08

1.5K 153 14
                                        







.



.



.










Suara sepatu yang berbenturan dengan lantai marmer di bawahnya menggema pada lorong yang dilewatinya. Gelap dan sepi, hanya ada sumber pencahayaan berupa lilin yang tergantung di dinding dengan jarak yang lumayan jauh satu sama lain.

Diujung sana terdapat pintu besar terbuat dari batu Ruby dengan ukiran perak yang turut menghiasi bingkai pintu itu, serta di akan dan kirinya dijaga oleh vampir penjaga berbadan besar yang masing-masingnya memegang senjata kapak besar.

Kedua penjaga itu menoleh kepada seseorang yang mendekati mereka dan memasang mode waspadanya.

Seorang pria dengan jubah hitam itu menurunkan tudung jubahnya hingga nampaklah surai keperakan yang terlihat begitu mencolok di remang-remang cahaya lilin.

Kedua penjaga itu langsung mengubah posisinya kesemula dan membukakan pintu elegan itu untuknya.

Pria itu tanpa mengatakan apapun segera melangkah ke dalam ruangan itu. Bau buku tua langsung menyapa indera penciuman pria itu saat dirinya melangkah lebih jauh ke dalam.

Mata merahnya mengedar ke sekeliling ruangan dan mendapati seorang pria dengan jubah merahnya duduk di dekat jendela dengan buku tua di tangan kanannya.

"Ingat rumah juga kau ternyata." ucap pia itu tanpa melihat ke arah lawan bicaranya yang sedang menatapnya dengan pandangan datar.

"Saya kesini ingin membicarakan tentang anak saya."

Pria berjubah merah itu mendengus dan meletakkan buku ditangannya kembali ke raknya dengan kemampuan telekinesisnya. Ia menatap pria di depannya itu sejenak.

"Zhong Chenle? Kenapa dengan cucuku?"

"Anda sudah pasti sangat tahu maksud saya."

Pria itu berdecih sambil menumpukan dagunya ke atas punggung tangan.

"Seperti biasa, kau tidak suka berbasa-basi Jun Mian."

Pria itu menunjuk kursi kosong di depannya, menyuruh Suho untuk duduk di sana.

"Berapa lama lagi?"

"Dua bulan." ucap Suho setelah berhasil mendaratkan pantatnya pada kursi rotan itu. Ia melihat ekspresi wajah ayahnya yang terlihat berpikir serius sambil memandang jauh ke arah jendela luar.

"Dan sampai sekarang anakku masih belum menemukan mate-nya."

Ayah Suho atau nama akrabnya kerap disapa Siwon itu menghela nafas panjang. Permasalahan inilah yang selalu dibahas tiada henti dari tiga tahun yang lalu. Bagaimana sulitnya anak tunggal Suho itu mencari mate-nya sendiri selama tiga tahun ini jika anak itu saja tidak mau berinteraksi dengan siapapun.

Dan tak terasa hari yang ditunggu pun tiba namun beriringan dengan itu juga kekhawatiran semakin besar menjelang Chenle menginjakkan usianya yang ke-20 tahun. Pada usia itu biasanya vampir akan melakukan upacara kedewasaan yang tentu saja syarat utamanya adalah sudah menemukan mate-nya dan melakukan matting. Jika tidak seperti itu maka vampir itu akan melemah dan perlahan mati.

Tentu saja baik Siwon maupun Suho tidak menginginkan anaknya mati karena melewatkan upacara kedewasaan itu.

Sudah banyak usaha Siwon mengenalkan cucunya pada gadis-gadis bangsawan dari klan-klan yang terpandang, namun entah keturunan siapa Chenle sama sekali tidak tertarik dengan para gadis itu. Tak jarang juga anak itu akan kabur jika Siwon menyuruhnya menghadiri jamuan makan malam yang diadakan oleh pemuka-pemuka klan yang menjalin kerjasama dengannya.

Different [ChenJi]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang