Cerita ini hanya FIKSI karya saya sendiri jadi mohon jangan di jiplak, maaf jika ada typo atau hal lainnya yang kurang menyenangkan.
Selemat Membaca🤗
"ASU!"
Umpatan itu secara refleks keluar dari mulut Evelyn saat dirinya terjatuh dengan sangat tidak estetiknya ke lantai.
"Tak seharusnya seorang Putri kerajaan berteriak dengan suara sekencang itu, dan apa itu asu?"
Di tatapnya lelaki yang di hadapannya itu, tentu saja masih dengan posisinya yang terduduk di lantai. Evelyn tak perna melihat lelaki itu, tapi entah mengapa ada serasa sakit di dadanya.
“Mengapa kau menangis?”
Menangis? Evelyn mengerutkan kening tak mengerti mengapa lelaki itu bicara seperti itu. Rasanya dia tak—tunggu ... pipinya basah, apa karna air mata? Tapi mengapa dia menangis? Apa alasannya?
Entah bagaimana tapi dalam sekejap dia sudah berada di tempat berwarna putih. Tak ada pintu disana dan juga tak ada dinding, itu hanya sebuah tempat berwarna putih yang sangat luas. Tempat itu sunyi dan hening. Membuatnya bertanya-tanya dimana sebenarnya dirinya sekarang berada?
Seingatnya, dirinya tadi berhadapan dengan seorang lelaki. Dan entah karna alasan apa Evelyn malah menjatuhkan air mata tanpa sadar.
“Ck! Ternyata kau masih bernafas, sayang sekali.”
Evelyn menoleh ke belakang saat mendengar suara, di sana dia melihat layar yang menunjukan tubuh Felisia sedang berbicara dengan lelaki yang menambraknya tadi. Namun, entah mengapa rasanya suasana antara ke duanya seperti kurang baik. Evelyn bertanya-tanya, siapa sebenarnya lelaki itu?
“Jika sebegitunya kau membenciku dan tak ingin bertemu denganku lagi. Mengapa tak kau saja yang pergi dari dunia ini.”
...
Evelyn membuka matanya, di pegangnya kepalanya. Rasanya kepalanya ingin pecah, dia tatapnya sekelilingnya. Sepertinya dia berada di kamarnya ah maksudnya kamar kerajaan Magiction yang di tempatinya untuk sementara.Evelyn langsung medudukan tubuhnya, tanpa sadar dia malah menggigit bibirnya sekarang. Saat ini gadis itu sedang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kemarin? Apakah itu jiwa Felisia yang asli? Dan siapa juga lelaki itu sebenarnya?
Seingatnya, setelah dia jatuh dan menyadari air matanya turun, Evelyn malah dalam sekejap mata berada di tempat berwarna putih.
“Putri Felisia, Putri sudah tak apa?”
Pikiran Evelyn buyar saat seorang pelayan memasuki kamarnya. Tunggu dulu, pelayan itu bukankah pelayan yang memanggilnya untuk makan siang kemarin? Em sepertinya benar.
“Siapa namamu?” tanya Evelyn.
“Nama saya Capella, Putri,” jawab pelayan itu yang ternyata bernama Capella.
"Capella, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Evelyn.
"Sejujurnya saya juga tak tau apa yang terjadi dengan Putri. Tapi yang pasti, kemarin Putri di bawa kemari dalam ke adaan sudah tak sadarkan diri oleh Pangeran Carlos."
Mendengar penjelasan Capella, seketika Evelyn langsung melototkan matanya. Dia bertanya kepada dirinya sendiri. Bagaimana bisa Carlos membawanya?
"Aww," ringisnya saat merasakan kepalanya sangat sakit karna dirinya berdiri dan juga padahal baru berjalan selangkah.
"Putri mau kemana?" tanya Capella panik sambil membantu Evelyn.
"Aku ingin menemui Carlos,"
"Tapi Putri, saat ini Pangeran sedang tidak ada di istana. Lebih baik untuk sekarang Putri istirahat agar tubuh Putri membaik,"
Evelyn menatap Capella. "Memangnya kemana dia?"
"Pangeran Carlos, dan Pangeran Daniel sedang menemani Putra Mahkota Skarlan keluar,"
Skarlan? Tunggu, bukankah itu nama Kakaknya Felisia. Evelyn belum mengetahui bagaimana wujud Skarlan.
Di kisahkan di novel, hubungan Felisia dan Skarlan memanglah tidak baik. Bahkan mereka mungkin saling membenci satu sama lain, terlebih Skarlan.
Karna alasan benci kepada Felisia lah, Skarlan memutuskan untuk selalu pergi ke luar istana. Skarlan sangat jarang berada di istana, sekalipun berada di sana dia hampir sama sekali tidak bertemu dengan Felisia.
Bukan hanya itu, Skarlan lah yang memberikan usulan untuk menghukum Felisia karna perbuatannya ke pada Arabella.
Sungguh sangat ironis bukan? Seorang Kakak yang begitu membenci Adiknya sehingga mampu menghilangkan nyawa sang Adik.
Keknya gue harus perbaiki hubungan gue sama si Skarlan itu deh.
Sudah sekitar 30 menit dia berada di kamar tanpa melakukan apapun. Rasanya suntuk dan membosankan, dia ingin membaca, namun tak ada satu bukupun di kamar ini.
Tuk ... tuk ... tuk ...
Evelyn menoleh saat mendengar suara gedoran pintu itu. Di persilakannya masuk untuk seseorang yang berada di balik pintu itu.
Pintu terbuka, menunjukan sosok seorang gadis. Gadis itu berjalan mendekati Evelyn dengan senyuman yang merekah di wajahnya.
"Putri, bagaimana sekarang ke adaan mu?"
"Aku sudah merasa baikan Arabella."
Arabella? Yaps gadis yang saat ini ada di ruangan Felisia adalah Arabella. Dan entah karna alasan apa, gadis itu datang kemari.
"Putri, aku minta maaf jika kau merasa aku mengambil Pangeran Carlos. Tapi Putri, kami saling mencintai, jadi ku mohon ... apa bisa Putri melepaskan Pangeran?"
Arabella duduk di kursi dekat ranjang, tangannya menggenggam tangan Evelyn. Di tatapnya dengan penuh harap, dia berharap agar Putri dari kerajaan Flover ini mau berbaik hati padanya.
Melepaskan Carlos? Tentu saja itu hal yang mudah. Tanpa kau mintapun aku pasti akan melepaskannya.
"DASAR TIDAK TAU DIRI! AKU TAK AKAN PERNA MELEPASKAN PANGERAN CARLOS UNTUK GADIS JALANG SEPERTIMU! PERGI KAU DARI SINI!" Tangan yang tadinya di genggam oleh Arabella sekarang malah disentak oleh Felisia, tentu saja bersama dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Tunggu, bukan itu yang ingin di katakan oleh Evelyn. Dia tidak berniat berbicara seperti itu, tapi ... sebenarnya apa yang terjadi saat ini.
"ADA APA INI?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND LIFE
Fantastik-Follow jangan lupa guys Evelyn yang meninggal karna bunuh diri, malah hidup kembali sebagai tokoh antagonis bernama Felisia di sebuah novel yang berjudul "The Happyland." Novel yang di bacanya satu tahun lalu. Dikisahkan Felisia, putri dari keraja...