Tiga tahun yang lalu...
Selamat Datang Para Peserta Didik Baru SMA Tunas Bangsa
Begitu tulisan banner yang terpasang di depan gerbang SMA. Alea tersenyum manis membaca tulisan itu, akhirnya setelah melewati ujian yang menguras otak dan tenaga, ia bisa menginjakkan kakinya di sekolah impiannya. Salah satu sekolah favorite yang Alea inginkan. Perlahan ia melangkahkan kakinya memasuki sekolah itu. Suasana sudah cukup ramai karena hari pertama MOS– Masa Orientasi Siswa.
Pandangannya meneliti untuk menemukan teman satu kelompok. Mungkin teman-temannya belum ada yang datang, terlihat baru pita berwarna merah, kuning, dan ungu yang sudah membentuk lingkaran bersama anggota yang lain.
"Mungkin gue terlalu cepat datengnya," batinnya. Karena tidak ingin bingung terlalu lama, akhirnya ia memberanikan diri mendekati gerombolan kakak kelas yang sepertinya panitia acara MOS.
"Permisi, Kak. Maaf mau tanya, untuk kelompok biru belum ada yang datang ya?" tanya Alea mengintrupsi gerombolan panitia itu.
"Kamu kelompok biru, ya? Udah tahu belum siapa mentornya?" tanya salah satu panitia dengan pita hijau yang tersimpul di lengan kanannya. Alea hanya menggeleng menjawab pertanyaan itu.
"Tunggu sebentar ya, Dek." Lalu panitia itu membuka gulungan kertas yang ia pegang, Alea yakin kertas itu berisikan rundown acara dan nama-nama panitia.
"Oh mentor kamu Nevan. Tunggu aku kabarin dia dulu. Kamu di sini aja," ucapnya sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan berjalan sedikit menjauh dari Alea.
"Woy Nevan! Di mana lo? Ini anggota kelompok lo udah ada datang. Buru ke lapangan!" cecar wanita itu saat sambungan teleponnya sudah terhubung.
"Sabar, Tha. Gue baru selesai dari ruang Pak Bagas," jawabnya sambil berjalan tergesa-gesa.
"Oke." Lalu mematikan sambungan teleponnya dan berjalan mendekati Alea lagi.
"Mentor kamu habis dari ruang kepala sekolah. Sebentar lagi ke sini kok," jelasnya sambil tersenyum kearah Alea.
Alea membalas senyuman itu, "Terima kasih kak–"
Seakan tahu apa yang dipikirkan Alea, panitia itu langsung mengulurkan tangannya di depan Alea, "Nama aku Agatha kelas XI IPA."
Alea dengan senang hati menjabat tangan kakak kelasnya itu, "Terima kasih Kak Agatha. Salam kenal, aku Alea."
Sesi perkenalan singkat itu terhenti karena kedatangan sosok laki-laki dengan menggunakan almamater sekolah.
"Itu mentor kamu," ucap Agatha sambil menunjukkan kearah belakang Alea. Gadis itu langsung membalikkan badannya. Matanya langsung menatap kakak kelas yang menjadi mentornya itu.
"Sorry, tadi dipanggil sama Pak Bagas," jelas Nevan.
Agatha mengangguk membalas perkataaan Nevan, gadis itu langsung memberitahu bahwa yang tadi sedang berbicara dengannya adalah anggota kelompok Nevan, "Ini anggota kelompok lo. Namanya Alea."
Nevan langsung memusatkan pandangannya pada gadis yang baru saja diperkenalkan oleh temannya, "Hai, gue Nevan." Laki-laki itu mengulurkan tangannya bermaksud untuk berkenalan langsung dengan adik kelasnya itu.
Alea membalas uluran tangan itu, "Hallo. Salam kenal Kak Nevan. Aku Alea." Cukup lama Nevan menggenggam uluran tangan Alea, tatapannya masih menatap adik kelasnya yang menurutnya sangat cantik dan imut dalam satu waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Down
Teen FictionJerry Pradipta seorang bad boy yang digandrungi hampir seluruh mahasiswi Utama Jaya. Kalau kata orang, fisiknya memang sempurna tetapi ia tidak seperti yang terlihat. Di dalam, Jerry mempunyai banyak masalah terutama masalah dengan kedua gadis yang...