06. Sebuah Janji?

3K 364 33
                                    

Cerita ini hanya FIKSI karya saya sendiri jadi mohon jangan di jiplak, maaf jika ada typo atau hal lainnya yang kurang menyenangkan.

Selemat Membaca🤗

Saat ini Daniel kecil dan juga Arabella kecil sedang bermain. Mereka bermain kejar-kejaran layaknya anak kecil pada umumnya. Mereka terus saja bermain, bukan hanya satu permainan saja tapi banyak permainan.

Sampai ke dua anak kecil itu lelah dan memutuskan untuk beristirahat. Keduanya duduk di rerumputan sambil tertawa, entah hal lucu apa yang mereka bicarakan.

Daniel kecil menatap ke Arabella kecil, tatapan yang penuh kasih sayang dan seolah tak mau Arabella pergi. Pergi? Ya, Arabella akan pergi. Gadis itu akan pergi untuk menempuh pendidikan ke luar kota. Bukan dalam jangka waktu sebentar seperti 1 atau 2 tahun saja, tapi lebih lama lagi.

"Daniel, mengapa kau menatapku dengan tatapan sedih?" tanya Arabella.

"Aku sedih karna kau akan pergi besok," Daniel kecil menunduk, wajahnya murung. Mengingat bahwa teman satu-satunya ini akan pergi jauh, jika Arabella pergi jauh ... Daniel harus bermain dengan siapa? Carlos? Mana mungkin, karna Carlos sangat sibuk dan terus mengurung diri di istana.

"Em, jangan sedih. Jika aku kembali nanti, aku janji aku akan menikah denganmu," ucap Arabella dengan tersenyum.

Daniel yang murung langsung tersenyum. Setau ke dua anak kecil itu, menikah adalah tinggal bersama. Yang berarti jika mereka tinggal bersama, mereka bisa bermain sepuasnya.

"Baiklah. Kau janji," Daniel memberikan jari kelingkingnya. Tentu saja di sambut oleh Arabella. Kedua anak kecil itu menautkan jari kelingking mereka.

"Iya aku janji." Arabella tersenyum manis dengan mata yang tertutup. Tentu saja hal itu mebuat Daniel terpesona.


Daniel tersenyum kecut saat mengingat potongan memori masa lalunya bersama Arabella. Gadis yang merupakan cinta pertamanya, bahkan sampai saat ini dirinya masih mencintai gadis itu dan tidak mencintai gadis lain.

Tangannya mengepal mengingat apa yang Carlos ucapkan di meja makan tadi. Rasanya, dirinya tak bisa percaya ralat, bukan tak bisa percaya melainkan tak mau percaya. Bahwa Arabella dan Carlos akan menjalin hubungan.

"Pangeran Daniel,"

Daniel menoleh, senyuman terukir di wajahnya melihat Arabella berjalan mendekatinya. Rasanya ingin sekali di peluknya gadis itu, dan menanyakan banyak hal. Namun, sepertinya itu bukan hal yang tepat untuk saat ini.

"Bagaimana kabarmu selama ini?" tanya Arabella, tentu saja gadis itu tersenyum sebentar.

Senyuman itu, senyuman yang sangat Daniel rindukan begitu lama dan senyuman yang selalu di ingatnya.

"Bella, apa maksud ucapan Kakakku tadi?" tanya Daniel tampa menjawab pertanyaan Arabella. "Bukankah kita sudah berjanji Bel," dari nada bicaranya terdegar rasa sakit.

"Daniel maksudku Pangeran Daniel, janji itu hanya janji antara anak-anak saja. Sudah lebih dari 10 tahun kita berpisah. Dan maafkan aku, tapi aku sungguh tak perna mencintaimu."

Daniel terdiam, bagaikan di sambar petir saat dirinya mendengar kalimat itu. Apakah, penantiannya selama ini ... tak ada artinya bagi Arabella? Tidak, itu bohong. Dia yakin, pasti Arabella mencintainya. Semua ini, karna Carlos. Benar karna Carlos!

"Aku tau pasti kau begini karna Carlos bukan?! Tak kusangkah Carlos merebutmu dariku, ingat ini baik-baik Bella! Aku pastikan aku akan mengambilmu kembali dari Carlos. Karna hanya aku yang mencintaimu dan hanya aku yang boleh memilikimu! Bukan orang lain, termasuk Carlos Kakakku sendiri!"

Daniel berjalan pergi meninggalkan Arabella yang mematung karna ucapannya itu. "Pangeran Daniel, aku tak perna mencintaimu!" ucapnya sedikit berteriak.

Daniel menghentikan langkahnya. "Kau mencintaiku Bella! Dan satu lagi, panggil aku Daniel seperti dulu, bukan Pangeran Daniel!" Setelah mengucapkan itu, Daniel langsung melanjutkan langkahnya untuk pergi.

Wow, di mulai dari sinilah pemberontakan akan terjadi. Batin Evelyn yang sedari tadi mengintip di balik pohon.

"Gue gak bisa biarin tokoh favorite gue jadi penghianat nih. Gimana pun caranya gue bakal ubah ni cerita, sorry ya Author."

Evelyn pergi lebih tepatnya berusaha mencari di mana keberadaan Daniel. Entah mengapa rasanya Daniel cepat sekali menghilangnya, entah karna dirinya yang lambat atau karna Daniel yang terlalu cepat.

"Tu cowok ke mana sih?" gumam Evelyn sambil melihat ke sana kemari, berharap menemukan Daniel.

Alih-alih bertemu dengan Daniel, dirinya justru bertemu dengan Carlos. Dan yang lebih sialnya lagi, mereka berdua malah saling bertatapan. Tentu saja dengan cepat Evelyn memutuskan tatapan itu.

"Putri Felisia!"

Di saat dirinya ingin pergi, Evelyn malah di panggil, tentu saja sebagai Felisia. Evelyn diam, gadis itu menunggu Carlos yang berjalan mendekat dengannya.

"Apa?" tanya Evelym to the point, saat Carlos sudah di hapannya.

"Aku peringatkan padamu jangan mengganggu Arabella. Jika kau mel--"

"Hei Carlos! Apa maksudmu? Untuk apa aku mengganggu gadis itu? Jangan bicara sembarangan, apa kau perna melihatku mengganggunya? Jadi apa maksud ucapanmu itu?!" potong Evelyn dengan mengebu-ngebu.

Carlos?

Mendengar Felisia yang hanya memanggil namanya saja tanpa embel-embel Pangeran membuat lelaki itu kaget. Untuk pertama kalinya, Putri Flover itu tidak memanggilnya dengan sebutan Pangeran. Terlebih ini pertama kalinya pula, Carlos mendengar Felisia bicara dengan nada seperti itu.

Dengan cepat Carlos kembali menetralkan wajahnya karna kaget tadi. Di tatapnya gadis di hadapannya itu dengan tatapan penuh benci.

"Setidaknya aku telah memperingatimu. Dan satu lagi, lain kali jangan memotong ucapan Pangeran," Carlos berjalan mulai menjauh dari Evelyn.

"Suka-sukaku, dasar sialan!" teriak Evelyn dengan keras agar Carlos dapat mendengarnya.

Carlos menghentikan langkahnya. Dia berbalik menatap Evelyn. "Hei jaga mulutmu itu!"

"Hei! Jangan melototiku! Kau pikir aku takut padamu?! Dan satu lagi aku tegaskan! Suka-sukaku ingin bicara atau melakukan apapun!"

"Cih, sepertinya otakmu itu rusak--"

"Sya lala lala sya lala lala!" gadis itu menutup telinganya sambil bernyanyi tidak jelas dan berteriak. Serta sambil berjalan pergi untuk meninggalkan Carlos.

Carlos hanya menatapnya sambil mengepalkan tangan, seketika darahnya mendidih karna ulah Putri dari kerajaan Flover itu.

Sekarang Evelyn sudah jauh dari Carlos, sedari tadi gadis itu terus saja menggerutu karna Carlos. Rasanya, ingin sekali Evelyn memukul wajah Carlos.

Dia sadar bahwa Carlos mengatai Felisia, tapi tetap saja rasanya sangat kesal. Bagaimanapun saat ini yang berada di tubuh ini adalah raganya bukan Felisia jadi ah sudahlah dirinya sendiri bingung mengapa merasa kesal seperti ini.

Padahal jelas-jelas bukan dirinya yang dihina tapi entah mengapa dirinya tetap saja kesal. Bukankah seharusnya dirinya biasa saja?

"ASU!"

Umpatan itu secara refleks keluar dari mulut Evelyn saat dirinya terjatuh dengan sangat tidak estetiknya ke lantai.

"Tak seharusnya seorang Putri kerajaan berteriak dengan suara sekencang itu, dan apa itu asu?"

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang