04

1.4K 156 0
                                    









.




.




.








Terhitung sudah seminggu Jisung bekerja di keluarga Zhong, dan selama itu juga Chenle masih belum menerima kehadirannya disana. Irene selalu menghibur Jisung jika anaknya melontarkan kata-kata menusuknya pada pemuda jangkung itu. Jika itu terjadi biasanya Jisung hanya diam dan menabahkan hatinya malam hari, ia tidak mau membuat Irene atau Suho khawatir karenanya yang selalu murung setelah mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari tuan mudanya. Ia akan selalu berusaha baik-baik saja di depan tuan dan nyonya Zhong.

Hari ini hari Minggu, pagi tadi Suho dan Irene pamit untuk mengurusi masalah pekerjaan mereka. Jadi semua pekerjaan rumah diserahkan semuanya pada Jisung yang tentu saja anak itu dengan senang hati menerimanya.

Jisung sudah sedikit akrab dengan beberapa pelayan di mansion ini walaupun hanya bertegur sapa jika tak sengaja berpapasan saat bekerja. Mereka semua baik dan ramah, tidak seperti yang Jisung pikirkan sebelumnya. Ia merutuki dirinya sendiri karena sudah berpikiran yang tidak baik terhadap mereka.





***





Chenle bermalas-malasan di atas sofa maroon di ruang tengah sambil mengganti-ganti channel TV dengan bosan. Hari ini weekend dan ia tidak punya rencana apa-apa selain dengan bermalas-malasan di mansion, dan jatuhnya ia malah kebosanan.

Ekor matanya menangkap siluet pemuda jangkung yang melintas di belakang sofa yang ditidurinya. Ia mengintip sedikit dan menemukan punggung Jisung berjalan ke arah dapur dengan gunting rumput berada di tangan kirinya. Rupanya anak itu baru saja memotong beberapa tanaman bunga yang kering di taman.

Chenle berpikir sejenak dan menjentikkan jarinya saat teringat akan rencananya.

"Jisung!"

Tak butuh waktu lama pemilik nama bergegas menghampiri sang tuan muda di ruang tengah.

"Iya ada apa tuan muda?"

Chenle meraih hoodie coklatnya yang tersampir di sandaran sofa dan memakainya.

"Temani aku jalan-jalan sebentar." ucapnya seraya bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar tanpa melihat wajah Jisung yang sedikit kelelahan.

"Tapi kemana tuan? Tuan Zhong melarang kita untuk pergi ke luar mansion."

"Ck, hanya sebentar saja!"

Chenle membuka pintu keluar dengan sedikit kasar. Ia benci dilarang ini itu dengan orangtuanya apalagi dengan Jisung yang hanya menjadi orang asing di tempat ini.

Pemuda jangkung itu menghela nafas. Walaupun terbesit rasa bersalahnya terhadap majikannya, namun tidak mungkin ia menolak ajakan sang tuan muda yang jarang-jarang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu, seperti saat ini misalnya.

Jisung menyusul langkah Chenle yang sudah jauh berjalan di depannya. Jujur saja ia tidak pernah keluar dari gerbang mansion ini kecuali saat ia dan Irene membeli kebutuhannya ke luar kota. Itu saja bersama Irene dan menggunakan mobil. Lalu kali ini ia berdua dengan Chenle dan hanya berjalan kaki. Bukankah sebuah momen yang langka bisa berada di suasana ini?

"Tuan muda ingin kemana?"

Suara salah satu penjaga gerbang menghentikan keduanya yang hampir melewati gerbang mansion yang terbuka selebar dua meter.

"Jalan-jalan sebentar." jawab Chenle cuek tanpa repot-repot harus menoleh ke belakang. Ia meneruskan langkahnya hingga sampai pada jalan aspal di depan gerbang mansion.

Different [ChenJi]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang