disana, mereka memberi jalan bagi Suho untuk masuk ke dalam.

Betapa terkejutnya ia melihat istrinya sedang memukuli punggung anaknya sambil menangis. Tak hanya itu saja, Jisung sudah berada di ambang batas kehidupannya dengan Chenle di atasnya yang masih saja menghisap darahnya tanpa mempedulikan sekitar.

Suho dengan sedikit terpaksa memukul tengkuk anaknya dengan keras sehingga Chenle jatuh pingsan dan gigitannya pada bahu Jisung terlepas. Ia mengangkat tubuh anaknya dari atas tubuh Jisung yang sudah pucat akibat ulah anaknya dan membaringkannya di lantai.

Irene memekik tertahan ketika melihat bekas gigitan anaknya yang sudah membiru di bahu Jisung. Suho langsung mengecek nadi pemuda jangkung itu dan meletakkan punggung jarinya di bawah hidung. Ada sedikit hembusan nafas yang menerpa jarinya dan denyut nadi yang terasa sangat lemah.

Jisung masih hidup namun kondisinya saat ini tengah kritis.

Suho menyuruh salah satu pelayan yang ada di sana agar memanggilkan tabib untuk menangani Jisung.

Different [ChenJi]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang