Luna memandang Arka dan keluarganya secara bergantian. Mata gadis itu terlihat begitu yakin, tak ada sedikit keraguan pun di manik hitam itu. Hanya itu permintaan Luna jika Arka memang ingin menikah dengannya.
"Mas Surya harus segera kembali ke Jakarta untuk bekerja, dan aku sudah pasti akan ikut Mas Arka jika kita benar-benar menikah. Lalu Ibu dan Bintang? Aku tidak mungkin meninggalkan Ibu dan adikku berdua saja di sini, Mas. Kami sudah tidak memiliki sanak saudara. Jika aku pergi, Ibu dan Bintang hanya berdua saja di Wonogiri. Aku nggak bisa, Mas." kata Luna menjelaskan alasan permintaannya.
Arka Mahendra tersenyum mendengarkan permintaan gadis yang duduk berlawanan arah dengannya. Permintaan gadis itu tidak sebanding dengan apa yang akan dia lakukan untuk anak dan keluarganya nanti.
"Aku sama sekali tidak keberatan, Luna. Sejak awal, aku memang berencana untuk memboyong keluargamu untuk tinggal bersama kita." jawab Arka yang membuat Luna dan keluarganya sangat terkejut.
"Benarkah? Mas Arka nggak bohong, kan?" tanya Luna memastikan. Arka mengangguk yakin.
"Tapi aku ingin pernikahan kita segera dilaksanakan dan secepatnya kita semua terbang ke Jakarta." kata Arka lalu memandang Bu Yanti.
"Bagaimana, Bu? Ibu bersedia merestui pernikahan kami, kan? Saya akan mengurus semuanya." tanya Arka lembut. Bu Yanti menatap Arka dengan dahi berkerut.
"Jika Luna menikah denganmu, apa kamu bisa membahagiakannya? Luna adalah anak perempuan Ibu satu-satunya, Ibu ingin dia bahagia dalam pernikahannya." tanya Bu Yanti dengan cemas.
"InsyaAllah, Bu. Aku akan berusaha membahagiakan Luna dan memenuhi semua kebutuhannya." jawab Arka. Bu Yanti memandang Luna yang duduk di dekatnya.
"Apa kamu yakin, Lun? Sebuah pernikahan itu bukan main-main. Kamu tidak akan bisa lari setelah melakukannya. Kamu memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengurus suami dan keluarga barumu." tanya Bu Yanti dengan khawatir.
Luna menggenggam tangan kanan Bu Yanti dan mengecupnya dengan sayang. Gadis itu tersenyum dan menatap mata sang ibu yang berkaca-kaca.
"Jangan menangis lagi, Bu! InsyaAllah, aku akan baik-baik saja. Dengan ridho dan restu Ibu, pernikahanku dengan Mas Arka pasti akan bahagia. Ibu jangan khawatir. Ada Allah yang akan selalu memberiku kekuatan untuk menjalani semuanya." jawab Luna meyakinkan Bu Yanti.
Sebenarnya, Luna sendiri tidak merasa yakin dengan keputusan yang sudah dia ambil. Dia masih terlalu muda untuk menikah, apalagi mengurus seorang anak. Meskipun tidak yakin, dia tetap harus mengambil keputusan itu demi kakaknya, Ibu dan juga adiknya. Selain itu, jika anak dari Arka Mahendra memang membutuhkan bantuannya, maka Luna ingin membantu.
"Baiklah. Jika Luna memang sudah yakin, Ibu hanya bisa merestui. Ibu akan selalu mendoakan kebahagiaanmu bersama suamimu." ucap Bu Yanti pasrah. bibir beliau menyunggingkan senyum tipis.
"Aku akan mengurus semua keperluan pernikahan dan mengurus berkas-berkas kepindahan keluargamu ke Jakarta." Kata Arka dengan senyum merekah di bibirnya. Hatinya merasa bahagia karena Luna bersedia untuk menuikah dengannya.
"Mas Arka yang akan mengurusnya? Tapi bagaimana? Memangnya Mas Arka tahu apa saja yang harus diurus?" tanya Luna bingung.
"Mas Surya akan membantuku mengurusnya, Lun. Kan Mas Surya lebih mengerti semuanya." jawab Arka sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Bukannya besok kamu sudah harus balik Jakarta, Le? Katanya kamu cuma dapat ijin tiga hari saja." tanya Bu Yanti. Surya mengangguk.
"Iya, Pak Arka. Besok aku sudah harus balik ke Jakarta. Bos hanya memberi libur selama tiga hari. Lusa kalau aku tidak masuk kerja, bisa-bisa aku dipecat dari bengkel. Cari kerja sekarang susah, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indira
RomanceKisah seorang gadis berusia 18 tahun yang harus menikah dengan seorang duda dan menjadi seorang ibu. Namanya Luna Rahmawati. Karena janji yang dibuat oleh sang Kakak, Luna akhirnya bertemu dengan sosok Arka Mahendra. Ia harus menikah dengan laki-la...