PROLOG

179 14 4
                                    

"Cepat! Lempar bolanya ke sini, Ca!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cepat! Lempar bolanya ke sini, Ca!"

Gio Anggara. Anak laki-laki yang menginjak bangku sekolah dasar itu merengut. Sorot mata tidak terima, begitu juga dengan bibir bawah yang terangkat dengan tidak senang dapat ia pertahankan selama satu jam tadi.

Pelajaran olahraga. Memang bukan pelajaran favoritnya, meskipun dalam hati ia mengakui betapa menyenangkannya tidak terkurung di dalam ruangan kelas dan dapat duduk di lapangan, meskipun harus menikmati angin dengan bonus matahari yang menyengat panas.

Menyebalkan. Sangat menyebalkan.

Mata bulatnya tak henti memperhatikan salah satu teman sekelasnya. Ah, gadis dengan potongan rambut layaknya helm. Tidak cukup itu, warna kepirangan karena terpapar panas sudah jelas menjadi ciri khas.

Nesya Victory Aditama.

"Eca! Jaga posisi sana!"

Bola bekel dilempar ke sembarang arah, menuju pihak lawan tetapi sayangnya kelompok lawan dengan sigap menghindar. Dengan keringat yang mengucuri wajah dan seragam olahraganya, Nesya mengangguk, mengambil posisi yang bagus.

"Nyebelin," gerutu Gio, begitu Nesya berdiri di hadapannya yang sedang duduk di pinggir lapangan. Nesya tidak akan memperhatikannya, apalagi mendengar gerutuannya. Ya, meskipun cewek itu memunggunginya sekarang.

Nesya yang seperti ini selalu membuat Gio dongkol sendiri. Entah kenapa di dalam dirinya ada hawa tidak enak. Menakutkan, di mana ada rasa takut yang begitu besar ketika cewek itu tidak mempedulikannya.

Nesya yang Gio akui sulit untuk berada di lingkungan yang sama. Cewek dengan tenaga yang jauh lebih banyak, tertawa terbahak dengan puas, tidak kesulitan mengeskpresikan diri. Sementara ia?

Perlahan, Gio mencengkram lutut dengan kuat, rasa sesak menghantuinya. Ia tidak bisa, di luar lingkungan seperti ini, ia hanya menjadi bayangan. Ah, bahkan di dalam kelas ia juga tidak pintar-pintar amat, hanya mengikuti pelajaran seadanya.

"Ca!"

Bola berwarna hijau dilempar, ditangkap dengan mudah oleh Nesya. Cewek itu membidik dengan badan yang mengarah ke kanan kiri, mencari lawan yang mana hendak dilempar dengan bola di tangan ini.

Tak tahan lagi dengan rasa kesal karena diabaikan, Gio bangkit. Kedua tangan itu terkepal, berteriak hingga memenuhi setiap sudut lapangan.

"Eca jelek! Iyo pokoknya nggak suka sama Eca!"

Saat itu pula, sudah dipastikan bola bekel melayang begitu saja. Mendarat di dahi Gio dengan sempurna, tanpa pernah direncanakan.

Halo semuanya! Kembali lagi dengan Brother's Note 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo semuanya! Kembali lagi dengan Brother's Note 2. Kalau yang pertama kita disuguhi sama si kaku Rean, sekarang kita kepoin si gesrek Gio. Wkwkwk.

Gio : Tolong, gue makin terkenal nanti :v

Tidak hanya itu, tapi juga bakal ada keluarga inti Anggara, sama keluarga baru Aditama. Yap, Nesya sama Reyhan yang cuma dikit kita bahas di bagian pertama.

Gio : Eca kakak hilingnya Iyo :v

So, tunggu kelanjutannya! Bagian satu sama kedua terpisah, kok. Tapi lebih bagus mampir yang pertama dong, biar kenalan sama abang pelitnya Iyo wkwkwk.

Sekian dariku, thanks for reading! I hope you enjoy it!
Skuy, simpan di reading list atau perpustakaan dulu.
Vote, komen, dan krisarnya sangat membantu!

Vote, komen, dan krisarnya sangat membantu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥰🥰🥰

Brother Notes #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang