Begitu Arm memberitahu kebenerannya, Pete berlari secepat mungkin keluar dari kamar. Saat itu dia hanya memikirkan neneknya. Orang-orang itu masih ada di sekitar sini, jadi besar kemungkinan kalau nenek nya akan jadi korban selanjutnya. Jika terjadi sesuatu pada neneknya, Pete bersumpah akan memotong kepala mereka satu persatu menggunakan tangannya sendiri.DOR!
Suara tembakan terdengar dari pinggir pantai. Pete semakin panik, pikirannya kacau dan bahkan tubuhnya hampir mati rasa. Pete tidak sanggup jika dia harus kehilangan neneknya juga.
Saat sampai disana, yang Pete lihat bukanlah sesuatu yang dia pikirkan. Jauh dari perkiraan karena Vegas dan majikannya, Tankhun, beserta Pol dan pengawal lainnya ada disana. "Pete! Kamu datang terlambat." Masih dengan gaya nyentrik nya, Tankhun menendang kepala dari mayat yang baru saja ditembak itu. "Aku bawakan kamu beberapa mayat, walau aku tau itu tidak sepadan.." Tankhun menggumam sendiri.
Pete memilih untuk tidak menatap mayat itu, juga tak mengubris ucapan Tankhun. Ia hanya berdiri mematung sambil menatap Vegas. Pete tentu mempertanyakan semua hal ini dan Vegas hanya menyeringai. Brengsek! Aku tidak butuh seringaian atau aksi sok pahlawan mu itu. Aku hanya butuh jawaban disini! Sungguh, Vegas benar-benar menggila saat ada pistol di tangannya.
"Surprise..?" Vegas merentangkan kedua tangannya, menatap Pete kikuk sekaligus senang. Tidak dapat di deskripsi kan dengan jelas, tapi mungkin perasaan senang Vegas lebih besar karena ia dapat melihat Pete.
"Persetan, Vegas! Jelaskan apa yang terjadi padaku! Kalian.. Ahh, membuatku stres!"
-----
Saat Pete kembali bersama Vegas dan yang lain, mereka mendapati Nenek sedang sibuk mengobati Arm di dalam sana. Lalu, kalian tahu apa yang Pete dapat? Dia mendapat ocehan! Nenek mengomel karena Pete tidak menemani Arm seperti apa yang dikatakannya. Tapi kemudian, saat melihat Vegas di samping Pete, moodnya berubah menjadi Hello Kitty.
"Vegas turut berduka cita atas kepergian Kakek." Vegas mengusap punggung nenek lembut, menatapnya seperti menatap nenek kandungnya sendiri. "Terimakasih Vegas, kamu sudah repot datang jauh-jauh kesini. Kamu bisa memberi tahu terlebih dulu jika ingin berkunjung lain kali, supaya nenek bisa buatkan sesuatu."
"Tidak apa, Nek. Melihatmu tersenyum dengan baik sudah menjadi sesuatu bagiku." Vegas memperhatikan sekitarnya, mencari sosok istrinya yang bukan lain adalah Pete. "Ngomong-ngomong, dimana Pete?" Tanyanya.
"Ohh, Pete bilang dia masih belum ingin bertemu denganmu. Jadi nenek memintanya mengantarkan makanan untuk Arm, mungkin dia ada di kamar menemani Arm sekarang."
"Dengan Arm?"
"Ah iya, nenek lupa memberitahumu. Arm sedang sakit, tadi dia dipukuli oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab."
"Oh.." Vegas mengepalkan tangannya dalam diam. Sialan, dia kalah cepat. "Kalau begitu, boleh Vegas menemui mereka?"
"Boleh.. Tapi berjanjilah untuk bicara baik-baik dengan Pete. Kamu tau kan, seperti apa mood Pete jika dia dalam keadaan sedih." Vegas mengangguk kecil, lalu beranjak. "Baik, Nek. Kalau begitu saya pergi." Vegas kemudian pergi dari sana, meninggalkan Nenek bersama Tankhun yang kebetulan baru saja sampai. Tadi dia harus mengurus mayat-mayat terlebih dulu.
Vegas membuka pintu kamar Pete pelan, mengintip ke dalam. Melihat Pete duduk di samping ranjang dengan satu buah piring di tangannya, juga tangan lainnya yang sibuk menyuapi orang lain. Orang yang sangat Vegas cemburui selama ini. Ketika melihat Arm, dia tampak baik-baik saja. Bahkan dia berani tertawa bersama Pete.
Sekarang Vegas jadi bertanya-tanya, apa bajingan itu benar-benar dipukuli atau hanya sedang mencari perhatian dari Pete.
"Pete."
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ EVERYTHING ; vegaspete
RandomBuku dimana Vegas dan Pete menjalani hidup sebagai pasangan. Setelah berbagai masalah yang mereka lalui, kini mereka memulai awal yang baru dengan membentuk keluarga kecil bersama Venice dan Makau.