Lumine berlari menuju ruang seni. Sudah setengah jam setelah bel pulang sekolah berbunyi, tetapi ketika ia ingin ke ruang seni Lumine malah dipanggil oleh Bu Ningguang untuk membawakan lembaran jawaban ulangan harian ke meja nya.
Lumine mengatur nafas nya ketika berhenti didepan pintu ruang seni tepat. Ruang seni dari luar terlihat sepi, seperti tidak ada orang didalam.
"Apa mungkin Al ninggalin aku karena aku datang telat?" Pikirnya, tetapi ia langsung menggeleng setelah memikirkan hal tersebut.
Akhirnya Lumine pun mendorong pintu ruang seni dengan pelan. Pemandangan yang pertama kali ia lihat setelah membuka pintu tersebut adalah sosok Albedo yang sedang menuangkan cat ke palet.
Mulut Lumine tidak bisa bersuara sama sekali karena terlalu fokus kepada Albedo. Hingga akhirnya Albedo pun menyadari keberadaan Lumine yang baru saja datang.
"Oh, Lumine, halo" sapa Albedo dengan senyum ramah nya.
Lumine mengangguk dengan pelan untuk balasan lalu kembali menutup pintu dan menghampiri Albedo.
"Tas mu taruh saja terserah dimana," perintah Albedo dan lagi-lagi Lumine membalasnya dengan anggukan karena mulut nya masih tak ingin bersuara.
Tas berwarna putih itu ia letakkan di samping tas Albedo yabg berada tak jauh dari mereka. Lumine sangat hafal tas Albedo karena tas nya memiliki gantungan kunci berbentuk bunga. Entah apa makna dari gantungan kunci tersebut, Lumine berpikir gantungan kunci tersebut terlihat indah dengan tas Albedo.
"Kamu mau kasih aku apa?" tanya Lumine setelah ia diam cukup lama.
Albedo berhenti menuangkan cat warna ke palet berwarna putih itu lalu menoleh ke Lumine yang berada disampingnya.
"Aku ingin menggambar mu, boleh kan?" pinta Albedo membuat Lumine terdiam sejenak.
"Gambar gimana? Aku harus pose gitu terus kamu gambar?" tanya Lumine dan dibalas anggukan mantap oleh Albedo.
"Iya, duduk aja disana. Aku akan mulai menggambar mu," perintah Albedo.
"Sebentar aku mau make up dulu sama ngaca," Langkah Lumine yang hendak ke cermin terhenti karena tiba-tiba Albedo menghalanginya. "Ke-kenapa?"
"Ngapain? Gak usah. Kamu udah cantik sekarang,"
"Eh, be-benarkah?"
Albedo tersenyum dan mengangguk. "Ya, sangat cantik,"
"Aaaaa... kenapa dia ngomong gitu sih?"
Lumine berbatuk dan duduk ke kursi berwarna hitam. Ia duduk dengan tegak yang membuat terlihat kaku. Albedo yang melihat itu tertawa kecil.
"Haha, santai aja gak usah kaku banget," ujar Albedo.
Lumine tersenyum tipis lalu membenarkan posisi nya agar terlihat nyaman. "Gini?" tanya Lumine setelah menemukan posisi duduk yang pas.
"Hmm, sebentar," Albedo bangun dari tempat duduk nya lalu menghampiri Lumine. "Aku izin menyentuh tangan dan pundak mu,"
"Ah, i-iya silahkan!" jawab Lumine.
Lumine hanya bisa diam ketika tubuh nya mulai diatur oleh Albedo. Dalam hati ia selalu berdoa agar detak jantungnya tidak terdengar oleh Albedo. Karena jantungnya sekarang benar-benar tidak aman.
"Kalau gini nyaman gak?" tanya Albedo setelah mengatur tubuh Lumine.
"I-iya, nyaman,"
Albedo tersenyum dan kembali duduk ke tempat semula. "Aku mulai ya," ucapnya.
Ruang seni itu kini diselimuti keheningan, hanya menyisakan suara kuas Albedo yang ia gunakan untuk melukis ke kanvasnya.
Tiba-tiba Albedo tertawa ketika menatap Lumine, yang ditatap pun malu dan salah tingkah sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/311735624-288-k566755.jpg)