Bu Yanti mendekati Arka dan Luna yang sedang berusaha menenangkan Indira. Ia benar-benar bingung pada apa yang baru saja terjadi. Siapa sebenarnya perempuan tadi? Setelah menganggap dirinya dan juga Luna sebagai pembantu, tiba-tiba perempuan itu ditangkap oleh polisi.
"Nduk! Apa yang terjadi? Siapa perempuan tadi? Mengapa tiba-tiba dia ditangkap polisi?" Tanya Bu Yanti dengan bingung.
"Perempuan tadi namanya Bi Nur, Bu. Dia adalah pengasuh yang selama dua tahun ini kupercaya untuk mengasuh Indira. Tapi semalam, aku baru mengetahui jika ternyata Bi Nur sudah memukuli Indira." Arka yang menjawab. Bu Yanti sangat terkejut.
"Astaghfirullal'adzim... Perempuan itu memukuli Indira? *Kowe kok weruh, le?" Tanya Bu Yanti dengan sangat syok. (*Kamu kok tahu, Nak?)
“Iya, Bu. Aku bisa tahu karena semalam Luna terus memaksa untuk melihat rekaman CCTV di rumah ini. Luna bilang dia ingin mengetahui apa saja yang dialami oleh Indira selama di rumah.”
"Sek! Sek! Sek! CCTV ki opo to?" Tanya Bu Yanti lagi. Luna tersenyum. (Sebentar! Sebentar! Sebentar! CCTV itu apa?)
"Itu lho, Bu. Kamera yang dipakai untuk mengawasi ataupun merekam keadaan suatu lokasi untuk keamanan. Kayak kamera mata-mata." Ucap Luna menjelaskan.
"Oh... Kayak yang ada di film-film itu?" Tanya Bu Yanti lagi. Luna dan Arka mengangguk bersamaan.
“Berkat Luna yang memintaku untuk mengecek rekaman CCTV, akhirnya aku mengetahui apa yang telah dilakukan oleh Bi Nur pada Indira. Bukan hanya sekali atau dua kali saja, Bu. Tapi Bi Nur sudah berulang kali menyakiti putriku.”
“Ya Allah. Pantas saja Indira tadi begitu ketakutan saat perempuan itu ingin mengantar Indira ke sekolah.”
"Sudah, sayang! Sekarang tidak akan ada lagi yang akan menyakiti Indira. Indira akan baik-baik saja selama ada Bunda di rumah." Ucap Luna setelah berjongkok demi menyamakan levelnya dengan putrinya. Indira masih terisak. Ia menatap Luna dan Arka yang juga ikut berjongkok secara bergantian.
"B-Bunda j-janji?" Tanya gadis kecil itu tersendat-sendat karena Isak tangisannya. Luna mengangguk. Indira memeluk leher Luna dengan erat.
"Indira sarapan dulu ya! Setelah itu ayah antar ke sekolah." Bujuk Arka.
“Nggak mau! Aku mau sama Bunda!”
“Sayang...”
“Bunda semalam sudah janji. Bunda bilang akan selalu sama Indira.”
"Iya, sayang. Ayah tahu. Tapi, untuk pagi ini bunda belum bisa mengantarmu. Bunda harus bertemu dengan eyang dan juga Om Rendi. Nanti, bunda akan menjemputmu saat pulang sekolah." Arka mencoba membujuk putrinya sekali lagi.
"Benar?" Tanya Indira. Arka mengangguk.
"Iya, sayang. Nanti Bunda akan ke sekolah Indira. Sekarang Indira sarapan dulu ya? Setelah itu berangkat ke sekolah." Tutur Luna. Indira mengangguk. Ia masih terlihat sedih.
Indira memakan sarapannya terlebih dulu setelah itu, ia pergi ke sekolah diantar oleh Arka. Sementara Luna dan Bu Yanti segera membersihkan diri. Kata Arka, papa dan adiknya akan ikut sarapan di rumahnya.
Luna, Bu Yanti, Surya dan Bintang sudah rapi. Semuanya sudah berkumpul di rumah utama untuk mennyambut Pak Arifin dan Rendi yang akan datang.
Hanya sepuluh menit menunggu, terdengar suara mobil masuk ke halaman rumah Arka. Luna segera menuju pintu. Netranya melihat sosok Laki-laki paruh baya dan seorang pemuda yang turun dari mobil. Luna yakin beliau adalah Pak Arifin dan Rendi. Papa dan adiknya Arka.
Luna merasa grogi. Menyambut mertuanya tanpa didampingi oleh sang suami membuatnya sangat gugup.
"Assalamu'alaikum..." Sapa Pak Arifin lembut. Bibirnya tersenyum menatap Luna yang sedang berdiri menyambut kedatangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indira
RomanceKisah seorang gadis berusia 18 tahun yang harus menikah dengan seorang duda dan menjadi seorang ibu. Namanya Luna Rahmawati. Karena janji yang dibuat oleh sang Kakak, Luna akhirnya bertemu dengan sosok Arka Mahendra. Ia harus menikah dengan laki-la...