9

10 2 0
                                    

Cahaya matahari di pagi hari masuk ke dalam sebuah kamar yang tirainya terbuka. Sang empu bergerak tak nyaman karena cahaya itu mengenai wajahnya. Hanya butuh beberapa detik, dirinya bangun dan mengumpulkan kesadarannya. Walaupun belum sepenuhnya sadar, tubuhnya tetap dia bawa pergi untuk ke kamar mandi dan meninggalkan kasur empuk yang menangis karena sang pemilik meninggalkannya.

Tubuhnya menghadap ke cermin di atas wastafel. Dibasuhnya wajah agar tampak lebih segar. Setelah mencuci wajahnya itu, dirinya keluar dari kamar mandi lalu segera menuju ke lantai bawah rumahnya.

"Hyunae, cepat sekali kau bangun," ucap Nyonya Park dengan wajah mengejek. Karena dirinya tau sang putri selalu bangun siang hari. Entah itu dirumah, maupun rumah sakit.

"Ibu, matahari yang membangunkanku. Menyebalkan sekali!" Hyunae memajukan bibirnya, kesal karena tidak bisa tidur dengan nyenyak. Padahal kemarin saat dirinya meninggalkan rumah sakit, dia sudah berencana akan tidur hingga siang hari untuk malam itu. Tapi matahari mengacaukannya. Tidak apalah, setidaknya Hyunae bisa merasakan angin pagi pertama di rumahnya setelah sekian lama tidak merasakannya.

Dibelakangnya, terlihat Minhyuk yang sedang berdiri sambil menatap sang adik yang sedang duduk di meja makan. Senang sekali rasanya bisa melihat adiknya kembali ke rumah. Walaupun dirinya tahu, Hyunae pulang bukan karena dirinya sudah sehat, tetapi karena sudah pasrah dan putus asa dengan keadaan. Minhyuk berfikiran bahwa sang adik hanya tinggal menunggu kematian datang padanya. Tetapi Minhyuk selalu menghilangkan pikiran itu. Dirinya akan tetap menganggap adiknya akan sembuh, dan kembali sehat.

Tak ingin larut, Minhyuk mendekat pada Hyunae dan mengacak-acak rambut gadis itu. "Oppa, sudah bangun?"

"Tentu. Sudah rutinitasku bangun pagi hari. Memangnya kau? Bangun pagi saja merengek." Hyunae menatap Minhyuk dengan tatapan jengkel.

Nyonya Park yang melihat kedua anaknya itu hanya menggeleng-geleng. Selalu saja, jika keduanya disatukan sudah pasti akan ada sedikit perkelahian antara mereka. Memusingkan.

"Ibu! Hari ini aku akan pergi." Nyonya Park yang sedang menyiapkan sarapan menghentikan kegiatannya. "Kemana?" tanyanya sambil menatap Hyunae. "Ada hal yang harus aku lakukan Bu."

"Dengan siapa pergi? Jungkook?" Hyunae menggeleng tidak membenarkan. "Sendiri Bu."

"Ibu tidak akan mengizinkanmu pergi sendirian. Harus ada orang yang menemanimu. Tidak bisakah minta Jungkook temani? Ibu yang akan bicara padanya."

"Tidak Bu, aku hanya ingin sendiri. Ibu tidak perlu khawatir. Aku akan baik-baik saja."

"Jika ada sesuatu hal yang terjadi denganmu, bagaimana?" Kali ini Minhyuk yang mulai berbicara. "Keadaanku baik-baik saja. Jika ada sesuatu yang terjadi, aku akan menghubungi Ibu. Izinkan ya?" Tangan Hyunae terkepal di atas mengharapkan izin dari sang ibu. Nyonya Park yang melihat anaknya merengek memohon akhirnya pasrah.

"Baiklah, kau boleh pergi. Syaratnya jika ada sesuatu, kabari Ibu, Ayah, Kakakmu, atau Jungkook. Atau bahkan temanmu. Lalu, kau harus sudah pulang sebelum matahari terbenam. Dan kau harus membawa obatmu. Bagaimana?" Hyunae mengangguk antusias. Menautkan jemari kelingkingnya dengan sang Ibu sebagai tanda perjanjian dan diberikan cap di pipi ibunya.

"Tapi kau yakin baik-baik saja? Tubuhmu kuat?" Minhyuk menatap sang adik dengan khawatir. "Ya, aku kuat. Jika aku lelah aku bisa berhenti sejenak. Yang pasti aku baik-baik saja." Minhyuk mengangguk dan mencoba percaya bahwa adiknya tidak perlu dikhawatirkan. Mungkin jika tidak ada jadwal kuliah hari ini, Minhyuk akan menemani Hyunae pergi.

Dalam hati Hyunae bersorak gembira karena diizinkan untuk pergi. Dirinya akan melakukan beberapa hal yang sudah seharusnya dilakukan. Setelah sarapan selesai, Hyunae segera bersiap-siap untuk pergi.

Hyunae menggunakan sweater rajut berwarna ungu pastel yang dikombinasikan dengan rok selutut warna cokelat motif kotak-kotak. Hyunae juga menambahkan stocking hitam lengkap dengan ankle boot. Tak lupa, tas selempang manis jadi barang bawaannya.

Setelah puas dengan persiapannya, Hyunae berpamitan pada sang ibu dan kakaknya. Tidak berpamitan pada sang Ayah karena sudah pergi bekerja.

Setelah kakinya menginjakkan halamsn luar pekarangan rumah, Hyunae menarik nafas panjang. "Baiklah, kita mulai untuk hari ini."

TBC

Nest [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang