18. Carlos dan Felisia

1.5K 214 48
                                    

Cerita ini hanya FIKSI karya saya sendiri jadi mohon jangan di jiplak, maaf jika ada typo atau hal lainnya yang kurang menyenangkan.

Selemat Membaca🤗

Felisia menatap pantulan dirinya dari kaca, dia tersenyum sayu. Ditatapnya dirinya yang berada disana, perlahan bibirnya mulai mengucapkan suatu kata.

"Ini harinya, setelah ini tidak akan ada kesempatan lagi."

Air mata mulai jatuh membasahi pipinya, ruangan yang tadinya hening sekarang terdengar suara isakan tangis. Perlahan di hapusnya air matanya, bagaimanapun dia tak boleh menangis.

Felisia berdiri dari duduknya dan mulai berjalan keluar dari kamarnya. Di tengah jalan saat dia hendak keluar dia bertemu dengan Skarlan, Skarlan hanya menatapnya sesaat saja.

"Selamat tinggal," ucap Felisia dengan suara kecil.

Langkah Skarlan terhenti saat dirinya merasa mendengar sesuatu yang keluar dari bibir Felisia. Namun tak ingin ambil pusing, Skarlan kembali melanjutkan jalannya.

Felisia tersenyum hangat kepada Orang Tuanya yang menunggunya, serta Felisia juga memberikan salam kepada mereka.

"Sayang, kamu yakin mau ikut ke acara pertunangan Putra Mahkota Carlos?" tanya  Farasa dengan wajah sendu menatap Putrinya.

"Iya tentu saja Bu, jika aku tidak datang aku pasti akan menjadi buah bibir di kalangan para bangsawan,"

"Kau tak perlu mengkhawatirkan apa yang mereka katakan. Jika perlu, Ayahmu ini siap untuk menghilangkan nyawa mereka yang bicara tak penting demi Putri satu-satunya yang ku miliki," ucap Alfi.

"Terima kasih Ayah, sekarang kita harus berangkat. Jika tidak kita bisa terlambat bukan."

Felisia menggandeng tangan kedua orang tuanya dan berjalan menujuh kereta kuda. Mata Felisia rasanya memanas karna menahan diri agar tak menitikan air mata.

Aku sayang kalian.

...

Para bangsawan yang berada di ruangan langsung menatap ke arah Felisia dan Orang tuanya saat mereka memasuki ruangan. Walau tidak terlalu jelas, dapat Felisia dengar bahwa ada beberapa bangsawan yang mejadikannya sebagai buah bibir.

Di lihatnya Raja Alfi yang juga mengepalkan tangannya, Felisia tau pasti ayahnya itu mendengar apa yang mereka ucapkan. Dan saat ini sedang menahan amarah karna para bangsawan membicarakan Felisia yang tidak-tidak.

"Jangan dengarkan apa yang mereka bicarakan Ayah," ucap Felisia berbisik pada Alfi. Alfi menatap Felisia dan tersenyum hangat.

Felisia tau, semua pasang mata ini sama sekali tidak ada yang memberikan tatapan kasian ke padanya, tatapan yang orang-orang justru malah menghinanya.

Felisia izin untuk memisahkan diri dari orang tuanya, dan tentu saja mereka mengizinkan. Felisia berjalan keluar dari ruangan, mencari dimana keberadaan Carlos sebelum acara dimulai.

Dia berjalan menujuh danau kecil yang berada dibelakang istana, seingatnya Carlos sangat suka berada disana.

Benar saja tebakannya, Felisia tersenyum mendapati Carlos ada di sana.

"Pangeran Carlos," panggi Felisia.

Carlos menoleh dan menatap Felisia dengan tatapan datar. Felisia berjalan mendekati Carlos, tentu saja dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

Senyuman hangat yang sangat jarang dia tunjukan ke orang-orang, namun selalu dia tunjukan untuk Carlos. Namun, dimata Carlos senyuman itu sangatlah memuakan.

"Ada yang ingin ku katakan,"

"Cepatlah,"

Felisia tersenyum hangat, "Terima kasih untuk semuanya, setelah ini kau tak akan perna lagi merasa terganggu karna diriku. Aku tak akan perna lagi mengejar atau memaksa dirimu agar mencintaiku. Selamat atas pertunanganmu dengan gadis itu, semoga kau tidak menyesal dengan pilihanmu,"

"Tentu saja aku tidak akan menyesal, karna aku mencintai Arabella,"

Felisia tersenyum kecut, nama gadis yang dibencinya itu malah terdengar lagi oleh pendengarannya. Rasanya sangat menyebalkan.

"Pangeran, dia tak sebaik itu. Tak apa jika kau tak ingin bersamaku, tapi ku mohon carilah gad--"

"Berhenti bicara Felisia! Tak ada gadis lain, hanya Arabella! Sekali lagi ku tegaskan padamu, menjauhlah dariku!"

"Sepertinya Pangeran sangat mencintai Arabella, tapi Pangeran ... jangan terlalu mencintai seseorang, jika Pangeran tidak ingin bernasib sama sepertiku. Kalau begitu saya mohon undur diri Pangeran."

Felisia berjalan pergi, sedangkan Carlos hanya terdiam mendengar kalumat yang diucapkan oleh Felisia. Dia ingin membantah tapi dia tak tau mau bicara apa, yang hanya bisa dilakukan olehnya hanyalah melihat punggung Felisia yang perlahan semakin jauh.

Entah perasaan apa, tapi Carlos merasa bahwa Felisia akan pergi sangat jauh darinya.

Halloo guyss! Apa kabar? Maaf ya lumayan lama gak update sama maaf karna part ini dikit banget, btw masih ada yang baca gak ya.

Ayah Author meninggal, jadi mood Author buat nulis itu benar-benar kek gak ada. Gak tau kenapa author jadi malas ngapa-ngapain. Tapi tenang aja kok, mulai sekarang Author bakal rajin update lagi kayak dulu. Jadi sampai jumpa dipart berikutnya, bay-bay.

Sekali lagi author minta maaf yaa❤🤗

SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang