Song: blanket kick -bts
•
•
•
•
•Suara langkah kaki terdengar di lorong rumah sakit yang terlihat cukup ramai oleh beberapa pasien lain. Langkah kakinya terhenti di depan sebah ruangan bertuliskan pasien Hyunae. Tangannya menggeser kenop pintu itu. Dengan perlahan masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi nuansa berwarna putih dan bau obat yang menyerang penciumannya.
"Hai!" sapa lelaki yang baru masuk itu kepada wanita yang sedang asik menonton film favoritnya di ponsel. Wanita itu menoleh dan memelas. Memilih mengabaikan dan melanjutkan tontonannya.
"Ya Tuhan, kau itu sedang sakit. Berhentilah bermain ponsel." Wanita yang bernama Hyunae itu merenggut kesal. Pasalnya ponselnya di ambil paksa oleh lelaki bernama Jungkook itu.
"Jung, tidak ada kaitannya ponsel ini dengan sakitku. Sudahlah berikan! Aku harus menonton film itu hingga selesai. Jangan mengganggu!" Jungkook menggeleng tidak membiarkan Hyunae bermain ponsel terus-menerus. "Jung, berikan!" Jungkook memasukkan ponsel itu ke dalam sakunya, dan itu membuat Hyunae pasrah dan membiarkan Jungkook melakukan apa yang dia suka.
Jungkook terkekeh melihat Hyunae mengerucutkan bibirnya. "Hey, jangan cemberut seperti itu. Apa kau tidak ingin melihat bintang?" Dengan cepat Hyunae melirik Jungkook dengan wajah antusias. "Bintang? Apakah ada?"
"Tentu, aku melihatnya saat aku perjalanan kemari." Senyuman timbul di wajah Hyunae. Dirinya sangat menyukai bintang dan Jungkook tahu itu. Makanya cara membujuk Hyunae sangat mudah, cukup dengan embel-embel melihat bintang.
Jungkook membantu Hyunae turun dari ranjangnya dan mendudukkan tubuh Hyunae di kursi roda. Setelah siap, Jungkook mendorong kursi roda itu keluar dari ruang rawat, tak lupa juga infusan yang ikut dibawa.
Tujuan Jungkook adalah taman rumah sakit. Disana bisa melihat langit secara luas. Dan sudah pasti bintang di malam hari pun terlihat. Jungkook duduk di kursi taman dan Hyunae mengikutinya untuk duduk tepat di sebelahnya. Meninggalkan kursi roda yang merasa kesepian karena pemiliknya mengabaikannya. Hyunae bisa berjalan, hanya saja jika berjalan terlalu lama, tubuhnya akan limbung seketika. Karena itulah mulai beberapa waktu lalu kursi roda mulai menemaninya.
"Lihatlah atasmu!" Hyunae menuruti perintah Jungkook. "Ada bukan?" Anggukan kepala Jungkook terima.
"Wah! Banyak sekali bintangnya. Aku suka. Berikan ponselku! Aku ingin memotretnya." Jungkook memberikan ponsel itu kepada pemiliknya. Hyeona menerima dengan antusias. Tangannya mengotak-atik ponsel mencari kamera. Di tekan lah tombol berlogo kamera. Mengarahkan kamera ponsel ke atas langit dan memotret bintang sebanyak mungkin. Jungkook hanya menggeleng sambil tersenyum. Seperti inilah jadinya jika Hyunae dihadapkan dengan bintang-bintang di langit. Rasa antusias dan semangatnya itu membuat Jungkook merasa senang.
Diam-diam tangan Jungkook mengambil sebuah kamera polaroid yang dia simpan di ranselnya. Sebelah matanya menyipit mengarahkan kamera ke arah yang pas. Saat pusat lingkarannya sudah tepat pada objeknya, Jungkook menekan tombolnya.
Ckrik!
Hyunae yang mendengar bunyi itu menolehkan kepalanya ke samping. Terlihat Jungkook sedang mengarahkan kamera itu padanya. "Kau memotretku?" tanya Hyunae penasaran. Jungkook mengangguk dan memberikan cetakan foto yang sudah keluar dari kamera itu. "Bagus tidak?" Hyunae menggeleng. "Bagus. Tapi kau tahu sendiri aku tidak suka di potret."
"Sekali-kali tidak apa. Memangnya kau artis? Tertutup sekali."
"Bukan seperti itu. Hanya saja aku tidak ingin orang mengingatku lewat sebuah gambar. Aku ingin mereka menyimpannya di hati mereka, di pikiran mereka. Gambar bisa saja hilang dan rusak. Tapi memori yang tersimpan dalam diri, tidak akan mudah terhapus dan akan selalu dikenang selamanya." Jungkook mencerna perkataan Hyunae dengan baik. Entah mengapa perkataannya sedikit menyedihkan untuk orang yang mendengarnya.
"Kalau begitu, aku akan menjadi orang yang akan terus mengingatmu lewat keduanya. Gambar dan perasaan."
"Tidak. Aku tidak ingin kau sedih. Kau harus menyimpannya lewat memori hatimu." Jungkook menatap Hyunae lamat-lamat.
"Kalau begitu, kau harus tetap disini. Supaya aku tidak perlu mengingatmu menggunakan cara apapun. Karena kau sudah ada disampingku." Hyunae tidak menjawab. Dirinya hanya membalas dengan senyuman di wajahnya. "Bagaimana? Iya tidak?"
"Tidak tahu."
"Ey, aku adalah orang yang paling spesial dalam hidupmu. Kau tidak boleh mengabaikanku." Lidah Hyunae berdecak. "Percaya diri sekali kau. Memangnya aku pernah mengatakan bahwa kau sangat spesial di hidupku?" Jungkook menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi aku tahu."
"Terserahmu, yang penting kau bukan orang spesial. Itu yang benar."
"Yakin? Yasudah aku tidak akan mengajakmu lagi melihat bintang. Biar aku saja. Kau juga tidak boleh memotret sedikitpun!"
"Mengapa begitu?! CK! Berani-beraninya kau mengancamku hanya karena kau tahu kelemahanku." Jungkook menyengir tak bersalah. "Yasudah kau spesial sekali dalam hidupku!" Jungkook tertawa dan mengusap pelan pucuk kepala Hyunae. Wanita itu menoleh pada Jungkook. Mereka sempat bertatapan beberapa detik dan berakhir dengan saling tawa.
Jika waktu sudah habis, apakah akan ada lagi tawa seperti ini?
TBC
I HAVE UPLOADED GUYS!!!
[Cerita sudah tamat, tinggal upload]
Buat kalian yang ngerasa kependekan, jadi bukan kependekan tapi memang karena ini short Story......:) Tapi aku buat jadi banyak bagian, sekitar dua puluhan chapter nyaa, ga dikit bangett kokkkk!
Aku harap kalian suka aja yaa... Tolong vote+komennya makasi lov!
Good?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nest [END]
Teen FictionDunia seorang wanita yang bernama Park Hyunae tidak merasakan kenikmatan hidup. Tertanam sebuah penyakit di dalam tubuh, membuatnya ingin menyerah akan segalanya karena terlalu lelah. Lelaki itu, Cho Jungkook, lelaki yang selalu bersama dengan Hyun...