ALASKA GIBRAN ALMAIR

83 10 103
                                    

Bertahun tahun sudah Arga hidup di kota Medan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bertahun tahun sudah Arga hidup di kota Medan itu. Sudah beberapa kali juga ibunya pulang ke Indonesia untuk berlibur ataupun menemaninya saat ia sedang drop.

Arga sudah berada di bangku kelas enam SD. Namun, ukuran badannya masih terbilang kecil untuk anak seusianya. Tak jarang ia iri pada Karang yang tumbuh dengan cepat, hingga tinggi Karang hampir seperti tinggi ayahnya sendiri, padahal ia masih kelas enam SD.

Hari ini, Arga pulang dari sekolah setelah seharian belajar disekolahnya. Ia berjalan kaki kerumah, karena Ririn sedang mengurus cucian pakaian mereka yang menumpuk dikarenakan seminggu lalu Arga kembali masuk Rumah sakit, sehingga Ririn tak sempat untuk menyuci pakaian mereka. Sedangkan Karang, ia tidak masuk sekolah hari ini karena demam.

Arga berjalan sambil bersenandung kecil. Ia juga mengingat kejadian kejadian yang menurutnya membuat hatinya senang. Mulai dari bermain dengan Karang, bersama Leon, menjahili Zifa, menjaga Aerika dan banyak lagi.

Flashback on

"Aga masuk SMP mana nanti?"tanya Leon sambil menyuapinya es krim

"Aga sama Karang om, masuk MTS Cempaka" balas Arga

"Bagus dong, itu sekolah baik"ucap Leon

"Iya om. Kata ayah biar bisa ngaji"ucap Arga

"Pinternya"balas Leon sambil mengacak rambut Arga

Flashback off

Arga sering mengingat kebersamaannya dengan Leon. Ia tersenyum simpul setiap mengingat setiap kejadian bersama Leon.

"Aga jadi bisa rasain gimana rasanya punya ayah karena om Eon"ucap Arga sambil tersenyum

Ia terus berjalan dengan riang menuju rumahnya, walaupun matahari telah berada tepat di atas kepalanya. Namun, langkah Arga terhenti ketika ia mendengar suara tangis anak kecil. Arga melihat sekelilingnya, dan mendapati seorang anak laki laki tengah menangis di pinggir jalan.

Hiks....abi...hiks mau puang...hiks

Hiks...mau puang...hiks

Arga langsung mendekati anak kecil itu dan berjongkok didepannya. Ia mencoba menenangkan anak itu sebisanya. Arga mengelus bahu anak itu lalu bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

"Dek, kamu kenapa?, ngapain dijalan sendirian?"tanya Arga selembut mungkin agar anak kecil itu tidak merasa takut

"Hiks mau puang hiks"ucap anak itu masih menangis

Arga melihat kursi panjang diseberang jalan, ia membawa anak itu untuk duduk dikursi agar lebih nyaman untuk bercerita. Awalnya sang bocah menolak ajakannya, namun setelah dengan bujukan lembut, akhirnya anak kecil itu mau menurutinya.

"Adek namanya siapa?"tanya Arga sambil tersenyum, berharap anak kecil itu berhenti menangis dan bisa diajak bicara

"Hiks Gilban"ucap anak itu sesegukan

SVARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang