17

10 1 0
                                    

Di malam pertama mereka, Hyunae, Jungkook dan teman-teman lainnya memilih bermain di sebuah festival yang diadakan tidak jauh dari villa mereka tinggal. Festival itu cukup meriah, banyak orang yang berjualan, ada pula permainan-permainan seperti kincir angin, rumah hantu, dan beberapa permainan lainnya.

Mereka memutuskan untuk berpisah dibagi berpasang-pasangan. Supaya tidak terlalu beramai-ramai. Tentu Jungkook bersama Hyunae. Jungkook membawa Hyunae ke permainan dimana Jungkook harus melempar bola dari jauh ke kaleng-kaleng yang sudah di siapkan. Jika menang mendapatkan hadiah.

"Hyunae-ya, lihat aku. Aku akan menjatuhkan semua kaleng itu." Disampingnya Hyunae menatap Jungkook remeh, "Yakin? Kau hanya terlalu percaya diri Jung." Jungkook mengangkat bahunya angkuh, seolah menunjukkan bahwa dia memang bisa melakukannya.

"Lihat saja." Jungkook di beri 3 bola. Tubuhnya mengarahkan bola itu ke arah kaleng. Matanya sangat fokus sehingga tidak ada yang bisa mengganggunya. Dilemparnya bola pertama, sayang sekali bola itu tidak mengenai satu kaleng pun. Dicobanya bola kedua, tetapi hanya menjatuhkan 2 kaleng saja. Percobaan ketiga dilakukan, dan hanya menjatuhkan 1 kaleng saja.

"Mana? Katamu bisa menjatuhkan semua kaleng itu?" Hyunae berbicara dengan nada remeh. "Hey, ini percobaan saja, selanjutnya aku bisa." Keangkuhan lelaki itu tidak surut. Dia tetap mempertahankan harga dirinya dan terus mencoba. Hyunae memutar bola matanya malas melihat Jungkook yang terus-menerus mencoba padahal sudah mengalami 5 kali kekalahan.

Tangan Hyunae mengambil bola terakhir yang menjadi kesempatan Jungkook. Dengan asal ia meleparkan bola itu ke sembarang arah. Tiba-tiba seluruh kaleng terjatuh membuat Jungkook dan Hyunae memandang terkejut.

"Wah! Anda berhasil melakukannya. Selamat! Ini hadiahnya." Penjaga permainan itu memberikan boneka beruang besar kepada Hyunae. Tentu diterimanya dengan senang hati.

"Lihat Jung! Aku mendapatkannya dengan mudah. Kau?" Merasa di remehkan, Jungkook berjalan lebih cepat hingga Hyunae tertinggal. Dirinya kesal sekali bagaimana bisa Hyunae menjatuhkan seluruh kaleng hanya dalam 1 kali percobaan dengan 1 bola saja. Kesal karena merasa permainannya tidak adil.

Hyunae menarik tangan Jungkook sehingga lelaki itu terhenti. "Apa?" tanyanya dengan nada kesal. "Aku ingin naik itu," tunjuk Hyunae ke permainan bianglala. Jungkook menyetujuinya dan mereka segera naik ke wahana itu.

"Wah, pemandangannya indah." Mata Hyunae bersinar mengatakannya. Saat diposisi teratas, Hyunae dapat melihat jelas pemandangan yang menunjukkan wilayah pantai. "Wah! Bintangnya terasa lebih dekat ya?"

"Jung, sepertinya jika nanti kau ingin melihatku lebih dekat, kau harus menaiki ini wahana ini. Atau kau bisa naik pesawat." Jungkook terdiam. Wajahnya menatap Hyunae dalam. Dia tahu maksud dari apa yang dikatakan Hyunae.

"Tidak, aku tidak perlu jauh-jauh melihatmu. Karena saat ini kau ada di sampingku."

Hyunae memalingkan wajahnya. Bertemu tatap dengan Jungkook. Mereka berdua terdiam di dalam keheningan. Perlahan Hyunae mengembangkan senyumnya. "Jung, saat ini aku memang ada disisimu. Tapi aku tidak tahu besok. Bisa saja semuanya berakhir dengn cepat. Entah itu keinginan atau harapan. Beri tahu aku."

Jungkook tak bisa berkata-kata. Tidak ingin mengatakan apapun. Tidak ingin keluar kata-kata yang bisa di dengar Hyunae. Cukup untuk dirinya sendiri.

"Jung, aku takut." Lirihan itu terdengar ke telinga Jungkook. Lelaki itu dapat melihat tatapan Hyunae yang menyiratkan keputusasaan. Sedikit tersirat ketakutan disana. Dengan segera Jungkook menarik Hyunae ke dalam dekapannya, memeluk wanita itu. Suara isak tangis mulai terdengar diiringi dengan lirihan Hyunae yang terus mengatakan bahwa dia takut.

"Jung, aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan jika hari itu datang? Aku belum siap, dan aku takut." Hyunae meremas jaket Jungkook yang ia pegang. Seperti bertumpu pada pegangannya.

Jungkook mengusap punggung dan pucuk kepala Hyunae. Memberikan ketenangan. Dirinya sama sakitnya, Jungkook ikut meneteskan air mata.

Kau tahu? Entah itu harapan atau keinginan, aku menakuti kedua hal itu.

TBC

Nest [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang