10 - Vegaspete | Everything

7.2K 796 53
                                    


Venice membuka matanya perlahan, mengerjapkan matanya sesekali sekaligus melihat tempat di sekelilingnya. Sial.. Tempat apa ini? Sepertinya ia tidak pernah kesini.. Yang Venice ingat, terakhir dia berada di ruangan besar yang cukup bau dan becek. Lalu, ada beberapa orang yang memukuli dirinya sampai sesuatu menimpuk kepalanya dan semua menjadi gelap.

"Awh!" Venice meringis pelan ketika merasakan sesuatu yang lembut menyentuh luka lebam nya. "Kamu sudah bangun." Venice menoleh ke arah samping, mendapati perempuan yang nampak familiar bagi dirinya. "Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu." Pim mengompres luka-luka Venice dengan balok es yang dibalut dengan handuk. Venice menatap Pim dari atas sampai bawah. Rasanya, tangannya ini masih siap jika harus meninju satu orang saja. Tapi tidak, kalau dipikir lagi, Venice tidak bisa sejahat itu..

"Bisakah kamu melepaskanku? Aku sangat takut."

Pim menggeleng, menolak permintaan Venice mentah-mentah. "Kamu tidak perlu takut. Mereka tidak akan menyakitimu jika kamu tidak berulah. Jadi, turuti saja dan jangan memberontak."

Apa katanya? Jangan memberontak? Setelah dipukuli begini malah disuruh jangan berontak? Hah! Kemana perginya akal sehat di tempat ini?! "Kamu lihat sendiri kan, mereka memukuliku! Orang tua itu, menyuruh orang-orang kotor disana untuk memukuliku!" Venice menghentikkan pergerakan tangan Pim. "Bukankah kamu ibuku? Kenapa kamu membiarkannya? Kenapa malah menahan ku disini?"

"Ini demi kebaikanmu, demi kita semua."

"Tidak! Ini hanya untukmu. Hanya kamu yang diuntungkan disini. Kenapa kamu begitu jahat, ma?"

Tangan Pim berhenti menyeka tubuh Venice, melemparkan tatapan yang berbeda kepada anaknya itu. Pim seakan terpaku ketika Venice memanggilnya dengan sebutan mama. Dia sempat membeku untuk beberapa detik sampai akhirnya kembali sadar. "Orang tua yang kamu maksud itu, suamiku." Pim mengusap kepala Venice. "Jika tadi dia tidak datang untuk membuat mu pingsan, mungkin sampai sekarang kamu masih di pukuli disana."

"Tidak masuk akal.. Pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Sebenarnya apa yang kamu inginkan? Katakan padaku!"

Pim menghela nafas kecil, menaruh handuk itu menyingkir dari Venice dan dirinya. "Aku menginginkan mu. Kamu satu-satunya anak yang ku punya, Venice. Tinggalkan keluarga bermasalah itu dan tinggal lah bersamaku. Mama bisa jamin, kamu akan hidup dengan layak bahkan lebih baik dibanding dengan mereka."

"Bagaimana kamu bisa menjamin itu? Kamu bahkan tidak memperlihatkan nya padaku! Kamu bahkan.. Membiarkan ku di pukul oleh orang lain."

"Aku sudah bilang, ini demi kebaikanmu." Pim kini beralih mengusap pipi tembam Venice. "Kamu ingat saat kemarin kita bertemu? Saat Pete menyerahkan mu padaku. Saat itu, kamu tentu tau apa yang diinginkan mereka. Mereka secara sukarela memberikanmu pada mama. Itu berarti, mereka sudah tidak membutuhkan mu lagi, sayang."

"Itu tidak mungkin! Pete sangat menyayangiku, bahkan dia lebih sayang padaku dari pada kamu!"

"Oh ya? Lalu, menurutmu, apa alasan Pete menyerahkan mu padaku?" Venice bungkam, enggan menjawab pertanyaan yang ibunya berikan. "Benar.. Kamu tidak tahu! Kamu hanya punya kepercayaan pada Pete dan perlahan aku rasa kepercayaan itu mulai pudar."

Pim melirik Venice yang sepertinya sudah mulai termakan perkataannya. Anak ini menunjukkan wajah akan menangis. Permulaan yang bagus, tidak sesulit yang Pim kira. "Itu tidak benar! Lagi-lagi kamu berbohong padaku!" Venice masih menolak semua yang Pim katakan, tapi matanya berkata lain, mata itu justru menjatuhkan air mata secara beruntun.

Melihat itu, Pim langsung menarik Venice ke dalam pelukannya. Mengusap punggung Venice lembut. "Aku mengerti, mama mengerti. Kamu pasti sangat kecewa dengannya.. Itu wajar dan kamu harus tau kalau semua ini bukan salahmu. Mulai sekarang, berhenti memikirkan mereka dan jalani hidup normal bersamaku, ya Venice?"

✓ EVERYTHING ; vegaspeteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang