"Tak akan pernah ada bahagia dipencarian cinta, yang kutemui hanya cara agar kebal dari kecewa dengan luka membungkus sekujur rasa."
***
Entahlah, Alea dan kedua sahabatnya sedikit terheran karena kedatangan Karin ke meja mereka. Tidak biasanya. Bukan begitu, maksudnya, Karin sebelumnya tidak pernah mengenal mereka bertiga meskipun mereka seangkatan. Karena Karin termasuk mahasiswi terkenal di kampus. Berbeda dengan Alea, Bella, dan Tasya yang hanya mahasiswi biasa saja.
Kedatangan itu benar-benar mengalihkan pandangan Alea dan sahabatnya. Mereka tidak mengerti, sungguh. Apa mereka melakukan sesuatu hingga Karin menghampirinya. Tapi seingat mereka, Alea maupun kedua sahabatnya tidak berbuat sesuatu yang salah pada Karin. Jadi, mana mungkin Karin tiba-tiba menyapa Alea dan kedua sahabatnya. Bukankah itu terdengar aneh? Orang yang tidak saling kenal tiba-tiba menyapa. Dan anehnya, bagaimana Karin bisa mengetahui Alea, Bella, dan Tasya.
"Boleh gabung sama kalian?" tanya Karin sambil menatap penuh harap kearah Alea dan sahabatnya, "Meja lainnya penuh." Lanjutnya sambil melihat sekeliling kantin yang sepertinya memang sangat penuh.
Alea dan Tasya mengedarkan pandangan mereka ke penjuru kantin. Memang benar, meja yang lain sudah penuh. Hanya tinggal meja di ujung sana yang penuh dengan laki-laki berandal. Karin tidak mungkin mau duduk di sana. Maka dari itu, daripada Karin tidak jadi makan, maka Alea mengizinkannya gabung di meja mereka. Hitung-hitung agar saling mengenal satu sama lain terlebih mereka satu angkatan.
Alea mengangguk, "Yaudah, nggak apa-apa. Gabung aja, jam segini kantin emang penuh," ucapnya sambil tersenyum dan melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Salam kenal, ya." kata Karin, lalu menjulurkan tangannya. Dengan senang hati mereka menerima jabatan tangan Karin.
"Alea?" panggil Karin saat mereka sibuk dengan makanan masing-masing.
"Iya. Kenapa?" jawab Alea sambil mengelap sudut bibirnya yang terkena kuah bakso.
"Gue boleh nanya sesuatu?" tanya Karin yang menatap Alea intens.
"Boleh. Apa tuh?"
"Lo jadian sama Kak Jerry, ya?" tebak Karin sambil menampilkan senyum kecil di bibirnya.
Alea sedikit kaget. Tunggu, bukan sedikit. Ini sudah sangat kaget. Bagaimana tidak kaget, kalau tiba-tiba seorang Karin Kalila, mahasiswi terpopuler seangkatan, tiba-tiba datang mengajak berkenalan dan menanyakan hal tersebut yang bahkan baru diketahui oleh Bella dan Tasya.
"Iya nggak sih, Al?" tanya Karin meneliti.
"Hm.. i-itu–"
"Karin!" panggil seseorang yang sudah Alea hapal suaranya di luar kepala.
"Hai, Kak Jerry!" balas Karin lalu tersenyum pada laki-laki itu.
Jerry berjalan mendekati mereka. Jantung Alea berdetak sangat kencang. Tapi tunggu sebentar. Alea mengira kalau Jerry datang untuk mencari dan menghampirinya, tetapi ternyata untuk menemui Karin.
"Ayo, Rin!" ajak Jerry sambil memegang tangan kanan Karin yang masih menggenggam sendok.
"Ke mana?!" tanya Karin antusias.
"Ada deh. Lo harus ikut gue," jawab Jerry lembut.
Interaksi antara Karin dan Jerry yang seperti itu membuat Alea meringis dalam hati. Jerry tidak pernah bicara selembut itu padanya. Saat menyatakan perasaan saja hanya wajah datar dan suara dingin yang diucapkan Jerry. Bahkan saat pria itu berbicara kepada Alea, nadanya tidak selembut itu. Selalu saja dengan nada dingin dan terkesan memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Down
Teen FictionJerry Pradipta seorang bad boy yang digandrungi hampir seluruh mahasiswi Utama Jaya. Kalau kata orang, fisiknya memang sempurna tetapi ia tidak seperti yang terlihat. Di dalam, Jerry mempunyai banyak masalah terutama masalah dengan kedua gadis yang...