Jakarta Barat, Rumah Arka Mahendra
Pukul delapan malam, di sebuah rumah mewah, mobil yang membawa Arka, Luna dan keluarganya dari bandara, akhirnya berhenti. Arka segera mengajak keluarga barunya itu untuk segera turun.
"Ini rumahmu, Nak Arka?" Tanya Bu Yanti yang memperhatikan bangunan yang ada di hadapannya. Kedua mata perempuan paruh baya itu membulat sesaat. Rumah itu begitu besar. Di sampingnya ada sebuah paviliun yang ukurannya juga lumayan besar bagi Bu Yanti. Ukurannya bahkan lebih besar dari rumah kontrakan yang kemarin ditempatinya di Wonogiri.
"Iya, Bu."
"Wah... Besar sekali rumahnya, Mas." Bintang berseru takjub. Arka tersenyum. Surya dan Luna juga tersenyum melihat reaksi bungsunya.
"Ayo masuk, bu. Kalian semua pasti sangat lelah." Ajak Arka sambil menggandeng tangan kanan Luna. Membuat jantung gadis itu seketika berdegup kencang.
Bu Yanti, Surya dan Bintang segera mengikuti langkah Arka dan Luna yang sudah mendahului mereka masuk ke dalam.
"Assalamu'alaikum..." Ucap Luna yang membuat Arka menoleh. Laki-laki itu tersenyum melihat sang istri malu-malu.
"Wa'alaikumussalaam.... Masuk, Lun."
"Iya, Mas."
"Mas Surya, Ibu, Bintang. Duduklah dulu! Aku buatkan minum." Ucap Arka lalu melangkah menuju dapur. Luna mengikuti. Ia ingin membuatkan minum untuk suami dan keluarganya.
"Aku saja, Mas! Mas duduklah bersama ibu dan Mas Surya." Ucap Luna sambil memegangi tangan Arka yang nyaris membuka pintu kitchen set di depannya.
"Kamu tidak keberatan?" Tanya Arka pelan.
"Ini kewajibanku, Mas." Jawab Luna. Arka tersenyum dan mengusap kepala sang istri yang dibalut kerudung.
"Kalau begitu tolong, ya!" ucap laki-laki itu. Sebelum meninggalkan dapur, ia menunjuk letak bahan minuman yang bisa dipakai oleh Luna.
Sementara Luna sedang membuatkan minum, Arka segera kembali ke ruang tamu bergabung bersama ibu mertua dan kedua saudara iparnya.
"Apa kamu sudah mengantuk, Bintang?" Tanya Arka yang melihat ipar bungsunya terus saja menguap.
"Iya, Mas. Aku benar-benar capek."
"Sebentar lagi Mas akan mengantarmu ke kamar." Kata Arka. Bintang mengangguk.
"Nak, itu di sebelah rumahmu ada rumah juga. Rumah siapa?" Tanya Bu Yanti sambil melirik ke arah luar.
"Rumah? Oh... Maksud ibu paviliun? Tempat itu memang sengaja kubiarkan kosong, Bu." Jawab Arka sambil melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya.
"Kamu tidak menempatinya?" Tanya Bu Yanti penasaran.
"Aku hanya memakainya sesekali. Saat aku sedang banyak pekerjaan, aku akan ke paviliun untuk bekerja." Jawab Arka. Bu Yanti manggut-manggut.
"Indira dimana, Mas?" Tanya Luna saat mendekat ke ruang tamu dengan tangan membawa nampan berisi beberapa gelas teh.
"Indira mungkin sudah tidur." Jawab Arka saat Luna meletakkan gelas berisi teh panas masing-masing satu di hadapan sang ibu, Surya, Bintang dan juga suaminya.
"Aku ingin melihatnya, Mas." Tukas Luna.
"Minumlah, dulu!" Ujar Arka sambil menarik tangan Luna agar gadis itu duduk di sebelahnya.
"Diminum dulu tehnya, Bu. Mas Surya dan Bintang juga." Arka mempersilakan. Sementara Luna minum dari gelas yang sama dengan dirinya.
"Mas antar ke kamar, Bintang. Kamu sepertinya benar-benar sudah ingin tidur. Ibu dan Mas Surya juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indira
RomanceKisah seorang gadis berusia 18 tahun yang harus menikah dengan seorang duda dan menjadi seorang ibu. Namanya Luna Rahmawati. Karena janji yang dibuat oleh sang Kakak, Luna akhirnya bertemu dengan sosok Arka Mahendra. Ia harus menikah dengan laki-la...