Bab 1-Mengembara Ke Strasbourg

14 3 2
                                    


Musim panas dipagi hari 14 Juli 1518 Strasbourg. Alsace. Kota kecil dengan populasi yang cukup padat. Kota yang kurang makmur ini, sering kali mendapat bencana yang datang silih berganti bagaikan musim. Seorang pemuda datang dari pintu gerbang selatan. Dengan jubah cokelat yang dikenakannya, ia berjalan menyusuri kota itu sembari melihat sekeliling kota dengan seksama. Terlihat biasa saja seperti kota pada abad 15. Arsitekturnya yang terlihat kuno dengan bergaya Perancis-Jerman ini terlihat dengan megah dan menawan berdiri dengan kokoh disetiap bangunannya. Ronald, seorang pengembara yang telah mengembara lebih dari 5 negara dan 349 kota. Ini adalah perjalanannya yang ke 350 ke kota suci penuh pendosa, Strasbourg.

Berjalan santai sembari memakan apel yang dibelinya dekat pasar, Ronald berjalan sembari mencari suatu tempat yang ingin di kunjunginya. Hingga ia terhenti disebuah penginapan sederhana. Tampak dari luar, bangunan ini sangat sederhana dengan papan nama yang bertuliskan "penginapan". Ronald yang menemukan tempat istirahat akhirnya memasuki penginapan tersebut. Mata Ronald mengernyit keheranan setelah ia memasuki penginapan ini. Terlihat sepi tanpa adanya pengunjung. Hanya ada seseorang di meja administrasi yang terlihat sedang tertidur dengan tangan yang menahan dagu agar tak terjatuh. Sontak Ronald membangunkan penjaga tersebut dengan suaranya yang keras, hingga suara tersebut bergema ke seluruh ruangan. Ronald pun bertanya kepada penjaga penginapan sembari memakan gigitan terakhir pada apelnya lalu melemparnya tepat ke tong sampah.

"Hey, semalam disini berapa?" Tanya Ronald.

"Selamat datang tuan, 2 perunggu untuk 1 malam tuan"

"Saya pesan untuk 2 minggu kedepan, ini uangnya" Ucap Ronald sembari ia menyerahkan 15 koin perunggu kepada penjaga penginapan.

Mengambil kunci lalu pergi naik ke lantai 2 memasuki kamarnya untuk beristirahat setelah perjalanan panjang yang dilaluinya.

***

Ronald terbangun dari tidurnya, sinar matahari yang sudah menembus jendela penginapan, menandakan pagi hari telah tiba. Ronald beranjak dari kasurnya lalu mandi dan mengenakan pakaiannya, kemudian ia turun dan keluar dari penginapan untuk berkeliling ke seluruh penjuru kota. Ronald yang mencium bau semerbak kini merasa lapar. Sehingga ia mencari sumber bau yang amat lezat itu, hingga ia terhenti pada suatu lapak penjual roti. Ronald yang tengah lapar ini pun memesan 2 roti panggang. Sembari menunggu pesanannya jadi, Ronald iseng bertanya kepada sang penjual.

" kalau boleh tanya, Strasbourg ini kota yang seperti apa?

" disini hanyalah sebuah kota biasa, kota yang sangat religius. Banyak orang yang datang kesini hanya untuk berdoa. Tanggal 22 juli mendatang akan ada suatu festival di kota ini. Jadi, saya harap anda datang ke festival tersebut. Oh iya, saya juga akan jualan disana jangan lupa datang ya?" ucap sang penjual roti.

" oh begitu" ucap Ronald sebarengan dengan anggukan kepalanya.

" selamat pagi pak, saya ingin pesan roti nih" ucap seorang wanita yang baru datang

" eh Ibu Troffea, mau pesan roti apa bu?"

" seperti biasa, roti madunya 5 ya pak"

" baik bu saya siapkan terlebih dahulu"

" permisi, anda orang baru ya disini?" tanya Troffea dengan senyumannya yang menawan sembari menoleh ke arah Ronald

" iyaa saya baru datang kesini sejak kemarin" jawab Ronald

" apakah bapak orang yang dirumorkan oleh warga disekitar sini? Orang yang dapat menyembuhkan segala penyakit dengan memakan sebuah gandum" tanya Troffea penasaran

" bukan, itu bukan saya. Lagian saya baru sampai kemarin. Mungkin orang yang ibu maksud itu orang lain" ucap Ronald sembari menggelengkan kepalanya, seakan akan bukan dia orang yang dia maksud.

" ohh maaf, saya kira anda orang yang ramai dibicarakan saat ini. Ada rumor yang mengatakan bahwa beberapa waktu lalu ada orang yang memasuki kota ini dengan memakai jubah dan memberikan sekarung gandum gratis kepada setiap orang yang ditemuinya" Troffea menjelaskan secara rinci perawakan orang yang ia maksud.

" itu bukan saya, saya baru saja sampai kemarin, mungkin orang yang ibu maksud sudah ada disini sekitar beberapa hari lalu sebelum saya sampai kesini"

" ini tuan roti panggangnya" ucap bapak penjual roti sembari memberikan roti panggang yang dipesannya Ronald tadi.

" ahhh terima kasih atas rotinya, ini berapa?"

" hanya 2 perunggu saja tuan" sambil mengangkat kedua jari nya

" ini uangnya" Ronald memberikan uangnya lalu pergi meninggalkan lapak itu tanpa rasa sopan santun setelah diajak bicara oleh Troffea sedari tadi

" yang bener aja, roti ini sepadan dengan biaya penginapanku semalam?" ucap Ronald dalam hati

" tapi enak sih, yaudah ya sih ikhlasin aja"

Melanjutkan perjalanannya menyusuri penjuru kota, Ronald yang kini tengah asik memakan roti panggangnya ini melihat sebuah kerumunan di ujung jalan dekat rumah besar. Ronald yang tak peduli dengan kejadian itu cuek dan menjauh dari sana melewati jalan lain di depannya. Namun sesaat pandangan Ronald tertuju kepada seorang wanita yang tak asing di matanya. Ya itu adalah wanita bernama Troffea yang ditemuinya di lapak roti tadi. Kini Troffea terlihat memasuki rumah itu sembari membawa roti madu yang dipesannya tadi. Dengan cuek, Ronald menghiraukan hal itu dan berjalan kembali menuju penginapannya.

The Dancing PlagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang