.
.
.
ʘ ̄³ ̄ʘKedatangan Junkyu benar benar membuat Rena sedikit lebih baik setelah Hanbin pergi. Junkyu selalu mengalihkan pikiran Rena.
"Ren lo pernah ga kehilangan salah satu keluarga yang lo sayang?." Tanya Junkyu. Rena yang duduk disebelahnya hanya menatap asal langit langit ruang tamu, pikirannya memutar bagaimana sakitnya ditinggal salah satu anggota keluarga yang ia sayang.
"Gue pernah kehilangan seseorang yang gue sayang. Mungkin untuk yang pertama kali. Jujur sampai saat ini masih sakit. Gue kangen dimana gue gabisa membuat momen lagi sama dia. Gue gabisa minum jus jambu merah lagi sama dia, gabisa denger ocehan saat gue harus tidur, gabisa liat dia duduk di depan teras sendirian, gabisa ngobrol lagi sama dia. Bahkan gue gabisa denger dia cerita tentang bagaimana hidupnya dimasa lalu. Sampai saat ini gue masih inget momen momen yang gue habiskan sama dia."
"Semua orang terus bilang ke gue kalau bersedih itu gaboleh lama lama. Padahal gue sedih bukan karna keinginan gue, dan gue sedih karna gue emang merasa kehilangan, ini bukan hal sepele. Gue boleh kan sedih karna kehilangan? Gue juga cuma butuh waktu buat ngelupain semuanya, dan itu bukan hal yang sebentar menurut gue."
"Lo pasti sayang bangat sama dia ya Ren." Ucap Junkyu.
Rena mengangguk dan melanjutkan curhatannya. "Tapi semenjak dia pergi hidup gue sedikit berubah. Entahlah gue merasa ada yang hilang atau memang gue hilang minat soal pertemanan. Selama gue di sekolah gue lebih sering duduk di bangku gue dibandingkan kumpul bareng atau main bareng sama temen sekelas gue waktu itu. Gue banyak nyimpen foto dia supaya gue ga lupa bahwa dia pernah hadir dalam hidup gue." Rena memberi sedikit jeda, dan tidak melanjutkan sesi curhatnya. Biarkan otaknya saja yang memutar kisah pedih itu.
"Ah sorry gue jadi curhat sama lo." Ucap Rena sambil tersenyum canggung.
"Gapapa, sesekali lo harus luapin rasa sakit itu. Lo ga harus kuat di depan banyak orang, lo boleh nangis, lo boleh ngeluh asalkan setelah itu lo harus bangkit lagi seperti semula." Ucap Junkyu.
"Lo beda ya kalo lagi kayak gini hahaha."
"Gue apa adanya kok." Sambil memasang wajah sok pede.
"Pede gile."
"Gue sangat berterima kasih sama trauma lo dan Midam." Ucap Junkyu. Rena langsung menatap Junkyu bingung. "Karena itu gue bisa kenal dan deket sama lo."
"Tapi itu gaada untungnya buat gue." Rena masih fokus menatap lawan bicaranya.
"Lo seharunya beruntung karna disukain sama cowok ganteng kayak gue."
"Ga akan. Lo buaya dan gue ga suka." Rena membuang muka.
"Berarti kalo gue ga buaya lo suka?." Jawab Junkyu bersemangat.
"Tetep ngga."
"Kalau gue sama cewek lain jangan nyesel loh." Goda Junkyu.
"Gue si ga peduli." Singkat Rena.
"Ga peduli nanti nangis." Junkyu nyolek nyolek dagu Rena. Alhasil tangan Junkyu kena tamparan yang bunyinya sangat crispy.
"Aw aw sakit Ren. Nanti tangan aku luka gimana?." Ujar Junkyu sambil meng pout.
"Geli bangat tau ga lo ngomong gitu. Sekali lagi kayak gitu bener bener gue ceburin lo ke kolem lele jumbo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma || JUNKYU✔️
Teen Fiction"Pulang bareng gue, gaada penolakan." "Apaan si Jun. Siniin ga ponsel gue!." "Lo pulang bareng sama gue apa susahnya?." "Gue bilang gamau, jangan paksa gue." "Naik atau gue gendong?." "Lo gabakal bisa gendong gue, kaki lo kan pincang." "Itu tau. Ma...