6. KARIN LAGI?

5 5 17
                                    

Lagi-lagi harus kuakui. Kalau aku memang tidak memiliki tempat terindah di hatimu. Aku tetaplah orang asing dari sekian banyak orang yang ada di kehidupanmu, yang ada di urutan terakhir.

~ ~ ~

Mungkin benar apa kata orang-orang. Bahwa hari senin adalah hari paling melelahkan sekaligus menyebalkan daripada hari biasanya. Setelah dua hari bersantai di rumah harus kembali disadarkan oleh realita yang terasa sulit karena kebebasan dan kesenangan selama di hari pekan masih terasa. Bahkan kembali disuguhkan oleh padatnya jalanan dengan berbagai kendaraan, diharuskan memasang mode "kerja" lagi dan harus mempersiapkan mental baru untuk beraktivitas. Sama seperti pendapat Alea, hari ini benar-benar padat jadwalnya. Andaikan dia memiliki kekuatan super, mungkin dia akan meliburkan seluruh aktivitas di hari Senin.

Dari yang harus berangkat pagi-pagi, karena dosen mata kuliah ini sangat on time, telat satu menit jangan harap bisa masuk presensi karena sudah pasti dianggap absen meskipun mahasiswanya mengikuti mata kuliah tersebut. Bukan hanya itu, Alea yang juga aktif di salah satu organisasi sekolah dan termasuk bagian BPH– Badan Pengurus Harian yang setiap hari Senin harus mengkoordinasi teman-temannya untuk mengadakan rapat sebagai evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan selama seminggu. Belum lagi selesai jam kuliah ia harus mengikuti UKM– Unit Kegiatan Mahasiswa salah satunya bola voli, gadis itu sangat menyukai olahraga bola besar itu.

Penderitaannya tidak sampai di situ saja. Seperti saat ini, setelah kelas pertamanya selesai dia diminta untuk menemui Bu Farah. Dosen itu meminta Alea untuk menemuinya di aula lantai 3 untuk membahas perubahan jam mata kuliah beliau, karena bentrok dengan jadwal mengajarnya di kampus 2 yang lumayan jauh dari kampus 1 yang Alea tempati. Padahal Alea ingin langsung ke kantin bersama Bella dan Tasya, untuk mengisi perutnya yang sudah berteriak untuk diisi sebab ia tidak sempat sarapan.

"Selamat pagi, Bu." Sapa Alea ketika melihat Bu Farah sudah duduk di dalam ruang aula.

Dosen cantik itu langsung menyuruh Alea duduk di depannya, "Pagi, Alea. Tunggu sebentar ya, saya juga minta PJ kelas lain datang," jelas Bu Farah.

Alea hanya mengangguk, "Baik, Bu."

Lima menit berlalu menunggu PJ dari kelas lain tetapi belum terlihat kedatangannya. Alea sudah gelisah karena ia masih ada kelas setelah ini dan tidak lupa perut yang masih berteriak karena belum terisi.

"Alea, saya izin ke toilet sebentar," pamit Bu Farah kemudian pergi ke luar aula meninggalkan Alea sendiri. Gadis itu mengangguk.

Alea asik dengan benda yang ia letakkan di atas meja sesekali terkekeh kacil karena membaca grup dengan sahabatnya yang menurutnya sangat konyol. Sangat asik sampai tidak sadar bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam aula tersebut.

"Permisi," ucap seseorang dari arah pintu aula. Alea tidak menoleh ataupun menjawab, gadis itu tetap fokus pada benda pipih di depannya.

"Bu Farah mana?" tanya seseorang yang sudah duduk di samping Alea.

Alea langsung menoleh kearah sumber suara dan detik itu ingin rasanya ia keluar dari aula itu.

"Lho Alea?!" seseorang itu terkejut melihat gadis yang ada di sampingnya.

Sama seperti orang tersebut, Alea tidak kalah terkejut. Bagaimana bisa ia harus terjebak di dalam satu ruang dengan masa lalunya.

"Kak Nevan..." gumam Alea, tetapi masih bisa didengar oleh laki-laki itu. Tanpa berpikir panjang Alea langsung mengambil goodie bag dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, tak ingin lama-lama berdekatan dengan kakak tingkatnya itu.

Alea langsung bergegas keluar aula tetapi tangannya berhasil ditahan oleh Nevan dan membuat gadis itu menatap sinis, "Lepasin tangan gue, Kak!" seru Alea.

Nevan menatap Alea intens, masih terpukau dengan tatapan gadis itu meskipun tatapan sinis yang ia lihat, "Gue bakal lepasin, tapi lo jangan pergi. Nanti Bu Farah nyariin," jelas Nevan. Alea tak menjawab, ia langsung menghentakkan tangannya dari genggaman Nevan kemudian berjalan menuju dinding pembatas yang ada lantai itu.

Nevan mengikuti Alea, ia menumpukkan sikunya pada dinding pembatas itu sambil melihat kearah bawah dan terlihat langsung lapangan outdoor Universitas Utama Jaya yang ramai karena banyak mahasiswa yang sibuk merebut bola oren dari sang lawan.

"Apa kabar, Al?" tanya Nevan, pandangannya sudah ia fokuskan pada gadis cantik yang ada di sampingnya.

Cukup lama Alea menjawab, karena dirinya belum siap jika harus kembali berinteraksi dengan mantan pacarnya itu, "Baik." Jawab Alea masih menatap kearah depan dengan tatapan kosong.

"Gue nggak nyangka kalau kita bakal ketemu lagi di sini, kirain gue setelah tiga tahun lalu kita nggak ketemu lagi," ucap Nevan sambil membalikkan badannya, sekarang posisi laki-laki itu menyenderkan setengah badannya di dinding pembatas sambil tertunduk menatap sepasang sepatunya.

Masih tidak ada jawaban dari lawan bicaranya, Alea masih sibuk menyusun kepingan kenangan dipikirannya yang tiga tahun sudah ia lupakan dan sekarang terpaksa harus disusun kembali karena kehadiran laki-laki di sampingnya. Alea tidak mengerti dengan dirinya sekarang, sakit hati sudah pasti, tetapi di satu sisi Alea tahu kalau Nevan sudah menyesali perbuatannya.

"Apa yang buat lo balik lagi ke kampus 1, Kak?" tanya Alea tanpa melihat lawan bicaranya.

Masih dengan posisi yang sama Nevan menjawab pertanyaan Alea dengan tenang, setidaknya gadis itu masih peduli dengannya, "Karena dosen pembimbing akademik gue jadi ketua prodi di kampus 1, jadi mahasiswa yang dibawah bimbingan beliau juga pindah, termasuk gue." jelas Nevan.

"Gue boleh tanya sesuatu, Al?" tanya Nevan. Dengan ragu Alea menolehkan kepalanya kearah Nevan, melihat laki-laki itu yang masih menunduk, "Apa?"

Nevan menghadap Alea, menatap mata indah yang ia sukai sejak tiga tahun lalu bahkan sekarang masih sama, Nevan masih menyukai mata Alea yang selalu meneduhkan, "Apa benar lo ja–"

"Cieeeeee!" seru mahasiswa dari arah bawah, membuat Alea dan Nevan penasaran dan mencoba melihat apa yang sedang terjadi.

Mata Alea memincing, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi di lapangan sana. Dilihatnya ada seorang gadis cantik sedang memegang sebuah botol air mineral dingin, yang sepertinya sengaja ia bawa untuk diberikan ke salah satu laki-laki yang sedang bermain basket.

Tunggu. Sepertinya Alea tahu siapa gadis itu, sangat menggambarkan sosok Karin karena rambut pendek sebahu dengan jepitan berwarna tosca yang menjadi khas hiasan di rambut gadis itu. Alea mengamati arah Karin yang menuju ke salah satu laki-laki yang ada di lapangan itu. Alea tidak mengenali dengan jelas siapa laki-laki itu, tetapi ia hapal betul hanya dengan melihat tatanan rambut dan tinggi badan laki-laki itu.

"Kak Jerry..." lirihnya sambil menatap nanar pemandangan di bawah sana.

Ya. Sepertinya itu Jerry. Dan benar dugaannya, setelah si laki-laki itu membalikkan badannya. Hatinya sakit, melihat orang yang ia cintai justru memberikan perhatian lebih pada perempuan lain. Bahkan ia sendiri tidak pernah diperlakukan seperti itu.

Jujur, saat ini Alea ingin menangis.

"Kak, pacar lo itu sebenarnya siapa? Gue atau Karin? Kenapa lo lebih perhatian sama Karin daripada gue?" batin Alea sambil memperhatikan Karin dan Jerry yang sedang asik bergurau.

Apa Jerry tidak melihatnya di sini? Apa Jerry benar-benar mencintainya? Jujur, Alea sangat ragu dengan hal ini. Namun, sebaik mungkin ia selalu meyakinkan dirinya kalau Jerry juga mencintainya.

Namun kenapa rasanya harus sesulit ini?

***


Haiiii apa kabar?

Udah lama banget ya nggak update :( 

Kangen nggak sih sama Alea Jerry? atau kangen sama Karin? Wkwkwkw

Abis ini langsung baca chapter selanjutnya ya, karena aku mau double up hihihi

Seperti biasa kalau ada typo atau uneg-uneg boleh komen dan kalau suka jangan lupa vote, timaaci :)




StarBiu, 10 Juli 2022

Deep DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang