7. Indira Putri Mahendra

1.2K 107 0
                                    

Gadis kecil itu terlihat begitu senang. Dengan wajahnya yang terlihat sedikit pucat, ia tak henti-hentinya tersenyum.

"Indira...!" Panggil Luna lembut. Indira menatapnya.

"Indira ingin makan apa? Karena ini sudah malam, Indira tidak boleh makan-makanan yang terlalu berat." Ucap Luna mengingatkan. Indira mengangguk sebagai jawaban.

"Indira duduk dulu, ya. Biar bunda melihat bahan apa yang bisa bunda masak untuk Indira."

Indira mengangguk lagi. Ia segera duduk di kursi yang ada di depan meja pantry. Luna segera melihat-lihat ke dalam lemari pendingin demi mengetahui apa yang bisa ia masak untuk putri tirinya itu.

Netra Luna menatap ke arah kentang yang berada di dalam sebuah kotak di dalam lemari pendingin. Ia meraih kotak itu dan mengambil tiga buah kentang berukuran sedang di tangannya. Kemudian ia mengambil mayonaise, keju mozzarella dan margarin yang ada di sana.

"Bunda buatkan kentang panggang saja ya, Indira? Kamu mau kan?" Tanya Luna. Indira mengangguk sekali lagi. "Aku mau, Bunda." Jawabnya.

Luna tersenyum dan mencuci kentang itu hingga benar-benar bersih. Setelah itu, ia segera merebus kentang  ke dalam air mendidih yang sudah diberi garam sampai matang. Kemudian, ia meletakkan kentang pada loyang yang sudah diberi alumunium foil. Menekannya perlahan, supaya kentang merekah. Diolesinya kentang itu dengan margarin dan di atasnya diberikan sedikit mayonaise dan keju. Panggang dalam oven kurang lebih 5 menit.

Untung saja, Luna pernah menggunakan model oven yang ada di rumah suaminya itu saat ia membantu memasak kue di rumah temannya. Jadi ia tidak kebingungan saat menggunakannya.

"Indira tunggu di sini sebentar, ya! Bunda mau ke atas. Bunda ingin mengajak ayah untuk turun dan makan bersama."

"Iya. Jangan lama-lama ya, bunda!" Pesan Indira. Luna mengangguk. Ia segera menuju ke lantai dua. Ia melihat Arka tengah duduk di tepi ranjang putrinya dengan kepala tertunduk. Kedua tangannya menutupi wajahnya.

"Mas...!" Panggil Luna sambil mendekat.

Melihat Luna sudah berada di sampingnya, Arka menghapus air mata yang membasahi pipinya. Ia tidak ingin istrinya itu melihatnya menangis.

"Kita turun, mas! Aku sedang membuat kentang panggang. Sebentar lagi matang." Ajak Luna yang membuat sang suami segera berdiri.

"Ayo. Jangan buat Indira menunggu sendirian terlalu lama!" Ucap Arka lalu mendahului Luna melangkah. Namun belum sempat laki-laki itu keluar dari kamar, perempuan yang mengenakan gamis berwarna abu-abu dengan kerudung warna hitam itu memeluknya dari belakang. Arka terkejut, tidak menyangka istri barunya akan memeluknya.

"Aku tahu mas Arka bersedih, tapi aku mohon, jangan sampai Indira melihat ayahnya menangis!"

Hati Arka trenyuh. Ia menghela napas dan tersenyum. Di sentuhnya tangan Luna yang melingkar di perutnya dan ia memutar tubuhnya sendiri agar berhadapan dengan sang istri.

"Mas mengerti. Terimakasih karena sudah mencemaskan Mas, Lun." Ucap Arka lembut. Luna tersenyum. Akhirnya ia dan sang suami segera turun menuju ke dapur.

Ting!

Kentang panggang yang ada di dalam oven sudah bisa diangkat. Luna segera mematikan oven dan mengeluarkan makanan itu. Ia letakkan di atas piring saji dan membawanya ke hadapan Indira dan Arka.

"Silakan!"

"Ternyata kamu pandai masak, Lun. Kamu bahkan bisa memasak baked potato seperti ini." Ujar Arka saat Luna meraih sendok dan mengarahkannya ke arah kentang panggang yang ada di hadapan Indira.

IndiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang