6

3.8K 382 26
                                    

Untuk nemenin kalian nunggu ep10 🤣🤣, selamat menikmati

6

Sesal biasanya datang saat berada diujung titik cerita, berandai-andai jika hal lalu tidak terjadi dan setelahnya kamu menyalahkan takdir atas apa yang menimpamu. Manusia dasarnya memang makhluk yang tidak ingin disalahkan, egonya membumbung setinggi langit seolah-olah lupa bahwa tanpa tanah langit tidak memiliki nama.

Apo terbangun dari tidur nyenyak nya, tidak ada lagi pria lain di atas kasur selain dia, melamun. Pikirannya terbawa arus rasa bersalah, tidak seharusnya sekarang ia berada di tempat ini dan menghabiskan malam hangat bersama orang lain.

Nyaman, hal yang tak seharusnya dia rasakan kini menjadi bimbang baginya, cintanya tentu bukan hal main-main. Tapi pria yang baru saja masuk ke dalam hidupnya seolah mengatakan bahwa bertahun-tahun yang ia lalui bersama kekasihnya bukan lah apa-apa, hanya angin yang dibawa oleh setiap musim.

Dengan sedikit gontai turun dari kasur, kaki Apo melangkah menuju pintu membukanya pelan. Lalu aroma masakan terbaui indranya, harum. Berjalan pelan menuju sumber bau lalu kakinya berhenti saat melihat belakang punggung pria yang sedang menata makanan di piring. T-shirt putih dengan celana pendek antas lutut rambut yang sedikit basah tanda baru saja selesai membersihkan diri.

Atensinya disadari oleh pihak lain dengan sambutan senyum.

"Kau sudah bangun? ayo makan, aku membuat sarapan sederhana"

Mile menarik kursi meja makan, meletakkan piring berisi pancake dengan taburan gula halus di atasnya.

"Iya"

"Jadi kau benar-benar ingin bersikap seolah semuanya hanya angin lalu, begitu?"

Langsung setelah pantatnya menduduki kursi Mile bertanya dengan mata yang masih fokus dengan makanannya.

"Seperti yang sudah aku katakan Mile"

"Tapi pendapatmu tidak berarti di wilayah ku"

Menatap Apo sambil tersenyum mengejek. Sementara Apo hanya mengernyit heran dengan pria didepannya ini. Jelas-jelas dia yang di bawa masuk tapi kenapa seolah-olah dialah yang menerobos masuk tanpa permisi.

"Kau yang membawa ku masuk, aku tidak memaksa"

"Lalu?"

"Mile, jangan mulai lagi"

"Aku tidak memulai apapun Po"

"Terserah, aku keluar"

Seharunya dari awal Apo tidak masuk dalam perangkap Mile, seharunya dia tau bahwa yang ada dalam diri Mile hanyalah bahaya.

Namun sebelum bangkit dari duduk nya Mile lebih dulu menyela.

"Keluar dengan apa?"

"Aku tidak miskin asal kau tau, aku bisa menelpon bawahan ku untuk menjemput ku"

"Lalu dimana ponsel mu?"

Apo meraba dirinya sendiri, mencari dimana letak ponselnya, rasa-rasanya dia menaruhnya di saku kemaren lalu dimana saku itu lenyap. Bajunya yang ia kenakan semalam sudah diganti dengan pakaian santai, sialan!! kenapa dia baru sadar sekarang! pantas saja rasanya sangat nyaman.

braak

Apo menggebrak meja kesal

"Kembalikan ponsel ku sialan!! aku sedang malas berkelahi"

"Mau berkelahipun aku yakin 100% tetap aku yang unggul"

"Mile, berikan ponsel ku sekarang, aku ingin pulang!"

"Hangatkan aku dulu baru aku berikan"

Sialan! pria didepannya ini sangat tidak punya sopan santun.

"Terserah, aku bisa jalan kaki"

Menyerah dengan ponselnya, Apo lebih memilih jalan kaki dari pada harus tetap tinggal di sini dengan Mile. Dia tidak ingin terjebak dengan Mile dan perasaan bodohnya sekarang. Lagian hubungan pria dengan pria bukanlah hal yang wajar dikalangan publik. Mau di taruh dimana wajah tampannya nanti.

"Memang kau tau kita sekarang berada dimana?"

Apo berjalan menuju pintu besar dengan desain mewah, pintu depan dari rumah ini. Tidak mengindahkan apa yang Mile katakan, yang di inginkan hanyalah keluar dari sini.

"APO!! JIKA SATU LANGKAH SAJA KAU BERANI KELUAR AKU PASTIKAN SEMUA YANG KAU PUNYA SEKARANG HANCUR DITANGAN KU!!"

deg

Langkah Apo terhenti, tangannya yang memegang knop pintu dan hampir membukanya tergantung diudara. Mile selama ini tidak pernah berteriak, biasanya hanya remehan yang keluar. Menakutkan, Apo buru-buru membuka pintu, berlari ke arah pagar keluar secepat yang ia bisa. Alarm bahaya dalam kepalanya menyuruhnya untuk lari dari sini secepat mungkin.

Suara tembakan peluru terdengar.

Langkah Apo sekejap terhenti, menoleh kebelakang dengan takut-takut. Disana Mile berdiri dengan satu pistol di tangannya, raut tegas dari wajahnya seolah mengatakan untuk tidak di bantah sekarang.

Sebenarnya siapa pria ini? bukankah pistol adalah sesuatu yang ilegal?, dari mana dia mendapatkannya?. Berbagai pertanyaan muncul dibenak Apo dalam waktu yang singkat itu. Seharusnya saat pria itu selalu bisa menemukannya dengan mudah tanpa perlu usaha ia harusnya tau bahwa Mile bukanlah orang yang bisa ia percaya. Jangan bilang bahwa hal baik yang Mile lakukan untuknya hanyalah bagian rencana dari pria itu untuk menjebaknya dalam permainan licik.

Sodoran pistol Mile arahkan ke Apo membuat Apo menggigil di atas kakinya sendiri, hampir terjatuh karena pertahanannya yang semakin melemah kala langkah Mile semakin mendekat ke arah nya.

tap

Mile tiba tepat didepannya, tangannya ditarik paksa untuk ikut dengan langkah kasar Mile. Apo memilih berontak, menghentakkan tangan Mile kasar sampai terlepas.

plaak

Satu tamparan kasar di susul dengan cekikan kuat Apo dapatkan, tangannya menarik tangan Mile berusaha melepaskan cekikan yang mebuat nafasnya tersendat.

Kesal dengan Apo yang terus berusaha lepas dari cengkramannya, Mile menarik pinggang Apo sampai tubuh mereka menempel dengan sempurna tanpa melepaskan tangannya yang berada di leher Apo.

"Kau mau aku telanjangi didepan para penjaga Po?"

Bisikan Mile seolah menjadi irama saat penglihatannya mulai tidak kabur.

Ahh... nasib buruk sedang menimpa Apo sekarang, air mata menetes melalui pipinya saat kesadarannya hilang digantikan dengan gelap saat itu juga ia merasa Mile menggendongnya dengan kasar.

.
.
.
.

Mile POV

Saat Apo hilang kesadaran, aku membawanya masuk kembali ke rumah. Dia kira setelah masuk kesini bisa keluar masuk seenaknya huh?

Aku membawanya kembali ke kamar, meneliti Apo yang sekarang hanya menggunakan Kaos tipis dan celana pendek. Bukan aku yang menggantikan bajunya tapi pembantu di rumah ini atas perintahku.

Orang yang berada di atas kasur ku sangat amat menggoda, aku membungkuk membuka satu persatu pakaian yang dikenakannya sekarang tanpa sisa. Tubuh yang sangat indah, dengan otot dan kulit tan seolah memanggilku untuk menikmatinya, ditambah pinggangnya yang ramping. Rasanya tangan ku akan pas disana, meremuknya hingga dia memohon untuk berhenti.

Tapi aku mengurungkan niat ku, walau pun celana ku sekarang terasa sesak hanya dengan membayangkan desahan yang keluar dari mulutnya saat bercinta.

Bukan kah lebih baik menunggu saat dia sadar? Akan lebih baik jika melihatnya menangis memohon untuk dilepaskan, apalagi saat melihatnya terhentak di bawah ku. Sial, aku sangat keras sekarang.

Mile POV end

TBC

vote ya hehe











Must be Mine|| MileApo FF 🔞⚠️ (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang