09. Ajakan Menikah

2.7K 311 24
                                    

Cerita ini hanya FIKSI karya saya sendiri jadi mohon jangan di jiplak, maaf jika ada typo atau hal lainnya yang kurang menyenangkan.

Selemat Membaca🤗

"Halo Putri Felisia,"

Felisia berjalan mendekati sel tempatnya di kurung saat mendengar suara anak kecil. Saat dapat melihat orangnya ternyata dia adalah seorang gadis kecil. Gadis kecil itu tersenyum ke pada Felisia.

"Siapa kau? Mengapa anak kecil sepertimu berada disini?" tanya Felisia.

"Namaku Azkia. Dan aku di sini membawakan Putri makanan. Aku tau, pasti di sini tidak di berikan makanan yang enak," ucapnya dengan sedih.

"Hei, pergilah. Aku tak butuh bantuanmu,"

"Putri, apakah Putri tidak ingin mencoba ini? Ini di buat oleh Ibuku yang merupakan salah satu koki di sini." Azkia tersenyum dan memberikan beberapa kue coklat yang di bungkusnya dengan kain putih.

Awalnya Felisia ragu untuk mengambilnya namun karna melihat kue itu sangat menggiurkan akhirnya Felisia memutuskan untuk mengambilnya.

"Apakah enak?"

"Iya, terima kasih,"

"Ternyata benar tebakanku. Putri adalah orang yang baik,"

Felisia yang sedang makan kue langsung berhenti dan menatap ke arah Azkia. Baik? Pertama kalinya dia mendengar kata itu dari seseorang.

"Aku bukan orang baik, itu sebabnya aku berada di sini,"

"Putri orang yang baik. Buktinya Putri mengucapkan terima kasih kepadaku. Putri bukan orang yang jahat, hanya saja mungkin Putri memang sedikit egois sebelumnya." Azkia tersenyum dengan tulus.

Felisia yang mendengarnya entah mengapa hatinya merasa tenang dan damai, rasanya seperti ... entahlah dirinya sendiri tak bisa menjelaskan apa yang dia rasakan.

"Putri, aku pergi dulu ya. Besok aku akan ke sini lagi. Sampai jumpa."

Azkia pergi dan Felisia hanya menatap kepergiannya. Dilihatnya Kue yang di tangannya, kue pemberian dari Azkia, entah mengapa dirinya tersenyum secara tak sadar.

Hari demi hari berlalu dan Azkia terus saja datang ke selnya di malam hari. Felisia bingung, bukankah anak kecil harusnya tidur dijam seperti ini. Tapi Azkia malah mendatanginya setiap malam.

Felisia tak bisa bohong, kehadiran Azkia sedikit menemaninya dari rasa sepi dan sedih. Belum lagi sifat Azkia yang banyak bicara, membuatnya merasa senang dan tak kesepian.

Jujur saja, Felisia tidaklah memiliki teman. Dia memang sering ikut dalam acara minum teh antar bangsawan, namun tak ada satupun dari mereka yang menjadi temannya. Mereka hanya bermuka dua, memuji Felisia di depannya dan menbicarakan Felisia di belakang.

Bukan hanya itu, sejujurnya Felisia bukanlah tipekal orang yang bisa akrab dengan anak kecil, bahkan ini adalah pertama kalinya dirinya berintraksi dengan anak kecil.

Sedari tadi Felisia hanya tersenyum saja mendengar celotehan Azkia yang sedang kesal karna teman-temannya. Karna keasikan dengan dunia mereka, keduanya tak sadar bahwa ada langkah kaki yang berjalan mendekati.

"AAAA! SKARLAN!"

Felisia langsung menutup mulutnya saat melihat Skarlan datang dan langsung menebas kepala Azkia. Air matanya jatuh melihat kepala dan tubuh itu terpisah, terlebih kepala Azkia saat ini menggelinding ke arahnya.

Bengkas percikan darah ada di mana-mana bahkan sampai ada di wajah Felisia dan juga pakaiannya maupun Skarlan. Bukan hanya itu, darah terus saja mengalir dari tubuh Azkia yang sudah tak bernyawa itu.

"APA YANG KAU LAKUKAN SKARLAN?!" teriak Felisia.

Skarlan hanya menatapnya dengan tatapan benci, sedangkan Felisia masih menangis dengan apa yang di lakukan oleh Skarlan.

Gadis kecil itu, gadis kecil yang menemaninya beberapa hari ini sekarang sudah tergeletak tak bernyawa. Dan dengan keadaan yang sungguh mengenaskan.

Felisia mentap Skarlan dengan mata yang memerah dan memancarkan amarah juga kebencian. Dia berdiri dan berusaha mencengkram kerah baju Skarlan, namun sayang tak bisa karna sel yang menghalanginya. Alhasil Felisia hanya mencengkram sel itu dengan kuat.

"Kau ... apa yang kau lakukan pada gadis itu! Dia tak bersalah, bagaimana bisa kau membunuhnya!"

"Sejak kapan kau punya rasa simpati Felisia?" Skarlan tersenyum licik. "Tak usah memikirkan nasib gadis ini, lebih baik sekarang kau pikirkan nasibmu yang akan mati sebentar lagi."

Skarlan tersenyum dan berjalan menjauh dari Felisia, sedangkan Felisia masih menatap punggung Skarlan dengan tatapan amarah, juga rasa benci yang dimilikinya semakin besar.

Felisia terduduk lemas, dia menangis menatap keadaan Azkia sekarang. Tangisnya sungguh tersedu-sedu membuat siapapun yang mendengarnya mungkin tak percaya bahwa yang menangis itu adalah Putri Felisia yang di kenal jahat dan kejam.

"AAAA!"

Evelyn langsung duduk saat terbangun dari tidurnya. Wajahnya saat ini di penuhi dengan keringat, membuatnya bertanya-tanya apa yang di lihatnya di alam bawah sadarnya tadi.

"Apa mungkin ini ingatan Felisia?"

Evelyn melihat ke arah jendela kamarnya, dia berjalan dan membuka tirai sedikit. Dapat di lihatnya langit yang masih berwarna biru tua kehitaman dengan bintang-bintang dan bulan yang menghiasi.

"Keknya kalau gue jalan-jalan ke taman bakal lebih tenang deh."

Evelyn menghela nafasnya, dan berjalan keluar dari kamarnya. Langkahnya berjalan untuk mendatangi taman bunga kerajaan yang tak kalah indah dengan taman kerajaan Flover yang di rawatnya sendiri oleh Evelyn.

Sejujurnya, Evelyn memang suka bertanam terlebih jika itu bunga. Dan saat pertama kali dia bertanam di kerajaan Flover, seluruh pelayan dan pengawal yang melihatnya malah kaget dan seolah tak percaya. Jika di ingat-ingat rasanya dia rindu dengan Kerajaan Flover dan juga suasana tenangnya kerajaan itu.

Evelyn sudah berada di taman sekarang, matanya terus saja melihat-lihat bunga dan juga terus berjalan menelusuri taman bunga.

"Apa yang kau lakukan tengah malam di sini?"

Langkah Evelyn terhenti saat mendengar suara itu. Evelyn berbalik dan keduanya saat ini saling bertatapan. Evelyn tersenyum manis saat mengetahui ternyata suara itu berasal dari Daniel.

"Aku hanya berjalan-jalan saja. Dan kau, apa yang yang lakukan di sini?" tanya Evelyn balik.

"Mengawasi tikus kecil agar tak melakukan sesuatu,"

"Tikus? Apa itu aku?"

Daniel hanya diam tanpa menjawab, membuat Evelyn hanya menghela nafas saja.

Sabar, sabar, orang sabar dapat Daniel.

"Daniel, apa kau mau menikah denganku?"

Tatapan datar dari Daniel sekarang malah berubah sedikit terkejut karna kalimat yang berasal dari mulut gadis di hadapannya.

Entah apa yang di ucapkan oleh Evelyn. Tak ada hujan ataupun tanda-randa kiamat namun Evelyn malah mengatakan kalimat itu.

"Felisia, apa yang kau rencanakan? Akhir-akhir ini kau aneh, bukankah kau sangat terobsesi dengan Pangeran Carlos?"

"Oh aku tak mencintai Carlos. Lebih tepatnya mungkin tak perna, jadi apa kau mau menikah denganku?"

"Gadis aneh. Lebih baik sekarang masuk ke istana sebelum ada yang melihat." Daniel langsung menarik Evelyn dan membawanya masuk kembali ke dalam istana.

Tapi sayang tanpa Evelyn dan Daniel sadari, saat ini keduanya sedang di lihat oleh seseorang. Dia tersenyum licik melihat Daniel dan Felisia.

"Aku tak menyangka, ternyata mereka memiliki hubungan. Jika orang-orang istana mendengarnya pasti akan sangat bagus bukan?"

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang