Luna baru saja selesai menyapu saat ia menuju ke arah paviliun. Ia mengetuk pintu beberapa kali sebelum akhirnya terbuka dan menampilkan wajah sang ibu.
"Assalamu'alaikum, Bu." Ucap gadis itu mengucapkan salam.
"Wa'alaikumussalaam. Masuk, nduk." Jawab Bu Yanti sambil mempersilahkan putrinya untuk masuk rumah. Luna menggeleng.
"Enggak usah, Bu. Aku hanya ingin bilang, hari ini, ibu, Mas Surya dan Bintang sarapan di rumah Mas Arka dulu. Tadi selepas shalat subuh, Mas Arka bilang kalau di paviliun tidak ada bahan makanan sama sekali." Tutur Luna pada sang ibu. Bu Yanti mengangguk.
"Iya, Nduk. Ibu malah belum sempat mengecek. Ini ibu baru selesai shalat subuh bareng Masmu dan juga Bintang." Kata Bu Yanti. Ia melihat Bintang mendekat ke arah pintu.
"Mbak Luna. Assalamu'alaikum.." Panggilnya.
"Wa'alaikumussalaam... Bagaimana tidurmu, dek? Nyenyak?" Tanya Luna. Bintang mengangguk.
"Iya, mbak. Kasurnya empuk." Jawab Bintang sambil nyengir. Tiba-tiba dahi pemuda berusia 13 tahun itu mengkerut.
"Mbak Luna habis nangis ya?" Tanya Bintang yang membuat Luna terkejut. Ia langsung memegangi mukanya saat mendengar ucapan sang adik padanya. Bu Yanti juga ikut memandanginya.
"Bintang benar. Matamu bengkak, nduk. Apa ada masalah?" Tanya Bu Yanti dengan khawatir. Luna menggeleng.
“Enggak, Bu. Enggak ada masalah sama sekali. Ya sudah, aku mau masak dulu.”
“Ibu bantu ya, nduk. Ibu ndak biasa diam saja. Biasanya, ibu selalu beberes rumah sehabis subuh.”
"Iya, Bu. Ayo." Ajak Luna.
"Aku mau membereskan pakaianku ya, mbak." Ucap Bintang. Luna mengangguk. Ia dan Bu Yanti segera menuju ke rumah utama, sementara Bintang kembali masuk ke paviliun dan menutup pintu.
"Assalamu'alaikum..." Bu Yanti mengucap salam sebelum masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaikumussalaam..." Jawab Luna bersamaan dengan Arka yang sedang duduk di kursi makan. Ia sedang minum kopi yang dibuatkan oleh Luna sebelum istrinya itu menemui ibunya.
"Sudah bangun, le?" Tanya Bu Yanti. Arka berdiri dan menjawab, “Sudah, Bu.”
“Ibu ingin membantu Luna memasak. Semoga kamu Ndak keberatan...”
"Silakan, Bu. Ibu jangan sungkan!" Seru Arka lalu mencium punggung tangan kanan Bu Yanti.
"Putrimu mana, Le? Ibu belum melihatnya. Masih belum bangun?" Tanya Bu Yanti lagi.
"Belum, Bu. Mungkin sebentar lagi Indira bangun. Semalam anak itu tidurnya agak malam." Jawab Arka sambil kembali ke kursinya. Bu Yanti dan Luna berlalu menuju ke arah dapur.
Ibu dan anak itu mulai berkutat mengerjakan pekerjaan dapur. Keduanya mulai memasak sarapan dengan cepat dan cekatan. Tiba-tiba, Luna mendengar dering telepon. Bukan telepon rumah, mungkin telepon milik suaminya. Gadis itu menoleh ke arah suaminya yang tenggelam pada berkas yang ada di atas meja.
Luna segera menuju ke kamar, melewati Arka yang sama sekali tidak menyadarinya. Ia mengambil ponsel milik sang suami yang tergeletak di atas nakas. Saat ia menyentuh ponsel itu, deringnya berhenti.
Gadis itu ingin meletakkan kembali ponsel Arka kembali ke atas nakas, tapi ponsel itu berdering lagi. Cepat-cepat Luna keluar dari kamar dan mendekati Arka yang masih serius menatap berkas di hadapannya.
"Mas, ada telepon!" Seru Luna sambil menyentuh bahu sang suami pelan. Arka terkejut, namun ia segera menguasai dirinya dan menerima benda pipih berbentuk persegi panjang itu dari tangan sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indira
RomanceKisah seorang gadis berusia 18 tahun yang harus menikah dengan seorang duda dan menjadi seorang ibu. Namanya Luna Rahmawati. Karena janji yang dibuat oleh sang Kakak, Luna akhirnya bertemu dengan sosok Arka Mahendra. Ia harus menikah dengan laki-la...