.
.
.
Chenle terbangun karena sesuatu yang lembut menggelitik kulit pipinya. Perlahan ia membuka mata dan hal pertama yang ia lihat adalah rambut berwarna putih. Sempat ia mengira itu adalah kelinci putih miliknya, namun tidak jadi karena merasakan adanya tangan kekar yang tengah memeluknya erat.
Chenle tersenyum sekaligus malu mengingat kembali kejadian tadi malam yang ia lakukan bersama Jisung. Bagaimana Jisung dengan brutalnya menghajar- ah, sudah! Chenle semakin malu saja mengingat hal itu.
Ia mendongakkan wajah Jisung yang bersandar nyaman di bahu kanannya. Pemuda itu masih nyaman terlelap bersama alam mimpinya ternyata.
Chenle menatap sekeliling ruangan. Loh? Sejak kapan mereka berdua ada di kamarnya? Siapa yang membawa mereka kesini? Baba? Mama? Kakek??
Yang benar saja!
Chenle benar-benar malu setengah mampus jika orangtuanya atau kakeknya melihat mereka berdua masih dalam keadaan polos setelah melakukan kegiatan dewasa tadi malam, dan mengangkat mereka kesini?
Ah, Chenle tidak ingat apa-apa lagi setelah kelelahan melayani nafsu Jisung sampai jam tiga subuh. Katanya mau satu ronde lagi, ini malah kebablasan sampai enam ronde. Bayangkan betapa remuknya tubuh Chenle sekarang. Dasar Jisung kelebihan hormon!
Chenle berusaha bangkit dari kasur untuk ke kamar mandi. Tubuhnya sangat lengket akibat keringat dan -ekhem- cairan cinta miliknya dan Jisung yang sudah mengering di paha dalamnya.
Tangan Chenle dengan pelan meletakkan kepala Jisung di atas bantal di sampingnya. Namun pergerakan itu rupanya membuat sang mate terusik dan membuka matanya.
"Aku mau mandi dulu sebentar." ucapnya seraya menyingkirkan tangan Jisung yang melingkar di pinggangnya. Ia menyingkap selimut yang membungkus tubuh polos keduanya.
"Sshh.."
Chenle mendesis saat dirasakan perih di bokongnya kembali saat kakinya berhasil menggantung di tepian kasur. Ia mengukur jarak kamar mandi dengan kasur yang ia tempati.
Mampukah ia berjalan sampai kesana?
Chenle tersentak saat tangan panjang Jisung kembali melingkar di pinggangnya, sedangkan kepalanya mendusal di punggung sempit Chenle.
"Lepas dulu Ji, aku mau ke kamar mandi."
Si pemilik nama menumpukan dagunya ke bahu kanan Chenle, ia menatap wajah manis sang mate yang juga tengah menatapnya.
"Sakit?"
"Tidak juga, aku bisa berjalan sendiri- AAHH JISUNG!"
Tanpa aba-aba, tubuh polos Chenle diangkat Jisung menuju kamar mandi. Ia diletakkan di dalam bathtub dan shower pun dinyalakan hingga rintik-rintik air perlahan membasahi tubuh keduanya.
Jisung meletakkan kedua tangannya di sisi tubuh Chenle. Ia menatap wajah manis sang mate dengan intens. Hal itu membuat Chenle meneguk ludahnya dengan kasar. Ia tahu betul maksud tatapan itu.
"Ji-Jisung.."
Chenle waspada di tempatnya, namun percuma saja tubuhnya sudah terkurung di dalam tubuh besar Jisung.
"Lagi." ucapnya dengan nada rendah yang mampu membuat sekujur tubuh Chenle merinding.
"La-lagi? Tapi aku -ahhh.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ChenJi]✓
VampirosHidup dalam dunia yang kejam ini tak pernah terpikirkan olehnya sama sekali jika kehidupannya benar-benar berubah total diawali dengan pertemuannya dengan seorang pria bersurai perak di depan minimarket. Jisung × Chenle Fanfiction ©ChLeo (@Moominn_n...
![Different [ChenJi]✓](https://img.wattpad.com/cover/310664846-64-k669636.jpg)