HS 1

8 3 2
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Bismillahirrahmanirrahim
Selamat membaca, jangan lupa sertakan vote/komen Syukron 😄

***

Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(Al-Baqarah 2:153)

***

Sophia kembali menghela nafasnya ketika Ustadz Rasyid yang kini seharusnya mengajar sore ini malah belum mendatangi majelis. Semua santri pun sama, mereka masih setia menunggu Ustadz Rasyid yang entah tiada kabar sampai sekarang.

Melirik jam yang terpasang didinding ternyata sudah jam setengah lima lebih. Waktu pulang sebentar lagi, dan Ustadz Rasyid masih belum menampakkan wajahnya.

"Assalamualaikum."

Tersadar dari lamunannya Sophia mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk. Dan matanya langsung bertubrukan dengan manik Kang Aslan, cepat Sophia memalingkan wajahnya. Dalam hati Sophia sedikit menggerutu, padahal satu minggu ini Sophia mencoba untuk melarikan diri dari Kang Aslan, sekarang malah muncul di depan matanya. Bahkan saling tatap.

Kenapa harus dia sih!

Kang Alsan duduk dengan sopan didepan padung Ustadz. "Hari ini jadwalnya, Ustadz Rasyid yah?" Tanyanya.

"Nggih Kang."

Jawab serempak seluruh santri yang berada di kelas 2 Tsanawiyah. Karena kelas mereka yang berada di Mushollah itu juga yang membuat Sophia ketar-ketir sendirinya. Karena dari manapun pasti mereka terlihat.

"Itu ada Kang Aslan, Sop." Goda Lela berbisik, teman dekatnya. Bahkan sekaligus tetangganya, juga teman kecilnya.

Sophia hanya mendengus, lalu kembali menatap ke depan. Walaupun ia sedang menghindarinya, namun dirinya harus tetap hormat kepada seniornya. Walaupun bukan menatap badanya ataupun matanya melainkan menatap papan tulis yang kosong, setidaknya dirinya tidak terlihat seperti menghindarinya, dan terkesan menghargainya.

"Karena udah jam segini dan kayane Ustadz Rasyid gak dateng, kita tutup aja yah. Silakan baca Wal Asri."

Semua dengan sigap menutup kitab nya, dan mulai membaca do'a pulang.

"Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakathu."

"Waalaikumusalam warahmatullahi wabarakathu."

Usai semua pergi kini santri putri membereskan padung-padung nya. Karena kelas mereka yang berada di Musholla, yang nantinya akan dijadikan tempat mengaji bersama dan sholat seluruh santri Ponpes Minaallah.

Selesai semua kini waktunya pulang. Mereka bukan santri tetap yang tinggal di asrama. Melainkan mereka orang sekitar yang memang setelah wisuda TPQ atau Iqro' harus mengaji di ponpes ini. Untuk belajar tentang Islam lebih dalam dan paham tentang apa itu Islam.

Tergantung bagaimana masing-masing individu, ada yang berhenti dan tidak melanjutkan, ada yang melanjutkan namun berhenti ditengah jalan, dan ada pula yang melanjutkan namun jarang berangkat. Jadi semua tergantung pribadi masing-masing, dan niatnya masing-masing.

Dulu angkatan Sophia paling banyak, jumlah wisuda dan wisudawati ada empat puluh tiga. Dan yang mendaftar hanya sebagian, lainnya ada yang melanjutkan sekolah di daerah lain. Namun ada juga yang melanjutkan mondok ditempat lain.

Sedangkan Sophia sendiri awalnya ingin melanjutkan sekolah bersamaan dengan mondok, namum karena terhalang restu keluarga jadi lah dia mengaji di Ponpes dekat rumahnya. Yaitu Ponpes Minaallah. Pelajaran yang dipelajari pun sama seperti santri-santrwati pada umumnya. Bahkan dirinya sudah memiliki banyak kitab yang dibelinya dari Ponpes ini. Setiap kelas dan setiap tahunnya, pelajaran berbeda juga berganti, tidak itu-itu saja. Dan semakin sedikit juga pelajarannya.

Seperti kelas 2 Tsanawiyah ini, hanya ada empat pelajaran, yaitu; Nahwu Jurumiyah, Shorof, Abu Suja', dan Sulam Taufiq. Dua kali pelajaran untuk Abu Suja' dan Sulam Taufiq.

"Dek Phia, tunggu."

Sophia tiba-tiba gugup seketika. Ia bingung menjawabnya jika ditanyai tentang CV yang belum ia balasnya itu. Bahkan sekarang otak Sophia tiba-tiba buntu. Jantungnya berdegup kencang dengan sendirinya.

"Iya, Mas. Ada apa?" Tanya Sophia yang sedang mencoba terlihat biasa saja.

"CV itu.. Emhh mas gak maksa kamu buat jawab sekarang kok, cuman mas juga butuh kepastian dari dek Phia."

Matilah dirinya. Jika sudah begini bagaimana mau jawabnya. Hati Sophia tiba-tiba merasa tidak enak, sudah menggantung perasaan dan harapan orang baik seperti Kang Aslan. Namun bagaimana dirinya yang sedang gundah gulana ini. Bayangkan ia seperti diperebutkan oleh dua orang pria yang mungkin bagi wanita luaran sana adalah idamannya. Dirinya saja masih terbilang kecil untuk semua ini. Bahkan ia bingung bagaimana cara membalas CV itu agar terlihat baik, sopan, dan terpelajar.

"Emhh.. Tunggu ya mas, aku juga ndak bisa langsung jawab gitu aja. Soal kalo mas ngerasa aku nggantungin perasaan mas, maaf juga nggih. Aku gak ada niatan seperti itu, cuma aku lagi nyari waktu yang pas buat jawab ini semua." Dengan sekali nafas, akhirnya Sophia bisa menjawabnya dengan lancar, "juga aku mau minta persetujuan ke keluarga ku dulu mas, maaf nggih mas."

Sophia bernafas lega, akhirnya bisa menjawab pertanyaan dari Kang Aslan. Jujur saja itu semua keluar dari mulutnya tiba-tiba, mungkin ini kehendak Allah.

Kang Alsan terlihat mengangguk paham, lalu tersenyum menatap Sophia penuh puja. Sophia menunduk berusaha menjaga pandangannya, lalu setelah Kang Aslan pamit. Sophia dan Lela pun langsung pergi pulang.

"Kamu, kenapa ndak terima aja sih. Kang Alsan ya walaupun pendek tapi keren, kaya raya, mana sholeh lagi." Ujar Lela membesarkan nama Kang Aslan didepan Sophia. Mungkin Lela juga lelah menghadapi Sophia yang tak kunjung memberi jawaban, lelah menjadi penyaran namun tak didengar."

"Yakin sholeh?"

"Yo... Cuma kurang adab sih. Hehe."

Sophia memutar bola matanya. Sebenarnya hanya satu yang membuat Sophia ragu menjawabnya, yaitu adab seorang Aslan Pangestu. Sebagai seorang santri seharusnya dirinya mencontohkan bagaimana yang benar dan bagaimana yang bagus untuk kita. Namun bagaimana dia tidak mendapati itu semua, bahkan Alsan tidak bisa menjaga privasi orang lain. Seperti memfoto diam-diam, meng Screenshoot story orang lain lalu di post. Walaupun masalah sepele namun bisa berdampak besar bagi orang yang tidak suka.

Seperti Sophia sekarang, ia bingung harus memilih Kang Alsan atau dia yang diam-diam mengirim pesan kepada Sophia.

***
Jazakallah Khairan, ukhti-akhi 🥰
Semoga suks dengan ceritanya. Maaf juga kalo ngebosenin, dan maaf juga kalo banyak kata-kata yang berantakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hijrah StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang