.
.
.
Di bawah rintik hujan yang mengguyur kota N seperempat menit yang lalu, langkah kaki terseok-seok seorang pemuda berumur belasan tahun menyusuri trotoar jalan yang cukup sepi. Tubuhnya sudah basah kuyup oleh hujan hingga mata yang sedang menumpahkan kesedihannya tersamarkan berkat air hujan.
Pemuda itu memeluk tubuhnya sendiri untuk menghalau rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang walaupun usahanya sama sekali tidak berguna. Pakaian yang melekat ditubuhnya adalah satu-satunya harta yang ia punya.
Miris memang nasib pemuda itu. Setelah diusir dari rumah majikannya karena tidak sengaja memecahkan vas bunga berharga milik majikan saat ia membersihkan rumah mewah itu, ia pergi tanpa tujuan yang jelas. Majikannya yang telah mengusirnya sungguh tidak punya hati. Ia diusir begitu saja saat langit menggelap tanpa dibekali apapun.
Sungguh, di dunia ini masih saja ada orang-orang yang seperti itu.
Kota yang tempatnya orang-orang berduit dan hidup dengan bergelimangan harta, di sanalah juga ada segelintir orang-orang yang harus berjuang keras untuk menghidupi dirinya. Salah satunya adalah pemuda tadi.
Tujuh tahun lamanya dirinya bekerja dengan majikan yang seenaknya sendiri, memperlakukannya layaknya anjing peliharaan dan tak jarang kekerasan ia dapatkan jika melakukan kesalahan walau hanya sedikit.
Banyak ketidakadilan yang ia dapatkan disana, namun ia tetap bertahan demi menghidupi dirinya sendiri yang sudah terlanjur lahir di dunia yang kejam ini.
Dan pada hari ini ia telah kehilangan pekerjaannya. Hidup luntang lantung di jalanan yang sebentar lagi akan memasuki peralihan hari.
Ia mendongak menatap lampu jalanan yang mulai dinyalakan. Ia menunggu di samping traffic light berganti warna menjadi merah. Pemuda itu ingin pergi ke seberang jalan guna meneduh sebentar di teras minimarket, mengistirahatkan tubuhnya yang sudah lelah jiwa raga.
Setelah kakinya menginjak teras minimarket yang lumayan sepi karena pelanggan sebagian enggan untuk sekedar keluar rumah dengan cuaca yang seperti ini. Pemuda itu duduk di bangku panjang yang berada di luar minimarket. Tubuhnya sudah menggigil hebat terlebih angin sore yang cukup kencang menerpa permukaan bajunya yang basah. Ia menatap kedua telapak tangannya yang pucat dan bergetar, ia tersenyum getir.
Kenapa nasibnya bisa semenyedihkan ini? Apa tujuannya setelah ini? Kemana lagi ia akan mencari pekerjaan? Malam ini ia akan tidur dimana?
Pertanyaan itu terus-terusan memenuhi pikirannya hingga ia tak sadar seorang pria bersurai perak dengan setelan jas resmi keluar dari pintu minimarket itu dan tengah memperhatikannya.
Pria itu berjalan menghampiri sang pemuda dan menepuk bahu basahnya hingga pemuda itu sedikit terkejut dan mendongak.
"Mari ikut saya ke dalam." ucap pria itu dengan senyum kecil dan menarik lengan pemuda itu tanpa ada protesan darinya.
Pria itu menyuruh pemuda itu duduk di kursi tunggu, sedangkan ia menyusuri rak makanan instan dan menyeduh sebuah ramen cup dan segelas susu coklat hangat. Ia menyerahkan susu coklat dulu kepada si pemuda yang hanya melihat pria itu dengan pandangan bingung.
"Ini minumlah agar tubuhmu hangat. Saya tahu kamu pasti sudah lama kehujanan kan? Tidak usah sungkan saya yang traktir."
Sedikit ragu pemuda itu menerima uluran gelas dari pria yang tidak dikenal itu, dan akhirnya ia menyambutnya dan rasa hangat memenuhi tubuhnya saat cairan manis itu masuk melewati kerongkongannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ChenJi]✓
VampiroHidup dalam dunia yang kejam ini tak pernah terpikirkan olehnya sama sekali jika kehidupannya benar-benar berubah total diawali dengan pertemuannya dengan seorang pria bersurai perak di depan minimarket. Jisung × Chenle Fanfiction ©ChLeo (@Moominn_n...