To be with the one who loves you the most
Or
To be with one who you love most?
***
"Karin, kan gue udah ngelakuin apa yang lo suruh. Tolong, jangan begini. Gue benar-benar nggak mau nyakitin anak orang yang nggak bersalah dan nggak tau sama sekali tentang masalah ini," ucap Jerry dengan sedikit tekanan pada setiap kalimatnya.
Saat ini Karin dan Jerry sedang berada di sebuah café. Hari ini hari Minggu dan tadi pagi-pagi sekali menurut Jerry, padahal sudah jam sepuluh siang, Karin menelponnya dan mengajak untuk mengobrol di café itu.
"Nggak secepat itu, Kak. Baru juga kemarin. Sabar sedikit dong. Kalau lo mau mendapatkan apa yang lo mau, lo harus berjuang dan berusaha dulu. Baru gini aja udah ngeluh," balas Karin dengan santai, sambil mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotan.
Jerry menghembuskan napasnya berat kemudian menyenderkan badannya pada bangku yang ia duduki, tetapi pandangannya tidak teralihkan dari Karin yang tengah asik menikmati minumannya.
"Tapi gue ngerasa bersalah, Rin. Dia nggak tau apa-apa," lanjut Jerry.
Karin menatap Jerry tajam. "Tapi itu syarat dari gue! Kalau lo nggak mau, ya udah. So simple like that," balasnya sinis dengan senyum meremehkan.
"Kenapa harus begini sih. Emang nggak ada cara lain?" tanya Jerry dengan suara lirih, badannya kembali ia tegakkan dengan tangan yang memijat keningnya.
"Nggak ada. Emang harus begini," balas Karin sinis.
Pikiran Jerry mulai tidak terkontrol jika harus berbicara masalah ini dengan Karin. Sudah satu minggu hubungannya dengan Alea, ia masih belum bisa paham maksud dibalik ini semua. Terutama dengan jalan pikiran dan ide yang Karin berikan. Sangat sulit dan tidak bisa ditebak.
"Lo nggak kasihan sama dia, Rin?"
Karin menarik sudut bibirnya sambil memutarkan bola matanya. Terlalu malas dengan pertanyaan yang sudah ia bisa tebak kalau Jerry akan menanyakan hal itu. Hanya menampilkan senyuman kecut tanpa menjawab pertanyaan lawan bicaranya pertanda akan ada sesuatu yang tidak terungkap, "Dia aja nggak kasihan sama gue, Kak." Batinnya.
"Kenapa harus kasihan? Lagi pula, ini syarat paling mudah lho, Kak." Jawabnya setelah beberapa menit terdiam untuk mencari jawaban yang menurutnya tidak mengundang kecurigaan kakak tingkatnya itu.
Jerry mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia benar-benar kehilangan akalnya sekarang. Hanya karena gadis di depannya ini, akalnya hilang dalam sekejap. Semua yang gadis itu inginkan seperti sebuah keharusan yang harus ia lakukan walaupun berat untuk dilakukan.
"Kenapa harus dia, Rin? Kenapa nggak yang lain aja? Dia polos banget buat ikut terlibat masalah gue sama lo." Salah satu pertanyaan yang Jerry ingin dia dengar dari mulut gadis cantik di depannya. Badannya sudah ia condongkan ke depan dengan jari tangan yang bertautan tidak lupa tatapan intens dari seorang Jerry yang membuat lawan bicaranya tidak berkutik, tetapi tidak berlaku bagi Karin. Gadis itu menatap Jerry tak kalah intens, lalu tertawa. Tepatnya tertawa dengan nada kecut cenderung meremehkan.
"Karena dia suka sama lo, Kak. Jadi, gampang buat lo dapetin hatinya. Kalau gue suruh yang lain, belum pasti mereka suka sama lo. Nanti yang ada justru tambah lama karena lo harus pendekatan dulu," jawab Karin tenang dengan nada bicara yang menyakinkan lawan bicaranya.
Jerry semakin tidak mengerti dengan isi kepala gadis yang ada di hadapannya. Tak terduga oleh akalnya sama sekali. Karin benar-benar tidak tertebak.
"Tapi gue nggak suka, Rin. Karena itu, gue nggak mau kasih harapan palsu buat dia," balas Jerry dengan nada yang ia buat lembut dengan tatapan teduhnya agar Karin luluh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Down
Fiksi RemajaJerry Pradipta seorang bad boy yang digandrungi hampir seluruh mahasiswi Utama Jaya. Kalau kata orang, fisiknya memang sempurna tetapi ia tidak seperti yang terlihat. Di dalam, Jerry mempunyai banyak masalah terutama masalah dengan kedua gadis yang...