01 : malam itu

132 51 33
                                    

~ Time to Love ~

"Aku tidur di rumah ku malam iniTapi Rose, aku janji pagi-pagi sekali aku kesana! Tunggu aku ya!"

Rose menjauhkan ponselnya dari telinga. Begitulah Lisa kalau bicara, entah bicara langsung atau sedang menelpon. Nada bicaranya tak bisa dibilang santai, dia bersemangat setiap waktu.

"Terserah, lagipula itu rumahmu. Kenapa meminta izinku?" Tawa kecil terdengar dari seberang sana dan Rose ikut menyunggingkan senyumnya. Orang tua Lisa memang sering pergi ke luar kota, karena itulah Lisa seringkali menginap di tempatnya.

"Ku tutup ya? Selamat malam, Rose."

"Selamat malam juga."

Angin malam tiba-tiba berhembus kencang, cardigan tebal yang ia kenakan bahkan tidak bisa menahan dinginnya cuaca sekarang. Roseanne Park, gadis itu bergegas membuang kantong plastik besar berisi sampah yang dibawanya. Kegiatan membuang sampah ini memang rutin ia lakukan setiap malam.

Rose itu bisa dibilang seorang pengusaha muda. Dia pemilik salah satu cafe di kawasan Apgujeong, salah satu daerah di Distrik Gangnam yang sering dikunjungi wisatawan. Rose telah menjalankan usahanya sejak tiga tahun terakhir. Itu bermula saat ia memutuskan keluar dari rumah.

Bicara tentang keluar rumah, saat itu Rose baru lulus sekolah menengah akhir, ia harusnya melanjutkan studi ke perguruan tinggi tapi masalah besar tak dapat dihindari. Keluarganya berantakan, orang tuanya bercerai, dan ia disuruh menikah agar tak menjadi beban. Tentu saja hal itu yang paling tidak masuk akal baginya. Memutuskan keluar dari rumah, dan berakhirlah ia merintis usaha seperti ini.

Belum berhenti sampai disitu. Bagaimanapun caranya menghindar, ia tetap tidak bisa lepas dari belenggu sang Ayah yang terus memintanya untuk menikah. Sampai hari inipun Ayahnya selalu menjadwalkan kencan buta untuknya.

Melelahkan memang. Tapi untungnya, Lisa bisa diandalkan untuk ini. Gadis blasteran Korea-Thailand itu kerap kali menyamar sebagai dirinya untuk menggantikannya di kencan buta.

Meski sikapnya sedikit kekanak-kanakan, Lisa sejauh ini sudah banyak membantunya. Jadi ia selalu merasa berutang budi pada gadis itu.

Rose membuka ponselnya, memeriksa waktu yang telah menunjukkan pukul dua belas malam. Ini sudah begitu larut, ia harus bergegas masuk dan tidur karena besok aktivitasnya sebagai mahasiswi masih harus dipenuhi.

"A-apa itu?" Rose bergumam sendiri, atensinya kini terpusat pada seseorang yang tergeletak asal, tepat di depan cafenya.

Membuang semua pikiran buruknya, ia memberanikan diri untuk mendekat. Kini Rose jelas melihatnya, seorang pria asing yang tak jelas asal usulnya ini tergeletak begitu saja di aspal yang dingin.

Rose berjongkok, dengan hati-hati ia memeriksa sesuatu. Syukurlah, tak ada bekas luka berarti pria ini bukan korban kekerasan, itu yang Rose yakini setelah melihatnya secara langsung.

Tapi apa yang harus dilakukannya sekarang?

"Hey, tolong bangun kenapa kau disini?"

Time to Love (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang