Bab 7-Forn

2 0 0
                                    


Diatas gunung Wolves di sore hari, tidak seperti gunung-gunung yang memiliki pemandangan yang indah dan suasana sejuk sembari melihat indahnya hamparan kota dari atas gunung. Tapi tidak dengan gunung Wolves. Pemandangan yang bisa dibilang bukan pemandangan yang indah melainkan pemandangan yang suram dengan suasana yang mencekam. Apa yang dilihat para dan tentara adalah bukan lah tanah rumput yang luas, melainkan mayat-mayat yang sudah terbujur kaku di diatas gunung yang kini mayat mereka sudah ada sekitar puluhan jiwa. 

Jauh disana terdapat pendeta tua dengan janggut nya yang sudah putih ini. dengan perlengkapan liturgi yang dikenakannya, ia mengangkat tongkat sembari menghadap langit yang sudah mendung. Dikelilingi, puluhan orang yang kini sedang menari dengan seirama sembari berpegangan satu sama lain membentuk sebuah lingkaran besar lalu menyebut nama tuan Forn yang agung.

Melihat hal itu para tentara bergegas menangkap pendeta itu dan mengikatnya agar tidak melarikan diri. Tentara lain menahan para pengikut dan para warga yang terjangkit virus menari. Beberapa dari mereka juga harus mengurus puluhan mayat yang sudah bergeletak disana yang entah sejak kapan ada disana. Setelah menangkap dan mengangkut mayat yang diatas gunung, kini mereka menuruni gunung Wolves. 

Forn dibawa kekantor dan ditempatkan pada sebuah ruangan kecil tanpa ada ventilasi hanya ada sebuah lentera kecil yang menyala di meja. Forn duduk sendiri dengan tangan yang dan kaki yang masih di ikat. Tak lama kemudian datanglah sang komandan bersamaan dengan Ronald memasuki ruangan itu dan duduk di seberang pria tua berjanggut itu lalu menginterogasi Forn tentang ulah yang dibuatnya. Berbagai pertanyaan keluar dari mulut sang komandan. Berbeda dengan komandan, Ronald hanya bertanya beberapa hal kepada Forn.

" apakah benar anda adalah Forn yang sering disebut-sebut orang yang terinfeksi virus menari tersebut?" tanya komandan yang sedang memegang sebilah pisau ditangannya

" saya tidak akan memberikan satu informasi kepada kalian para cecunguk tak berguna ini" Ketus bapak tua berjenggot ini

" ohh gitu ya."

Komandan mengangkat tangan Forn lalu meletakkan tangannya di atas meja dan memotong salah satu jari nya hingga terputus.

" Aaaaaaa! Sakit sakit. Kenapa kau memotong jariku?" Forn meringis menahan rasa sakit setelah jari telunjuk nya di potong oleh sang komandan.

" ini lah akibatnya kalau kau tidak mau menjawab pertanyaan kami"

" i i ya saya bakal jawab tapi jangan potong jari ku lagi"

" lalu, kau ini siapa?" tanya Ronald

" nama saya bukan Forn nama saya Cervic. I i ya nama saya adalah Cervic" gagap Cervic karena jarinya masih sakit setelah dipotong

" lalu tujuan anda sebenarnya apa? Dengan membuat para warga di kota ini terkena wabah ini dan memuja nama Forn yang agung?" Ronald kembali bertanya

" ..... "

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Cervic, ia hanya menunduk terdiam tak ingin memberikan informasi.

" Jawab cepat!! Atau tangan mau bernasib sama dengan jari mu itu?" ancam Komandan

" iyaaaa saya akan jawab jadi kumohon jangan apa-apakan saya. Saya hanya ditugaskan oleh seseorang untuk menyebarkan sebuah sekte yang bernama Forn kepada semua orang di kota ini."

" mereka memberikan saya karung-karung yang berisikan gandum, lalu menyuruh saya untuk membagikan kepada mereka semua untuk dimakan. Dengan alih-alih gandum tersebut dapat menyembuhkan segala penyakit. Saya melakukan itu agar mereka semua percaya dan memakannya." Cervic menjelaskan secara rinci rencana nya selama ini.

" lalu, kenapa semua orang yang memakan gandum tersebut bisa menjadi aneh seperti itu?"

" saya tidak tahu akan hal itu, saya hanya membagikan gandum gratis dan menyebarkan sekte Forn yang dapat memberikan kebahagiaan bagi para pengikutnya."

" lantas kenapa kau memberikan sebuah gandum yang sudah berjamur seperti itu kepada para Warga!?" Geram Ronald karna tidak mendapatkan sebuah jawaban yang pasti

" saya tidak tahu bahwa gandumnya mengandung jamur, saya hanya membagikannya saja" jawab Cervic dengan nada ketakutan

" pertanyaan terakhir. Kau bilang bahwa gandum tersebut kau dapatkan dari sekte Forn. Lalu dimana kediaman sekte tersebut?" tanya komandan

" ma-ma-maaf saya tidak bisa beritahu perihal itu" kekeh Cervic

" owh kalau kau tidak mau beritahu ya sudah " ucap Ronald lalu pergi keluar dari ruang interogasi menuju rumah sehat untuk melihat hasil penelitan gandum tersebut.

" hey anak muda, kita apakan bapak tua ini?" tanya Komandan

" BUNUH SAJA."

" ba-baik"

Ruangan yang tadi sepi itu kini menjadi ruangan yang penuh dengan teriakan yang amat menyakitkan, yang dimana Cervic di eksekusi oleh para algojo untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Para algojo tersebut menyiksa Cervic tanpa henti hingga ia mati di ruangan itu. Ruangan yang awalnya bersih itu, kini menjadi red room yang penuh darah dengan beberapa anggota tubuh Cervic yang berserakan diruangan itu. Kepala Cervic yang sudah dipenggal tersebut, kini telah berada di tengah kota dengan tombak yang ditancapkan melalui lehernya. Menandakan ia adalah kriminal yang sangat berbahaya di kota itu. 

The Dancing PlagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang