Lumine mematikan handphone nya ketika baru saja mengirim tweet nya. Ia mengangkat kepala nya menghadap Albedo yang sedang tersenyum didepannya.
Ganteng, itu yang Lumine pikirkan ketika melihat senyuman itu.
"Hapus, Al," perintah Lumine.
"Hapus apa nya?" tanya Albedo pura-pura tidak mengerti.
Lumine menghela nafasnya, "Aku jelek, foto ulang,"
Albedo tertawa kecil dan mengangguk. "Aku pikir kamu marah karena aku tweet itu," ujar nya seraya memotret Lumine.
"Gak marah sih. Cuma kaget. Apa lagi pakai caption lucu," jawab Lumine dan tangan nya bergerak membentuk huruf 'V' siap untuk difoto.
"Semangat ya ngerjain nya. Kita nanti duduk nya agak jauhan," ucap Albedo setelah selesai memotret Lumine.
"Iya, kamu juga. Nanti kirimin ya fotonya?"
"Oke,"
"Anak-anak. Bapak udah selesai registrasi. Ini silahkan bisa di pakai," ujar Pak Zhongli seraya memberikan id card kepada Albedo dan Lumine. Albedo dan Lumine menerima nya dan memakainya.
"Olimpiade nya mulai jam 8. Berarti sekitar 15 menit lagi. Kalian mau ngapain terserah, asalkan jangan jauh-jauh dari sini" jelas Bu Ningguang yang juga ikut serta mendampingi Albedo dan Lumine olimpiade.
"Saya disini saja bu," jawab Albedo.
"Saya juga,"
"Baiklah kalau begitu,"
Lumine diam mengamati orang-orang yang akan mengikuti olimpiade. Banyak sekali orang dari berbagai sekolah. Bahkan ada dari luar kota yang akan mengikuti olimpiade ini.
Pandangannya kini tertuju pada sosok yang sangat dapat Lumine kenali. Sosok pria pendek dengan rambut keemasannya yang hampir sama dengan miliknya.
"Aether? Kenapa disini?"
Jantung Lumine seketika berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Awalnya ia takut dengan olimpiade, tetapi kini berubah menjadi takut dengan sosok Aether.
Dari kejauhan, terlihat Aether sedang menoleh ke kanan dan kiri seperti sedang mencari seorang.
"Jangan menoleh kesini.. jangan, jangan, ja–"
"Lumine!" panggil Albedo.
Lumine tersentak dan menoleh ke Albedo. "Y-ya?" jawab Lumine gugup.
"Kamu kenapa diam aja? Ayo. Udah jam 8" ajak Albedo.
Lumine tersenyum tipis. Pandangannya kini tertuju kepada Pak Zhongli, Bu Ningguang, dan Albedo yang sedang menatapnya. Lalu ia berbalik menghadap ke tempat dimana Lumine melihat Aether.
"Gak ada,"
"Iya, ayo,"
Mereka pun masuk ke dalam gedung untuk olimpiade tersebut dengan tenang kecuali Lumine. Ia banyak gemeteran dan menoleh ke kanan kiri membuat Albedo yang disampingnya curiga.
***
"Ini soalnya mirip persis sama kayak yang Albedo ajarin! Rumusnya.. gini, terus.. ketemu!"
Albedo yang diam-diam melirik ke belakang tersenyum. Ia lalu berbalik dan melanjutkan mengerjakan soal nya.
Tidak perlu banyak waktu Albedo habiskan untuk mengerjakan ujian tersebut. Hanya dengan waktu 50 menit, Albedo dapat mengerjakan dengan mudah.
Albedo kembali menoleh kebelakang secara diam-diam. Terlihat jelas bahwa Lumine sedang serius mengerjakan. Albedo yang melihat itu tertawa pelan.
Tiba-tiba entah darimana pengawas datang menghampiri Albedo dan menepuk pundak Albedo. Reflek Albedo menoleh dan terkejut.
"Saya lihat dari tadi kamu lirik-lirik ke belakang. Kamu gak mencontek kan?" tanya pengawas tersebut.
Albedo dengan cepat menggeleng. "Enggak, pak. Saya dari tadi ngelihatin jam" alibinya.
Pengawas itu mengernyitkan alisnya lalu pandangannya kini tertuju kepada lembaran soal dan jawaban milik Albedo. Tangan pengawas tersebut bergerak untuk mengambil.
"Kamu sudah selesai?" Albedo mengangguk untuk balasan. "Baiklah, jawaban kamu akan saya ambil. Mohon untuk tetap diam."
Setelah pengawas tersebut mengatakan itu, ia pun berlalu pergi dengan soal dan jawab Albedo. Sedangkan Albedo ia menuruti apa yang diminta oleh pengawas itu, tetap diam.
Lumine yang sedari tadi memperhatikan Albedo dan pengawas dari jauh tersenyum.
"Wah, Albedo seperti biasa keren. 50 Soal yang susah ini dikerjain dalam waktu 50 menit. Berarti 1 soal dia ngerjain sekitar 1 menit. Eh bentar, kenapa aku malah mikir kayak gitu. Ayo Lumine fokus!"
***
"Gimana tadi soalnya? Gampang atau susah?" tanya Pak Zhongli setelah Lumine dan Albedo kembali berkumpul.
"Gampang,"
"SUSAH BANGET!"
Albedo dan Lumine saling memandang satu sama lain lalu tertawa.
"Tapi bener kataku, susah pakai banget," ucap Lumine dengan cepat.
"Gampang, Lumine,"
"Itu bagi kamu,"
"Iya deh. Susah,"
Albedo pun mengalah. Mereka kembali tertawa membuat Zhongli menggeleng-geleng satu sama lain.
"Jarang sekali anak itu tertawa seperti ini," batin Zhongli.
"Kalian semua, ayo cepat masuk ke gedung. Bentar lagi pengumuman juaranya!" seru Ningguang seraya berlari menghampiri Zhongli, Albedo, dan Lumine.
"Hmm, aku tebak kamu juara 1, Al," ucap Lumine tiba-tiba.
Albedo menoleh dan berkata, "Tahunya kamu yang juara 1"
"Kalau itu pasti gak mungkin," balas Lumine.
"Juara pertama jatuh kepada Albedo Kreideprinz!" seru panitia olimpiade.
"Tuh kan dibilangin juga apa, kamu yang juara satu!" seru Lumine seraya bertepuk tangan.
Albedo hanya bisa tersenyum lalu berdiri dan berjalan menaiki panggung. Entah kenapa, Lumine merasa aneh dengan ekspresi Albedo. Bukan terlihat senang mau pun bangga, ia terlihat tampak sedih.
"Albedo kenapa? Ah, mungkin pengen ke kamar mandi haha. Uwah, Albedo ganteng banget dan keren! Sempurna!"
"Lumine, kamu dicariin," ucapan Bu Ningguang membuat Lumine langsung menoleh dan bangun.
"Dicari siapa bu?" tanya Lumine dan mengikuti Bu Ningguang dari belakang.
"Ngakunya kakak kamu,"
Detik itu juga jantung Lumine berdegup dengan cepat. Hal yang ia takuti tadi pun terjadi juga. Kakaknya mencarinya.
TBC
