"Mr. Kaffa, saya sudah mendapatkan informasi akurat mengenai seseorang yang sedang dekat dengan Miss Kalesha."
Laki-laki yang sudah tiga tahun belakangan menjadi orang kepercayaan Kaffa memberikan beberapa lembar kertas di hadapan meja kerja Kaffa. Sepagi ini ia sudah menyerahkan informasi yang baru semalam diperintahkan untuk mencari. Kaffa mengangkat alis sebelah, melirik lembar kertas HVS tersebut sejenak. Kemudian tangannya segera mengambil setelah ia menyelesaikan pekerjaannya.
"Rayi Tanaka Danuwiyoto?"
"Ya. Rayi anak kedua dari Aryo Danuwiyoto. Ayahnya Rayi... "
Kaffa mengangkat tangan, isyarat agar Barga tidak melanjutkan penjelasannya mengenai keluarga laki-laki itu. Ia kembali fokus pada lembaran kertas HVS di tangannya, membaca kata demi kata. Dijelaskan di sana Aryo Danuwiyoto dulunya seorang chef di kapal pesiar. Namun kini sudah pensiun sejak Rayi sudah memiliki posisi yang aman dalam dunia pelayaran.
"Selain itu, apalagi yang kamu tahu?" tanya Kaffa.
Barga tidak menjawab. Bukan tidak tahu, namun ia tidak ingin Boss-nya meledak-ledak sepagi ini. Terdengar helaan napas gusar dari Kaffa. Laki-laki itu juga tahu bagaimana Kaffa sangat benci menunggu jawaban.
"Bar... "
"Ada indikasi dijodohkan," jawab Barga cepat dengan mata terpejam. Siap tidak siap, Barga harus siaga menerima ledakan kemarahan dari seorang Kaffa sekalipun itu bukan kesalahannya.
"Dijodohkan..." gumam laki-laki itu kemudian terdiam. Meskipun diam, namun malah sangat mengerikan bagi Barga. Kaffa adalah seseorang yang penuh perhitungan. Tidak lama, terdengar tawa lirih dari Kaffa. Sementara Barga hanya bisa diam, menunduk dalam-dalam. Sebisa mungkin ia menghindari berbuat kesalahan terkhusus hari ini.
"Ya, itu saja sementara yang bisa saya dapatkan, " ujar Barga sangat hati-hati.
"Let see. Where will you end up, Kale," tutur Kaffa dengan penuh penekanan kemudian beranjak dari kursi meninggalkan ruangan kerjanya.
Mendengar kata dijodohkan sama saja menyulut api di dalam diri Kaffa. Tidak perlu menunggu waktu. Hanya dalam hitungan detik saja, gemuruh di dada dan rasa panas sudah hampir membuatnya kehilangan kendali. Terkhusus, apapun itu tentang Kalesha. Kalau ditanya, sebesar itu ia mencintai satu orang wanita sejak pertama bertemu? Tidak. Ia dengan tegas menyangkal sejak Kale meninggalkannya hanya demi sebuah cek. Dan baginya itu meruntuhkan semua kepercayaannya terhadap perasaan yang ada untuk Kale. Dan ketika menemukannya kembali, Kaffa dengan lantang bicara pada dirinya sendiri bahwa Ia harus membuat Kale hanya untuk dirinya sebelum ia runtuhkan seperti dulu Kale meruntuhkannya. Sudah terpatri kuat tekad tersebut di dalam dirinya sejak ia memutuskan untuk terus mencari keberadaan gadis itu hingga pada akhirnya takdir membawanya kembali.
Dengan napas memburu, penuh gelegak emosi, Kaffa turun dari mobilnya di depan Galeri K-Art. Langkahnya lebar tergesa memasuki galeri tersebut. Di pagi ini, ia tidak mendapati kesibukan hiruk pikuk di galeri tersebut. Malah terkesan lengang. Matanya menyapu setiap sudut, hingga berhenti pada sosok asisten Kalesha.
"Se-selamat pagi, Mr. Kaffa," sapa Dewi sedikit gugup. Di pikirannya sudah terbayang kegaduhan yang akan Kaffa ciptakan di Galeri ini. Apalagi ketika tahu keadaan yang sebenarnya.
"Kale sudah datang?"
Nah! Dewi menelan ludah susah payah. Tidak tahu harus menjawab apa. Ia mengerti benar seorang Kaffa tidak bisa dibohongi dengan mudahnya. Mendapati tatapan tajam penuh selidik, Dewi hanya bisa menggelengkan kepala dengan pelan. Tangannya mengepal dalam diam, menahan diri untuk tidak terlihat takut.
"Jam berapa dia akan sampai?"
"Emh, hari ini..."
"Masih lama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet Again
RomantikSiapa yang tidak mengenal Kalesha Pratista? Seorang desainer artwork kawat tembaga? Nama Kale membuat Kaffa Parves tergelitik untuk mencari tahu lebih dalam siapa Kale. Hingga kemudian, bibirnya tersenyum menyeringai. Will you ask me, why am I look...